17

286K 14.7K 231
                                    

Seharian ini kerja Mama hanya menatap ponselnya, kemudian menghela napas panjang saat tak ada notifikasi apapun. Seperti sedang menunggu kabar seseorang yang tak kunjung menghubunginya. Mama sedang menunggu kabar dari anak perempuan semata wayangnya.

"Mama kenapa? Dari kemarin liat hape terus," Papa yang baru selesai mencuci piring ikut bergabung di ruang TV.

"Hape mama rusak kali Pa," sungut Mama dan menunjukkan ponselnya. Papa mengernyit, setahu Papa itu hape baru.

"Kan, baru Papa beliin bulan lalu? Masak rusak?"

"Iya. Soalnya gak ada kabar sedikitpun dari Lisa," Mama cemberut, Papa malah jadi gemas. "Mama kan pengen tahu dia bulan madu ke mana. Ibu Saga juga nggak mau kasih tahu mereka ke mana. Mama jadi khawatir,"

"Mama nggak usah khawatir. Lisa kan sama suaminya," Papa mencoba menenangkan ketika melihat istri tercintanya gelisah karena tak ada kabar sedikitpun dari Lisa, meski hanya pesan singkat. Papa tahu benar meski Mama dan Lisa sering bertengkar, sebenarnya mereka saling menyayangi. Mungkin, sayangnya bentuknya agak anarkis.

"Maaaaaaa~" terdengar rengekan panjang dari kamar Nares. Tak lama, dia muncul sambil berlari kecil, memeluk lengan Mamanya manja.

"Apaan sih kamu? Masih pagi juga!" Ketus Mama dan menjitak pelan anak bungsunya yang manja gak ketulungan.

"Mamaaaa aku juga mau ke Sumba, Nares envy sama Mak lampir," sungutnya, mengerucutkan bibir.

"Sumbawa??" Tebak Mama.

"Bukan Maaa... Sumba di NTT! Lisa lagi di sana," Nares menunjukkan foto Lisa yang barusan dia kirim. Foto selfie saat dia sedang sarapan dengan latar laut biru terang di belakangnya. Dan pesan yang datang bersama foto tersebut membuat darah Nares mendidih.

Sampai mati Lo gak bakal sampai ke sini

Mama segera menyambar ponsel dari tangan Nares.

"Dia di sana??" Seru Mama tak percaya. "Jauh gak Res dari sini?"

"Ya, jauhlah Ma. Langgar 2 pulau besar. Ma, Nares juga mau ke sana," rengeknya dan menarik-narik ujung baju Mamanya. Persis seperti saat Nares berumur 5 tahun yang merengek minta dibelikan cilok.

"Kapan dia kirim?" Selidik Mama.

"Barusan. Ma, kirimin Nares ke sana ya, Ma,"

Mama mendelik ke arah Papa, yang segera mengalihkan pandangan ke mana saja, asal jangan melihat tatapan kesal istrinya.

"Lisa pasti juga sudah hubungin Papa kan?" Selidik Mama dengan urat yang sudah tercetak jelas di pelipisnya. Siap meledak. Bagaimana bisa dia satu-satunya orang yang tidak dikabari Lisa, sedangkan Lisa adalah anak yang keluar dari rahimnya, yang susah payah dia bawa ke mana-mana dalam perut selama 9 bulan. Apa Lisa sudah lupa Mamanya?

Mama mendengus kesal, kemudian masuk ke dalam kamar dan membanting pintu keras. Ngambek.

"Lah? Kanjeng Mami kenapa lagi tu?" Nares menggaruk kepalanya yang gatal, penuh dengan ketombe.

"Kamu, sih. Rese' banget jadi anak. Sana kamu kembali ke gunung. Bikin rusuh aja kalo di rumah!" Papa segera menyusul Mama ke dalam kamar meninggalkan Nares yang jadi kesal sendiri.

"Maunya apa sih?? Udah di gunung, nangis-nangis suruh pulang. Giliran di rumah malah di usir?? Ya udah Nares pergi sekarang!"

Terdengar suara lantang Papa yang menyuruhnya segera cepat angkat kaki.

"Tapi mintak uang dulu!" Teriak Nares ikut menyusul ke dalam kamar.
***
"Kamu enggak apa-apa?" Tanya Lisa tiba-tiba saat mereka sedang berjalan menuju mobil. Mereka baru saja checkout dan akan bertolak ke kota Waitabula. Ada 3 destinasi yang Saga ingin kunjungi hari ini. Karena itu mereka berangkat pagi-pagi dari Nihiwatu. Perjalanan kali ini akan kembali di temani Frans.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang