14

309K 16.5K 444
                                    

AWGMY makin banyak yang baca dan vote. Padahal cerita ini dibuat cuman iseng dan sampai lupa dapat idenya darimana. Mungkin ini yang namanya iseng-iseng membahagiakan 😬
***
"Saga!" Seru Lisa, berjalan dengan langkah besar, menahan gerakan tangannya yang siap membuka kancing jeans setelah melepaskan sabuk kulit kerbau hand made. "Are you crazy???" Desisnya sambil melirik ke belakang, di mana dua orang pramugari yang mengintip dari balik tirai, segera menutup kembali rapat-rapat tirainya ketika bertemu tatapan tidak suka Lisa.

"Kamu maafin saya, kan?" Tanya Saga memastikan sementara Lisa sibuk mengambil kemejanya yang digunakan menutup tubuh setengah telanjang Saga.

"Iyaa, iyaa aku maafin. Pake baju kamu dulu! Kamu kira ini cabaret show apa, pake acara naked segala?" rutuk Lisa dan membelakangi Saga, memberikan pria tersebut waktu untuk memakai kembali kemejanya. Lisa merasa tubuhnya panas dingin melihat dada dan perut Saga, apalagi saat ia tidak sengaja menyentuh langsung dadanya. Rasanya seperti menyentuh panci panas. Sangat berbahaya jika disentuh terlalu lama.

"Kita impas kan, sekarang? Kamu enggak akan menghindari saya lagi?" Saga memegang kedua pundak Lisa, memutarnya hingga mereka saling berhadapan.

"Iya," jawab Lisa pendek dan berusaha menatap mata Saga yang berbinar senang.

"Janji?"

Lisa mengangguk dan tersenyum "Aku janji. Tapi enggak ada lagi ya, buka-bukaan kayak tadi,"

"Ini yang terakhir. Saya enggak tahu harus gimana lagi, makanya saya nekat. Sebenarnya... Saya juga malu Lis," Saga menutup wajah dengan kedua tangan. Telinga layarnya memerah, membuat Lisa menjadi gemas sendiri.

"Aku kira Tuhan lupa masukin urat malu pas ciptain kamu," nada Lisa terdengar bercanda dan tertawa geli. Dia menarik tangan Saga yang menutupi wajah tampannya.

"Makan yuk. Perjalanan sepertinya masih panjang," ajak Lisa dan mereka kembali duduk. Namun, kali ini saling berhadapan. Tidak ada lagi rasa canggung seperti sebelumnya. Mereka sudah bisa saling menatap, tertawa dan mengobrol dengan santai. Hubungan mereka sepertinya kembali menghangat seperti sebelumnya.
***
Suara pramugari terdengar kembali di speaker, memberitahukan pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat 5 menit lagi. Lisa yang sempat tertidur, akhirnya terbangun dan mendapati Saga masih pulas. Setengah tubuhnya sudah merosot ke bawah saking nyenyaknya. Lisa mengangkat tangan, menarik badan sebisanya, mencoba mengusir rasa pegal. Dia mengintip sebentar keluar jendela dan mendapati hamparan rumah diantara pepohonan yang rimbun dan hijau. Bukit berbaris rapi yang sedang dipuncak keindahan, karena masih hijau setelah musim hujan. Lisa tak bisa melepaskan pandangan dari view yang tidak akan bisa dinikmati ketika di Jakarta.

Tak lama, bangunan bandara terlihat. Berwarna merah terang di teriknya matahari, dengan bentuk atap yang unik, mengerucut ke atas, terinspirasi dari rumah khas penduduk Sumba.

"Ga, kita udah mau mendarat," Lisa menjulurkan tangannya, mengguncang lengan pria yang tengah tertidur pulas, bahkan sempat mendengkur halus saking lelapnya. Saga menggerakkan kepalanya, diikuti matanya yang terbuka perlahan.

"Udah sampai?" Tanyanya dan mengucek mata, kemudian kembali duduk dengan tegap. Kelihatan sekali, Saga sangat lelah. Lisa menjadi iba dan sedikit menyesal karena membangunkannya. Harusnya dia membiarkan pria ini tidur sebentar lagi.

"Oh, itu bandaranya," Saga ikut melihat keluar jendela. "Keren bentuknya," sebagian dirinya menjadi semangat.

"Unik. Apa mungkin khas bangunan di sini ya?"

"Iya, kayaknya. Syukur kita enggak ke Serengeti," Saga mencoba menggoda Lisa yang mulai cemberut.

"Mulai deh..." Lisa memutar bola matanya jengah. Saga cuman nyengir dan mengacak rambut Lisa.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang