47: Ngutang!

6.7K 777 38
                                    

Alify membawa Oma Nani menuju kafe yang terlihat ramai oleh kalangan remaja dan anak-anak sekolah.

"Ngapain kamu bawa saya ke kafe anak muda, gini?" tegur Oma Nani ketika Alify tengah melepaskan helmnya.

"Biar oma awet muda dan enggak keliatan tua," jawab Alify cuek. "Kasihan keriput yang udah menggelambir itu, oma," lanjutnya membuat darah tinggi Oma Nani naik.

"Kamu!" Oma Nani menatap Alify geram, tapi wanita itu terlihat cuek dengan kemarahan oma.

"Udah ayo, oma. Kita masuk dari pada disini panas-panas kan? Mending ngadem di dalam." Dengan cuek Alify melangkah masuk ke dalam kafe meninggalkan Oma Nani yang masih merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah Alify.

"Udah oma, enggak usah di rapikan. Nanti kita ke salon, biar aku yang traktir!" teriak Alify tak tahu malu. Wanita itu sempat menoleh ketika ia tengah membuka pintu kafe.
"Sontoloyo! Dasar wanita tidak tahu malu. Bisanya bikin saya malu aja," gerutu Oma Nani, ketika orang-orang yang berada di parkiran kafe menatapnya dan Alify secara bergantian.

Dengan langkah kesal, Oma Nani melangkah masuk ke dalam kafe mengikuti langkah Alify yang sudah tiba lebih dulu dan wanita yang mengenakan baju batik guru dan celana dasar panjang itu duduk di tengah-tengah ruangan.

"Kenapa enggak nyari meja yang di pojokan saja?" Oma Nani menatap Alify sengit.

Alify mendongak dari buku menu yang tengah ia lihat. Kemudian wanita itu cengengesan sebelum menjawab pertanyaan oma dengan jawaban yang membuat wanita tua itu darah tinggi.
"Karena aku enggak suka mojok sama nenek-nenek. Sukanya sama yang ganteng dan muda," sahut Alify kalem.

"Sontoloyo, dasar wanita Edan," cibir Oma Nani sinis.

"Edan-edan begini aku loh udah jadi menantu oma."

"Mbak!" teriak Alify ketika melihat seorang waitress lewat di hadapannya.

"Iya, mbak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya pelayan itu ramah.

"Saya pesan jus jeruknya satu. Eh, oma mau jus jeruk juga?" Alify menatap Oma Nani dengan pandangan bertanya.

"Terserah," sahut Oma Nani ketus.

Alify mengangguk kemudian menatap pelayan itu dengan santai.
"Saya pesan dua jus jeruk yang satu pake sianida buat oma dan yang satunya enggak," ucap Alify santai. Membuat Oma Nani melotot ngeri.

"Kamu mau membunuh saya, hah?" sentak Oma Nani tidak terima.

"Lagi rencana, Oma. Belum kejadian kan?  Jadi, enggak usah marah-marah lah. Nanti oma kena stroke," balas Alify santai.

"Ah iya, mbak. Saya pesan kentang baladonya juga ya.
Kalau buat nenek-nenek ini kasih aja remahannya," ujarnya lagi membuat pelayan yang sedari tadi berdiri di dekatnya menahan tawa.

"Kamu kira saya kucing yang di kasih remahannya aja?" ketus Oma Nani tidak terima. Wanita tua itu menatap Alify tajam yang di balas dengan cengiran.

"Jadi, jus jeruknya dua dan kentang baladonya dua ya kak?" ulang pelayan tadi mencatat pesanan Alify.

"Iya, mbak. Yang satunya isi kentang yang satunya isi remahan. Oh, iya, satu lagi, jus jeruknya yang asli dari jeruk ya mbak  bukan dari minuman yang seribu dapet 3 bungkus terus di kasih air," ujar Alify mendikte pesanannya, membuat pelayan berseragam kuning itu hanya mampu mengelus dada sembari  beristiqfar dalam hati.

"Bikin malu aja," cibir Oma Nani mendengar ucapan Alify.

"Kita itu oma kalau jadi pembeli harus jeli. Jangan mau di tipu barang kw," balas Alify santai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang