Author POV
"Pengganti beras?" Tukas Lisa sambil menatap suaminya dari balik buku TTS. Saga yang tengah memijit kaki Lisa berhenti sejenak menatap istrinya yang semakin chubby di usia kehamilan dua puluh dua minggu.
"Ubi?" Jawab Saga sekenanya lalu meneruskan pijatannya ditelapak kaki Lisa.
"Hmm-hmm, salah. Enam kotak, huruf kedua O,"
"Sorgum,"
Lisa menghitung jumlah huruf sebelum menuliskan kata sorgum. Senyumnya mengembang ketika jawaban tersebut benar.
"Tergabung dalam sub kelas hirudenia?" Tanya Lisa lagi.
"Huruf awalnya?" Respon Saga yang kini memijit betis Lisa setelah membalur dengan minyak zaitun.
"Nggak ada huruf awalnya. Cuma huruf terakhirnya H. Total ada enam kotak,"
Saga berpikir sebentar "Mungkin lintah," lanjut Saga merasa jawabannya benar.
"Ih, benar! Ayah pintar," Lisa mengacungkan jempolnya dan takjub sendiri akan kepintaran suaminya. "Kita lanjut-ah, Saga!" Protes Lisa saat Saga merebut buku TTS dan menyimpan di laci nakas. Dia sudah selesai memijat kaki Lisa yang terasa pegal setiap hari seiring kehamilan yang semakin besar. Saga menyingkap piyama Lisa hingga perut buncitnya menyembul, kemudian membalurkan sedikit minyak zaitun ke atas perut istrinya yang semakin besar.
"Udah jam sebelas, kamu harus istrihat," ujarnya mengingatkan sambil tangannya sibuk melakukan gerakan memutar.
"Tapi aku belum ngantuk," sungut Lisa dengan bibir mengerucut.
"Nanti saya yang nina-bobo kamu," kelakar Saga yang dihadiahi sebuah cubitan di lengannya.
"Aku belum ngantukkk," protes Lisa dan menarik tangan Saga dari perutnya. "Balikin TTS aku,"
"Saya bilang kamu harus tidur," Saga melipat tangan di depan dada dan menatap tajam Lisa. Dia harus keras kali ini, karena jika Lisa sudah mengisi TTS dia akan tidur jam dua, dan ini sudah terjadi selama dua Minggu. Saga tidak akan lunak lagi seperti kemarin-kemarin.
"Bentarrrr lagi ya? Aku janji, cuma sepuluh menit," Lisa mengatupkan kedua tangannya dan memohon dengan ekspresi menggemaskan. Biasanya Saga akan luluh, tapi kali ini tidak berhasil. Buktinya, pria itu tidak tersenyum sedikit pun atau paling tidak, mencium Lisa karena tidak tahan dengan wajah imutnya.
"Kemarin juga sama. Kamu minta sepuluh menit, tapi kamu pada akhirnya tetap akan main sampai pagi,"
"Aku nggak bisa tidur makanya aku main sampai pagi. Kalo bisa tidur, ya, aku juga bakalan milih tidur daripada ngisi TTS. Iya, kan?"
Saga mengembuskan napas pelan "Terserah kamu. Intinya kamu harus tidur sekarang," Saga tetap bersikeras dan mulai memadamkan lampu kamar kecuali satu lampu tidur di atas nakas.
"Aku nggak bisa tidur. Belum ngantuk," lirih Lisa dalam pelukan Saga. Saga mengelus punggung Lisa sebagai jawaban.
Sepuluh menit berlalu, Saga hampir saja tertidur ketika merasakan gerakan di sebelahnya.
"Kamu mau ke mana?" Saga terduduk saat melihat istrinya sudah berdiri di samping ranjang. Lisa menyengir lebar, karena tertangkap basah akan melarikan diri. Dia pikir Saga sudah terlelap.
"Mau nonton. Boleh ya?" Lisa menatap penuh harapan. Pada akhirnya Saga luluh, mengiyakan permintaan istrinya.
Lisa memilih salah satu film romantis koleksinya untuk ditonton ketika sampai di ruang TV. Saga sudah menunggu di atas sofa. Begitu bergabung, Saga langsung memerangkap Lisa dalam pelukannya, dan sebuah selimut tebal yang hangat membungkus tubuh mereka berdua. Tempat yang amat sangat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Getting Married Yet?
RomanceSagara Fattah Ghani seorang dokter obgyn di RS terkenal di kota, sudah mencapai usia di awal 30 namun masih single karena terlalu sibuk dengan kerjaannya. Sementara sang ibu selalu memaksanya untuk segera menikah dan mengancam akan berpindah kewarga...