18

255K 14.6K 233
                                    

"Kau bawa itu mobil sekarang atau ini perempuan punya kepala putus,"

Saga menggeram pelan, mencoba menekan jauh emosinya melihat Lisa yang tengah diancam salah seorang perompak tersebut. Tak ada yang bisa dia lakukan selain melakukan apa yang diminta si penjahat. Semua demi keselamatan mereka bersama. Dan dia tak bisa membiarkan orang lain melihat sisi lemah wanita itu.

"Oke!" ucapnya dan akhirnya mengalah, tak mau melihat Lisa semakin ketakutan "Saya ikut kemauan bapak sekarang. Tapi jangan sakiti istri dan teman saya!" ucap Saga tegas. Berharap si penjahat berhenti menakuti Lisa.

Pria tersebut tampak berpikir, kemudian kembali meyarungkan parangnya. Dia mengucapkan sesuatu, yang membuat teman-temannya segera menoleh pada si pria berwajah seram. Selanjutnya Saga secepat kilat menghampiri Lisa, membuat wanita itu bergerak untuk pertama kalinya, kembali memeluk erat Saga.

"Sssttt... Kamu udah aman, jangan takut," Saga mencoba menenangkan Lisa yang masih menangis dalam diam. Sungguh, ini sangat menyakitkan. Lebih baik mendengarnya menangis dan berteriak daripada melihatnya menangis tanpa suara seperti ini. Rasa penyesalan mendalam segera menyergap hatinya, tatkala tak mau mendengar perkataan Lisa tadi pagi. Seandainya mereka tak jadi pergi, tentu kejadian mengerikan seperti ini tidak akan mereka alami.

Saga mengangkat pelan tubuh Lisa yang melemah, meletakkan wanita tersebut di kursi samping pengemudi. Memiringkan sedikit sandaran kursi ke belakang, membuat Lisa bisa bersandar dengan nyaman. Memakaikan sabuk pengaman, dan menyeka air mata Lisa yang masih memejam erat.

Begitu tak merasakan sentuhan Saga lagi, tangan Lisa bergerak-gerak mencoba mencengkram apapun yang bisa diraih, agar pria itu tak meninggalkannya. Berhasil mendapatkan ujung kemeja Saga, Lisa memegang erat membuat pria itu tak jadi beranjak. Masih dengan mata tertutup, suara Lisa akhirnya terdengar untuk pertama kali "jangan pergi," ujarnya lemah.

"Saya enggak pergi ke mana-mana, Lis. Saya hanya duduk di kursi kemudi," Saga mengelus pelan rambut Lisa.

"Kita mau ke mana?" Tanyanya lagi, kali ini sudah membuka mata, namun hanya berani melihat mata Saga yang meneduhkan. Membuat keberaniannya sedikit muncul. "Are we gonna die?" Bisik Lisa parau.

"Saya enggak tahu kita mau ke mana. Enggak akan ada yang mati Lis. Saya jamin kita semua akan keluar dari sini hidup-hidup. Kamu percaya sama saya, kan?"

Lisa mengangguk, dan kembali memejamkan mata setelah Saga kembali mengelus puncak kepalanya dan berputar ke depan, memapah Frans yang pingsan ke jok tengah.

Frans duduk paling ujung sementara pemuda botak dan pria berwajah seram duduk di sampingnya secara berurutan. Sedangkan si pria ceking dan berkumis duduk di jok paling belakang.

Saga menoleh ke samping kiri, Lisa masih berlinang air mata, namun sedikit lebih tenang. Dia masih terlihat shock, tetapi mulai bisa mengendalikan diri. Saga menggenggam sebentar tangan Lisa sebelum mengembalikan perseneling ke posisi netral.

Saga menstater mobil, mulai menggas perlahan menuju ke tempat yang bahkan dia tidak tahu ke mana tujuannya. Dirinya begitu lelah secara fisik dan batin. Apalagi saat melihat Lisa diancam seperti tadi. Rasanya seperti jiwanya sudah tercabut dari tubuhnya dan melayang pergi.
Saga berharap, tak ada lagi hal yang lebih buruk yang menantinya.
***
Sepanjang perjalanan tidak ada suara sedikit pun kecuali si pria berkumis yang menyuruh Saga untuk lebih cepat, seperti buru-buru karena ada sesuatu yang penting atau sesenggukan Lisa. Tatapannya kosong ke depan, dan hanya melirik Saga dengan ekor mata saat tangannya digenggam erat. Lisa masih tak berani menggerakkan kepalanya, karena para penjahat yang tepat berada di belakangnya. Sementara itu Frans masih belum sadarkan diri, kepalanya bersandar lemah ke kaca jendela mobil.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang