Suasana kelas 12 di mana tempat Alify mengajar terasa aman, tenteram, dan mencekam.
Bagaimana tidak mencekam jika di depan kelas sana terdapat seorang guru yang tengah marah-marah pada murid kelas 12 IPS 1.
Sedangkan murid lainnya hanya diam tak berkutik tanpa mau mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kalian dengar enggak apa yang Miss katakan?!" seru guru tersebut di depan sana sembari memukul pelan meja tempatnya duduk.
Gila saja jika ia harus menggebrak meja dengan keras dan kasar selain karena itu bukan etika sebagai pengajar ia juga masih cukup sayang dengan tangan mulus yang sangat ia rawat dengan perawatan mahal di salon. Meskipun ia harus utang dulu di salon langganannya dan akan ia bayar jika ia dalam keadaan mood yang bagus.
Jadi, jika moodnya sedang jelek selama 1 bulan, maka 1 bulan itu juga guru yang tak lain adalah Alify Sholehah tidak membayar utang salonnya. Dan untuk pemilik salonnya harus sabar saja menghadapi sifat menyebalkan pelanggannya ini.Nama boleh ada sholehah-sholehahnya tapi kelakuan jauh dari kata sholehah.
"Dengar Miss!" jawab serentak murid yang berjumlah 30 orang di dalam kelas.
"Paham?!"
"Paham Miss!" seru serentak murid-murid dengan takut.
Gila saja jika Miss Alify marah memang sangat menyeramkan. Lebih menyeramkan dari pada mengganggu buaya yang sedang bercinta di kali dengan air yang butek.
"Kalian ini!" seru Alify bangkit dari kursi dan memandang seluruh muridnya dengan garang. "Bagaimana generasi kita ini sebagai bangsa Indonesia yang jujur dan adil, maju kalau saja penerus bangsa seperti kalian ini curang semua." Alify mengucapkan kalimatnya ini dengan lantang membuat beberapa murid yang tengah mengantuk tersentak kaget. Padahal sedikit lagi mereka akan masuk ke alam mimpi tetapi mendengar suara lantang Ms. Alify seperti mata yang menemukan uang berwarna merah dengan angka nol sebanyak lima angka di pinggir jalan.
Segar dan bikin masalah hilang.
"Dan sekarang Ms. Alify minta buat kalian semua bayar uang arisannya sekarang juga," perintah Alify tegas. "Ms. Alify enggak mau ada yang nunggak pembayaran karena Ms. Alify tahu kalian ini pasti akan curang kalau tidak di tagih paksa seperti ini," lanjutnya lagi. Jadi, sedari tadi Alify marah bukan karena membahas pelajaran atau membahas tentang murid yang ketahuan mencontek, tetapi karena ada beberapa oknum murid yang tidak membayar uang arisan padanya.
"Tapi, Ms, saya enggak punya uang," ujar salah satu murid laki-laki yang terlihat seperti preman pada Alify.
"Oh, Dafa enggak punya uang ya?" Alify mendekati murid yang bernama Dafa dengan langkah ringan.
"Iya, Ms, benar. saya enggak punya uang."
"Oh, oke." Alify mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali hingga tiba di samping Dafa yang memang duduknya paling belakang.
Lalu secepat itu pula tangan Alify merogoh masuk ke dalam kolong meja tempat meletakkan tas dan mengeluarkan satu kotak rokok dan setelahnya ia mengambil uang dalam kotak rokok tersebut sejumlah 55 ribu. Sedangkan yang lainnya ia kembalikan pada Dafa yang melongo kaget karena Ms. Alify tahu di mana ia menyimpan uang.
"Jangan pernah coba-coba buat ngibulin emaknya kancil dengan penciuman serigala ini. Dafa," ujar Alify menyeringai setan tatkala melihat wajah memelas Dafa.
"Tapi Ms, itu lebih 5 ribu uang saya."
"Dafa kamu lupa peraturan di sekolah ini yang melarang muridnya membawa rokok selain senjata tajam dan barang haram?" Alify bertanya dengan nada tenang namun mata memandang tajam pada Dafa yang membulatkan matanya.
"Tapi, Miss itu cuma kotaknya saja. Itu saja saya dapet nemu di jalanan buat tempat saya nyimpen uang," seru Dafa tak terima jika uangnya di ambil lebih oleh guru mata duitannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...