39

221K 12.9K 952
                                    

The easiest person you hurt is the person you love the most

Author POV

Marco merasa kepalanya teramat sangat pusing. Rasa besi dan anyir tercecap di lidahnya karena darah yang terus keluar dari bibirnya yang pecah. Penglihatannya terasa berkunang-kunang saat berhadapan dengan langit.

Keadaan Saga pun tak jauh berbeda dengannya. Sama-sama babak belur. Sama-sama tertidur dengan posisi terlentang setelah selesai berkelahi dengan sengit sekitar 30 menit yang lalu di atas atap rumah sakit yang sepi. Marco sengaja memilih atap rumah sakit agar mereka bisa adu jotos dengan leluasa tanpa disaksikan banyak mata.

Marco menggerakkan kepala ke samping kanannya, di mana Saga berada.

"Terakhir kali kita berkelahi waktu Yolan ngadu ke elo karena gue mainin dia. Masih ingat?"

Saga juga menggerakkan kepalanya ke arah Marco dan menggangguk pelan. Rasanya seperti baru kemarin mereka berkelahi karena hal tersebut. Sekarang mereka kembali berkelahi karena wanita.

"Harusnya, waktu kita berkelahi gue langsung sadar dan minta maaf ke Yolan. Bukannya malah menjauh dari elo berdua. Sekarang gue nyesel bukan main," sekali lagi Marco menatap ke atas langit menerawang begitu jauh. Saga terdiam dan merubah posisinya menjadi duduk. Kepalanya tertunduk. Sesekali menyeka darah yang menetes dari pelipisnya yang sedikit sobek akibat sepatu Marco.

"Walaupun masalah kita beda, tapi situasinya kurang lebih lebih sama. Gue harap Lo ngerti maksud gue. Jangan sampai Lo terlambat sadar kayak gue dulu. Akan sulit mengembalikan keadaan seperti sebelumnya karena luka yang sudah tercipta akan berbekas,"

Lagi-lagi Saga terdiam dan sibuk dengan pikirannya. Marco menggeleng tak habis pikir melihat sahabatnya yang akhir-akhir ini sering diam sejak kedatangan Marly.

Marco pun berdiri, membersihkan jas dan celananya yang berdebu, kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Saga berdiri. Tanpa menunggu lama Saga menyambutnya kemudian kembali berpijak di atas kakinya dengan bantuan Marco.

"Gue minta maaf udah mukul Lo duluan," ucap Saga dan menepuk pundak Marco yang kotor oleh debu.

"Yah, sama. Gue juga minta maaf," Marco dan Saga saling bersalaman diikuti berpelukan sebentar.

"Tentukan pilihan Lo secepatnya. Jangan sampai Lisa tahu tentang Marly dan memilih pergi pas tahu ternyata Lo masih aja plin-plan dengan pilihan Lo sendiri,"

Saga kembali diam jika ditanya tentang pilihan. Seharusnya, tanpa berpikir lama tentu pilihannya akan jatuh pada Lisa. Alasan terkuat karena Lisa adalah istrinya, dan Saga mulai mencintainya. Tapi, disatu sisi, Marly adalah cinta pertamanya. Cinta pertama akan selalu punya ruang tersendiri di hati dan pikiran. Sulit dilupakan, terlalu sakit dikenang jika tidak berakhir bersama. Seperti Saga saat ini. Susah payah dirinya melupakan. Begitu dia sudah bahagia bersama Lisa, seenaknya Marly kembali mampir ke dalam hidupnya dan membuat kekacauan luar biasa. Berbagai kenangan kembali hadir, terutama saat perpisahan mereka. Saat Marly lebih memilih studinya di Amerika daripada bersama Saga.

"Marco, gue mau mengakui satu hal," Saga menatap Marco serius. Jika Saga serius, maka Marco menganggap itu suatu hal yang sangat penting. "Gue mau Lo tahu kenapa gue nggak bisa lepas dari Marly sekalipun dia udah nyakitin gue,"

"So, tell me," Marco mengambil sebungkus rokok dari saku celananya yang sudah penyok akibat perkelahian tadi. Sebagian besar sudah patah hingga hancur. Masih ada 2 batang yang utuh meski agak bengkok. Marco meluruskan batang rokok tersebut sesaat sebelum menyulutnya.

"Marly sudah tidak perawan," ucap Saga pelan.

"So what?" Tanya Marco masa bodoh. Apa urusannya dengan Marco jika Marly sudah tidak perawan?

Are We Getting Married Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang