38: Nyonya vs kain pel

7.5K 822 138
                                    

Alify melenggang santai menuju ruangan Reno tanpa melirik ke kanan atau ke kiri wanita itu terus berjalan lurus hingga seseorang menahan langkahnya yang akan masuk ke dalam ruangan Reno.

Alify mengernyit dan menatap perempuan yang tidak memperbolehkannya masuk. Alify menatap perempuan di hadapannya dari atas hingga bawah begitu terus menerus hingga perempuan yang ia tatap berdehem karena merasa risih.

"Maaf, Mbak. Mbak enggak boleh masuk sebelum buat janji temu dengan Pak Reno," ujar perempuan yang tak lain adalah Atika, sekretaris Reno yang baru.

Alify menatap Atika dengan aneh sebelum berujar, "lo siapa?"

"Saya Atika, Mbak. Sekretaris dua Pak Reno yang baru," jawab Atika sopan.

"Maksud gue, lo siapa berani ngatur gue buat ketemu sama laki gue kudu harus buat janji dulu?" Alify berdecap dan menatap Atika dengan sinis. "Lo harus inget dan hapalin muka cantik gue yang mirip sama Katty Perry ini baik-baik, kalau gue ini Alify Sholehah, istri dari Moreno Davis Jarec dan hanya satu-satunya di dunia ini."

Bola mata Atika membulat mendengar ucapan Alify barusan. Kemudian tanpa sadar ia menatap Alify yang masih mengenakan batik guru serta celana dasar dari atas hingga bawah berulang kali membuat Alify berdecap jengkel.
"Woy, mata lo belum pernah di colok sama linggis, eh?  Enggak sopan banget lo natap gue gitu," tegur Alify keras, membuat Atika tersentak di tempatnya.

Sungguh wanita di hadapannya ini sangat bar-bar dan tidak punya sopan santun, decap Atika dalam hati.

Tak mau menunggu dan berurusan dengan sekretaris  yang sepertinya belum mengenal dirinya sebagai istri Reno, Alify membuka pintu ruangan Reno dengan gerakan sedikit kasar membuat Reno dan 2 orang lainnya yang berada di dalam ruangan tersentak.

"Kamu!  Ngapain kamu ke sini ha?" sentak sebuah.

Suara yang tak lain adalah suara Oma Nani yang datang berkunjung dengan membawa Tasya.

Alify melangkah masuk menuju sofa yang di duduki Reno dan Tasya. Dengan wajah tanpa dosa, Alify mengambil posisi duduk di tengah-tengah antara Reno dengan Tasya, membuat Tasya merasakan sakit di paha kanannya akibat di duduki oleh Alify.

"He, kamu enggak lihat itu sofa cuma muat dua orang aja?" ujar Oma Nani sedikit keras. "Minggir sana!" usir Oma Nani tanpa malu.

Alify menoleh menatap Tasya dengan penuh kemenangan. "Lo enggak denger apa kata oma tadi?  Minggir sana! Kursi ini cuma muat dua orang aja," ujar Alify angkuh.

Alify semakin melesakkan bokong seksinya membuat Tasya semakin kesakitan. Tak ingin membuat dirinya semakin kesakitan, Tasya bangkit dari duduknya dan berpindah tempat di samping Oma Nani.

Sementara Oma Nani semakin mempertajam tatapannya menatap penuh permusuhan pada Alify yang kini memasang wajah tanpa dosa.

"Saya itu suruh kamu yang minggir bukan Tasya."

Alify berdecap menatap Oma Nani dengan tatapan polos.
"Oma Nani 'kan tahu posisi duduk seorang nyonya memang di samping tuan. Nah, beda kalau sama kain pel yang harus di taro di sudut ruangan," ucap Alify santai. "Sekarang, suruh gih si kain pel berdiri di pojokan," lanjutnya.

"Kamu!" Oma Nani bangkit dari duduknya.

"Oma sudah cukup. Berhenti membuat keributan di ruanganku," lerai Reno yang sudah pusing dengan perdebatan antara istrinya dan Oma Nani.

"Perempuan itu yang memulainya duluan, Davis!"

"Dia istriku, Oma. Tolong hargai aku, karena aku tidak suka jika istriku di hina di depan mataku sendiri."

"Udah Ren, enggak usah ribut sama oma. Kasian nanti dia kena strok," ucap Alify santai. Tangannya terulur menyentuh lengan Reno mencoba untuk menenangkan sang suami yang terlihat sedang mengurut keningnya.

"Nah, ini makan siang kita 'kan?" lanjutnya mengambil kotak makanan yang terletak di atas meja. Kemudian tanpa menunggu lagi, Alify menyuap makanan tersebut ke dalam mulutnya lalu ia arahkan pada Reno.

"Enak ya?" Alify berujar dengan senyum manisnya membuat Reno ikut tersenyum paksa.

Dalam benak pria ini berujar, istrinya ini benar-benar entah memang polos atau untuk memanasi kedua orang di hadapannya yang terlihat seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Itu makanan Tasya yang bawa dan dia buat sendiri. Enggak tahu malu kamu, makan makanan punya orang lain," ujar Oma Nani sinis.

"Bener itu Tas, lo yang buat makanan ini?" Bola mata Alify membulat tak percaya.
Sementara Tasya yang merasa di atas angin mengangguk dengan bangga. Dalam hati gadis itu ia ingin menunjukkan pada Reno jika dirinya jauh lebih baik dari Alify,  istri Reno yang urat malunya sudah tergadaikan.

"Hebat," puji Alify sembari mengacungkan jempolnya pada Tasya. "Masakan lo mirip  banget dan enggak ada bedanya sama masakan chef Niken yang kerja di restoran A&C itu."

Dam seketika itu wajah Tasya pucat pasi mendengar kalimat yang berbentuk sebuah sindiran dari Alify padanya.

                       ****

Alify masih terkikik di ruangan Reno meskipun Tasya dan oma sudah pergi dengan wajah pucat dan malu dari ruangan Reno berada.

Reno menatap istrinya dengan kening mengernyit, kemudian tanpa aba-aba tangannya bergerak menyentil kening Alify membuat si empunya meringis.

Alify nelotot menatap Reno tajam, "kamu apa-apaan sih? Sakit tahu enggak?" sungutnya kesal.

"Kamu yang apa-apaan ketawa sendiri kayak orang gila."

"Aku itu ketawa karena ingat muka oma sama si kain pel tadi. Mereka pergi tanpa perlawanan," balasnya. Sedetik kemudian ia kembali terkikik geli membuat Reno semakin tak mengerti.

"Maksud kamu?"

"Kamu tahu enggak sih Ren, kalau makanan yang kita makan tadi dan kata oma itu masakan Tasya, sebenernya itu dapet beli di restoran," jelas Alify tanpa menghilangkan tawa kecilnya.

"Kok kamu tahu?" tanya Reno tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Jelas lah aku tahu, 'kan aku sering makan di sana dan chef Niken itu teman sekolah aku dulu."

Sekarang Reno paham mengapa istrinya tidak berhenti terkikik geli menertawakan oma dan Tasya yang berniat membohonginya.

"Emaknya kancil jangan coba-coba di tipu," ujar Alify menepuk dadanya bangga dengan kecerdasannya.

"Oh iya, Ren. Aku 'kan tadi malem udah merawat kamu seperti anak sendri," ujar Alify yang mulai kembali serius.

"Aku suami kamu dan memang itu kewajiban kamu buat merawat aku," potong Reno lebih dulu. Karena dia tahu apa yang akan dibicarakan sang istri mata duitannya ini.

"Nah, bagus lah kalau kamu udah tahu." Alify tersenyum manis. "Aku cuma minta imbalan buat isi bensin aku selama sebulan karena udah rawat kamu tadi malem."

Nah 'kan, sudah Reno tebak jika istrinya ini akan melakukan sesuatu yang memiliki imbalan.

Reno menghembuskan napas jengkel dengan istrinya ini. Padahal Reno tahu jika Alify memiliki uang banyak di mana-mana tapi memang dasarnya Alify yang pelit dan penghematnya naudzubillah maka tak heran jika ia meminta imbalan bensin selama sebulan.

"Terserah kamu. Tapi aku mau isinya cuma lima ribu sehari," ujar Reno. Kemudian pria itu mengeluarkan uang sejumlah 150 dan di serahkannya pada Alify,

"Ya ampun Ren, kamu kok pelit banget sih jadi suami?" gerutu Alify kesal. Pandangannya jatuh pada 3 lembar uang bernilai 50 ribu dan memandangnya dengan perasaan hampa.

"Ya ampun, Lify, kamu kok jadi istri perhitungan banget?" ulang Reno menirukan ucapan Alify.

Hingga akhirnya sepasang suami istri itu sibuk mendebatkan siapa yang paling pelit dan siapa yang paling perhitungan.

Tanpa memedulikan dua orang di depan ruangan yang bisa saja mendengar perdebatan konyol mereka.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang