Sore itu cuaca di luar masih terasa terang meski jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.
Alify turun dari mobilnya di ikuti oleh Reno menghampiri sebuah rumah tanpa pagar dan mengetuk pintu tersebut dengan tidak sabaran.
"Sabar, Lify. Orangnya juga enggak akan kabur," tegur Reno saat melihat sang istri yang terlihat tak sabaran.
"Aku enggak bisa sabar saat uangku terancam punah," balasnya mendramatisir keadaan membuat Reno memutar bola mata jengah.
"Berlebihan," cibir Reno namun tidak di indahkan Alify.
Wanita itu justru semakin brutal menggedor pintu rumah yang tak kunjung terbuka juga.
Tak berapa lama, pintu terbuka dan menampilkan wajah Bu Rohaya, --si pemilik utang-- yang kini tengah menatap Alify dengan mata terbelalak.
"Enggak usah kaget gitu kali, Bu. Baru juga ngeliat kembaran Angelina Jolie." Alify menatap Bu Rohaya dengan tampang kesal. Karena sudah lebih dari dua minggu Bu Rohaya menunggak utang dan tidak ada itikad baik untuk membayar utang panci yang di ambil.
"Kenapa ya, Bu Alify kemari?" tanya Bu Rohaya menatap tak suka pada kehadiran Alify. Pasti dia mau ngambil panci yang sudah saya ambil, batin Bu Rohaya bermonolog.
"Enggak usah basa-basi Bu. Saya ke sini mau ngambil utang panci yang enggak ibu bayar juga."
"Loh, saya 'kan sudah bilang kalau saya sudah membayar lunas utang saya, Bu." Bu Rohaya berbicara dengan nada sinis. "Ibu jangan mengada-ada deh nuduh saya belum bayar. Kalau ibu mau ngambil keuntungan besar jangan gini caranya!" Suara Bu Rohaya terdengar nyaring dan terkesan membentak membuat Alify merasakan jika asap hitam tebal sudah keluar dari telinganya.
"Kalau ibu merasa sudah bayar mana buktinya? Jam berapa, kapan, di mana, dan sama siapa? Karena saya selalu memiliki bukti tanggal buat pembayaran utang kredit yang di ambil pelanggan saya," balas Alify tidak mau kalah. Wanita itu menatap tajam Bu Rohaya tanpa takut kualat karena Bu Rohaya sendiri yang sudah membangunkan serigala dalam diri Alify.
Tak mau membuat darah tingginya semakin naik, Alify memaksa menerobos masuk ke dalam rumah Bu Rohaya tanpa bisa dicegah oleh si empunya yang tengah mencak-mencak karena Alify menerobos masuk ke dalam rumahnya.
Reno yang melihat kelakuan istrinya hanya terdiam di tempat dengan tampang bodoh yang tak bisa ia sembunyikan.
"Bu Alify!" jerit Rohaya tak terima saat Alify melenggang dengan santainya sembari membawa panci berukuran besar dalam dekapannya.
"Panci ini saya sita. Dan akan saya kembalikan kalau Ibu sudah membayar sisa tanggungan." Alify berucap tegas tanpa memberi waktu untuk Rohaya membuka suara.
Kemudian tanpa menunggu lebih lama lagi, Alify melangkah menuju mobil diikuti dengan teriakan Bu Rohaya yang tidak terima panci kesayangan dan baru dimiliki beberapa bulan ini harus raib di tangan medusa itu.
Reno yang melihat Alify sudah masuk ke dalam mobil, mengikuti langkah sang istri dan sejurus kemudian Reno sudah duduk di belakang stir dengan tampang datar sembari melirik Alify yang masih sibuk mengelus panci yang masih bersih dengan lembut.
"Kamu mirip sama tukang palak Fyy. Ngambil barang orang secara paksa," tegur Reno dengan lirikan yang ia berikan pada Alify.
"Siapa bilang ini barang orang?" sahut Alify tak terima. "Ini barang punya aku tahu. Selama pelanggan belum bisa membayar lunas utang kreditnya, bisa dipastikan kalau barang ini milikku," lanjutnya santai.
Reno yang mendengar hal tersebut mendesah pasrah, kemudian pria itu mulai menyalakan mobilnya melaju membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu macet padahal saat ini sudah menjelang sore.
Setibanya di rumah, Alify dan Reno langsung menuju kamar untuk membersihkan tubuh atau istirahat sejenak dari penat rutinitas yang mereka lakukan di luar rumah.
"Mau ke mana?" tegur Reno ketika melihat sang istri yang terlihat akan bepergian.
"Mau pergi sama Ayu, buat nagih uang kreditan di rumah tetangga."
Reno menatap Alify dari atas kepala hingga ujung kaki kemudian pria itu berdecap prihatin dengan selera fashion Alify sore ini yang terlihat aneh di matanya.
Bagaimana tidak aneh jika setelan piyama warna oranye di padukan dengan kacamata hitam dan tidak lupa dengan kepala yang tertutup oleh topi pantai warna merah. Alify terlihat seperti orang gila yang tidak mengerti fashion dengan tampilan aneh ala dirinya sendiri. Cukup kelakuannya saja yang aneh, dirinya jangan sampai, batin Reno prihatin.
"Kamu enggak pake alas kaki?" tanya Reno heran.
"Siapa bilang?"
"Itu buktinya." Reno melirik kaki Alify yang tidak beralas apa pun.
"Make kok. Itu lagi di ambilin Sri," balas Alify kalem.
Tak lama kemudian Alify keluar dari kamar mereka diikuti oleh Reno yang masih menatap Alify dengan pandangan anehnya.
Setibanya di lantai dasar, Sri sudah menunggu di ujung tangga dengan menenteng sepatu boots warna hitam yang langsung di pakai oleh Alify membuat Reno lagi dan lagi menganga tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Kenapa selera fashion kamu hari ini aneh banget?" Tak tahan dengan rasa penasaran yang mendera pikirannya, Reno memutuskan untuk membuka suara dan bertanya langsung pada istrinya.
"Biar penampilanku lebih meyakinkan dan orang lain takut padaku," sahut Alify kalem.
"Bukannya keliatan meyakinkan tapi justru keliatan aneh," cibir Reno tak tahan lagi untuk mengomentari penampilan sang istri.
"Ini itu fashion trendy masa kini. Makanya kamu rajin-rajin liat tivi atau majalah dan lihat trend fashion sekarang," sahut Alify masih dengan wajah santainya. "Ayu mana?" tanyanya pada Ayu yang berdiri di sampingnya.
"Ayu lagi menyiapkan kendaraan untuk keberangkatan Ratu," jawab Sri dengan logat jawanya.
"Oh, oke." Alify mengangguk mengerti, kemudian wanita itu keluar dengan masih diikuti oleh Reno dan Sri.
Saat kaki mereka hampir menjangkau pintu keluar, Ani datang menghalangi mereka dan menyerahkan payung hitam pada Alify membuat Reno yang melihat hal tersebut menatap tak mengerti.
"Payung buat apa?"
"Buat terhindar dari panas lah, Raja," sahut Ani dengan logat jawanya.
"Saya tahu manfaat dan kegunaan payung itu untuk apa. Yang saya tanyakan itu untuk apa Alify membawa payung, sedangkan cuaca di luar sana menjelang petang dan enggak ada matahari yang menyengat lagi," jelas Reno panjang lebar tak lupa tatapan sinisnya yang ia berikan pada Ani.
"Lha, Raja enggak tahu ya kalau Ratu Alify memang sering pergi nagih utang dengan peson yang aneh," ujar Ani memberitahu.
Alify mendelik mendengar ucapan Ani yang menggunakan bahasa inggris yang aneh di pendengaran. "fashion An. Bukan peson," tegurnya.
"Loh Ratu, memang sudah berubah bahasanya?" Sri menatap Alify dengan pandangan terkejut, karena selama ini ia juga menggunakan kata peson yang ia tahu.
"Memang dari dulu kayak gitu Sri, Ani," ucap Alify gemas. "Makanya les sama gue bahasa inggris dan gue akan ngajarin kalian dengan baik dan ikhlas," lanjutnya membuat Ani dan Sri berbinar senang.
"Beneran Ratu?" ujar keduanya kompak.
"Hm. Asal lo berdua siap gaji gue satu juta sebulan."
Ani dan Sri kompak memutar tubuh mereka melangkah pergi meninggalkan Alify dan Reno tanpa berucap sepatah katapun.
"Katanya ikhlas tapi kok minta gaji?" sungut Sri yang masih di dengar oleh Alify dan Reno.
"Namanya juga Ratu medit," sahut Ani kesal membuat Alify memekik kesal karena dikatakan Ratu medit.
"Gue bukan medit tapi gue pecinta duit oy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...