12

313K 16K 503
                                    

Ditengah target kerjaan yang harus dikejar, selalu nyempetin ngetik dikit-dikit biar update. Makin banyak yang baca... Huhuhuhu #tangisharu 😫😫

Author POV

"Hei bung," Marco masuk ke ruang tunggu pengantin pria bersama Joe, mendapati Saga sedang sibuk memperbaiki dasi kupu-kupunya yang sebenarnya sudah simetris.

"Hei bung," Marco masuk ke ruang tunggu pengantin pria bersama Joe, mendapati Saga sedang sibuk memperbaiki dasi kupu-kupunya yang sebenarnya sudah simetris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Marco dan Joe bertugas menjadi best man Saga. Sebenarnya hanya Marco, namun pria itu tak mau sendirian sehingga dia memaksa Joe, adik kelasnya saat SMA agar sama-sama menjadi best man Saga. Sang empunya hajatan pun tak keberatan begitu tahu siapa Joe. Karena Joe pun pacar Rere, salah satu sahabat Lisa.

"Gimana?" Saga memperlihatkan pergelangan tangan kirinya yang dilingkari jam Rolex milik Marco yang sudah sah menjadi kepunyaan Saga.

"Keren banget Saga. Pasti mahal harganya," Joe menimpali tanpa tahu yang sebenarnya, membuat Marco semakin sedih dan ingin sekali menangis sekeras-kerasnya. Sebelum ke Bali, Marco sudah memberikan jam tangan tersebut meski tidak iklash lahir-batin, jiwa-raga hingga jasmani-rohani.

"Jaga baik-baik anak gue," Marco menatap nanar jam tangan kesayangannya. Saat hendak akan mengelus, Saga segera menarik tangannya.

"Gue curiga, Lo pasti udah tahu bakal nikah duluan makanya ngajak gue taruhan," Marco menyipitkan mata, memandang Saga penuh curiga.

Pria itu hanya tertawa geli, kemudian mengangkat kedua bahunya tanda masa bodo dengan Marco. Seingat dirinya, Marco lah yang memulai semua taruhan tolol itu.

"Gue baru tahu ternyata Lo tuh licik!" Desis Marco hendak mencolok mata Saga. Pria itu tetap tenang dan menggosok pelan kaca jam tangannya.

"Dan bisa-bisanya Lo pilih gue jadi best man, setelah Lo udah tipu gue??? Best man nenek moyang elo!" lanjut Marco masih emosi. Ketika dia akan menjitak kepala Saga, pintu ruangan terbuka cepat.

"Bang!" Seru Nares yang muncul dari balik pintu tiba-tiba. "Siap-siap ya, 10 menit lagi. Best man bisa keluar duluan," lanjutnya dan memutuskan untuk masuk. Begitu Joe dan Marco sudah keluar, Nares segera mendekati Saga yang sedang menatapnya.

"Bang, gue senang Lo nikah sama Lisa. Kakak gue nambah satu orang. Apapun yang terjadi, jangan tinggalin dia. Memang Lisa kalo marah kayak Mak lampir, moody, manja dan kadang cengeng. Tapi Abang harus tahu, Abang laki-laki paling beruntung karena bisa dapatin dia. Gue sayang banget sama dia bang, please jaga dia baik-baik," Mata Nares panas rasanya, namun ego melarang untuk menitikkan air mata. Memang dia dan Lisa sering bertengkar, namun, Lisa tetaplah kakak kesayangannya. Tidak menyangka, hari pernikahan kakaknya tiba begitu cepat, Nares jadi mengkhawatirkan uang sakunya yang kemungkinan dipotong Lisa karena sudah menikah.

"Saya akan berusaha untuk menjaga Lisa dan membuatnya bahagia," Saga tersenyum, namun rasanya ucapan itu tidak muncul dari hatinya. Hanya sebatas dimulut dan sekedar kata-kata. Namun, dia akan berusaha tidak membuat Lisa sedih atau pun kesulitan, meski tidak janji akan membuat wanita itu bahagia. Karena bahagia itu relatif, dengan persepsi berbeda setiap orangnya. Dan Saga tidak tahu apa yang bisa membuat seorang Lalisa bahagia.

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang