37: Abu buku

7.6K 796 80
                                    

Tubuh Alify menggeliat di atas tubuh Reno ketika merasakan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah yang mengintip dari balik tirai hordeng yang tersibak angin.

Alify yang tidak sadar dengan posisinya saat ini menguap lebar sehingga membuat seseorang yang berada di bawahnya terbatuk.

"Bau banget mulut kamu, Fy," gumam sebuah suara, membuat Alify yang masih belum sadar sepenuhnya di buat tertegun.

Bibir serta mata Alify membulat ketika melihat Reno berada tepat di bawahnya dengan posisi bibirnya yang pas berada di samping hidung Reno.

"Ya ampun Reno! Ngapain kamu ada di bawah aku?"

"Harusnya aku yang tanya itu, Lify. Ngapain kamu naik di atas tubuh aku?  Sedangkan aku tidak bisa bergerak karena sedang tidak enak badan," gerutu Reno kesal.

Mendengar jawaban Reno, Alify bangkit dari posisinya kemudian ia duduk di samping suaminya yang kini terlihat kuyu akibat habis di kerok semalam.

Alify menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika menyadari posisinya yang tertidur lelap bak anak koala yang menempel pada induknya.
"Kok bisa ya, Ren? Padahal tadi malem aku tidur di samping kamu," ujarnya dengan senyum kikuk.

"Kamu tidur nyenyak di atas tubuh aku, Fyy. Mana mungkin aku yang lagi sakit gini kuat angkat tubuh kamu."

"Iya … iya. Maaf deh udah bikin kamu enggak nyaman." Bibir Alify mengerucut kesal. "Ya sudah kamu tunggu sini biar aku ambil handuk untuk lap badan kamu dulu. Kamu belum bisa mandi," ujar Alify bangkit dari duduknya.  Wanita itu berniat melangkah ke almari yang terletak di sudut kamar guna mengambil pakaian santai milik Reno terlebih dahulu.

"Aku mandi air hangat aja, Fyy. Enggak mau lap badan," ujar Reno yang diangguki oleh Alify.

"Oke, tunggu dulu. Aku siapin air anget dulu." Usai menemukan pakaian untuk Reno, Alify melangkah menuju kamar mandi diikuti dengan tatapan tajam Reno.

Reno terkekeh melihat istrinya yang begitu telaten mengurus dirinya. Beruntung meski Alify sedikit absurd, tapi ia mengurus dan merawat Reno dengan baik.

______

Alify melenggang santai menyusuri koridor sekolah dan sesekali membalas sapaan dari murid-murid yang berpapasan dengannya.

Tidak sampai di situ saja, Alify bahkan terkadang mencegat murid bandel yang berniat kabur darinya.

Wanita itu tidak perlu memikirkan keadaan Reno, karena suaminya itu sudah sehat dan sudah berangkat ke kantor.

Sebelum itu, Alify sudah memaksa Reno untuk tidak usah bekerja dulu hari ini, namun apa boleh buat jika sang suami sudah memutuskan untuk bekerja ya sudah bekerja. Tidak bisa dihalangi oleh Alify lagi.

Setibanya di ruangan khusus guru, Alify meletakkan tasnya di atas meja dan tangan wanita itu langsung menengadah pada Sarah dengan jari-jari yang ia gerakkan.

"Apaan?"

Alify berdecap jengkel melihat tampang sok polos Sarah, "enggak usah sok polos deh lo, mana bayar utang lo."

Mengeluarkan uang dari dalam tasnya, Sarah tidak berhenti mencibir kelakuan Alify yang seolah takut ia akan kabur. Sementara Alify tidak begitu perduli dengan ocehan Sarah karena yang ia pedulikan adalah Sarah membayar uang kreditnya.

"Seminggu lagi anak-anak bakal ngadain ujian nasional. Lo udah kasih kisi-kisi buat ujian nanti sama murid-murid 12 IPS?" Sarah menatap Alify dengan tatapan serius yang tentu diangguki dengan bangga oleh Alify.

"Tentu dong udah gue kasih dari jauh-jauh hari. Bahkan gue udah kasih tips buat menghadapi ujian nanti."

"Ha? Apaan tipsnya, Fy?" tanya Sarah antusias.

Alify menatap Sarah dengan angkuh kemudian ia berujar dengan santai, "bakar buku pelajaran yang mau diikut UN, terus di minum abunya biar pinter."

Sedetik kemudian sebuah pulpen melayang mendarat tepat di kening Alify akibat ulah Sarah.

"Makan tuh pulpen. Guru sarap dan sesat memang cuma lo, Fy," ketus Sarah. Kemudian tanpa menunggu lama lagi, Sarah melangkah pergi meninggalkan Alify yang mencibir kelakuan Sarah yang tidak ada sopan-sopannya.

Jam mengajar Alify berakhir pada pukul 12 siang. Motor scoopy wanita itu melaju dengan kecepatan sedang menuju kantor Reno berada.

Tujuannya ke kantor Reno guna memastikan jika suaminya ini dalam keadaan baik-baik saja di kantornya, maka dari itu Alify memutuskan untuk mengunjungi kantor Reno dan melihat secara langsung keadaan suaminya itu.

Istri idaman dan cantik seperti dirinya memang akan sulit untuk di temui di mana-mana. Beruntung sekali Reno memperistri dirinya yang sangat perhatian, baik, dan merawat suami dengan sangat baik, batin Alify berujar penuh kebanggaan.

Setibanya di kantor, Alify tanpa bertanya pada resepsionis yang berjaga di dekat pintu masuk, melangkah menuju lift.

Dalam benak wanita itu kembali berujar jika ini adalah lahan uangnya juga.
Nanti setelah dari ruangan Reno, Alify berencana untuk menawarkan barang dagangannya pada karyawan Reno di kantor ini.

Dan yang pasti akan banyak tumpukan uang yang ia dapat dari kantor ini jika banyak karyawan yang mengambil barang padanya.

Kepala Alify menoleh ke arah samping ketika merasakan tatapan intens dari orang di sampingnya yang sama-sama tengah menunggu lift terbuka dan akan membawa mereka ke lantai tujuan.

"Kenapa Mas lirik-lirik? Berasa ngeliat Selena Gomez, ya?" tegurnya langsung. Tatapannya memicing ketika menyadari jika orang yang menatapnya adalah seorang pria dengan tampang manis mirip Dimas Anggara apalagi dengan senyum manis serta kacamata bening yang membingkai indai di mata pria dengan senyum manis itu.

"Oh, enggak apa-apa. Cuma heran aja, kamu karyawan baru di sini?  Soalnya baru lihat," tutur pria itu kikuk.

"Bukan lah, gue ke sini mau ketemu laki gue. Lagian lo enggak lihat gue pake seragam guru?"

Pria tampang kw mirip Dimas Anggara itu tersenyum kikuk.

Saat akan membalas ucapan Alify, pintu lift terbuka membuat Alify dan beberapa orang lain yang menunggu lift segera masuk begitu pun dengan Dimas Anggara kw itu.

"Kacamatanya bagus, Mas. Berapaan belinya?" tanya Alify menatap pria yang menyapanya tadi.

"Oh, ini." Pria itu menyentuh gagang kacamatanya dan tersenyum lembut. "Ini harganya lima ratus ribu," jawabnya memberitau.

Alify menggangguk paham.
"Saya juga jual yang kayak gitu. Harganya enggak sampe lima ratus ribu kok. Kalau mas tertarik bisa tuh beli sama saya," ujarnya menawarkan produk dagangannya.

"Mbak jualan juga? Jual apa aja?" sahut karyawan lain yang berada di dalam lift.

"Semua yang di perlukan saya jual. Kecuali, organ tubuh manusia sih." Lift yang menuju lantai Reno terbuka, sebelum keluar Alify sempat memberikan kartu namanya pada karyawan yang sepertinya tertarik dengan barang dagangannya.

"Di tunggu orderannya ya," ujar Alify sebelum benar-benar melangkah pergi. Meninggalkan beberapa karyawan serta Dimas kw yang terpaku di tempat, bukan karena Alify yang menawarkan produk dagangnya pada mereka. Tapi, terlebih pada di mana tempat Alify berada.

Suaminya?! Pak Reno suami dari perempuan tadi?  Ujar mereka dalam hati tidak percaya dengan apa yang mereka baru ketahui tadi.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang