Pulang ke rumah saat jam menunjukkan pukul 11 malam membuat Reno harus rela mandi malam untuk membersihkan dirinya yang terasa penat akibat beraktivitas di luar rumah selama lebih dari 8 jam sehari.
Hari ini Reno terpaksa lembur karena pekerjaan yang menumpuk minta di selesaikan hari ini juga.
Reno keluar dari kamar mandi dengan langkah tertatih karena ia sudah tidak kuat menahan ras tidak enak pada tubuhnya.
Sepertinya Reno akan terkena demam jika ia sudah merasakan sakit-sakit pada tubuhnya.
Alify yang merasakan ranjangnya bergoyang membuka matanya meski ia masih sangat mengantuk.
Alify memutar tubuhnya dan menatap Reno yang berbaring di sampingnya dengan deru napas yang terdengar berat.
"Ren, kamu kenapa?" Cepat, Alify bangkit dari tidurnya dan kemudian ia mendekatkan tubuhnya pada Reno, kemudian menyentuh kening Reno yang terasa panas.
"Aku enggak apa-apa, Lify."
Alify berdecak mendengar ucapan Reno, "enggak apa-apa tapi badan kamu panas, Ren. Sudah tunggu sini, aku mau ambil kompres sama alat buat kerokan dulu."
Alify bangkit dari posisinya. Namun, sebelum ia benar-benar pergi ia sempat menggumamkan sesuatu yang membuat Reno terkekeh geli.
"Gini-gini aku itu istri idaman yang baik hati dan suka menolong. Beruntung banget kamu, Ren. Punya istri yang cantiknya kayak Seo Jo Hyun, SNSD."
"Lify … Lift," gumam Reno di sela kesadarannya yang mulai menipis.
Saat Alify turun dari tangga, ia melihat lampu ruang tengah yang menyala pertanda jika ada orang yang sedang menonton TV.
"Sri, Ayu. Lo berdua enggak tidur?" tegur Alify pada dua orang Art-nya.
Sri dan Ayu kontan menatap majikan mereka yang tumben-tumbennya terbangun di tengah malam ini.
"Kami belum mengantuk, Ratu. Kami sedang menonton Jacki Chan," jawab Sri menoleh sejenak pada Alify. Kemudian ia mengalihkan tatapannya pada layar televisi yang tengah menampilkan aksi laga Jacki Chan yang tengah bertarung melawan musuh.
"TV kok di tonton," cibir Alify. Kemudian ia mengambil posisi duduk di atas sofa yang terletak tak jauh dari posisi Sri dan Ayu duduk.
"Terus harus di apakan Ratu?" tanya Ayu tanpa menoleh pada majikannya itu.
"Di telen, ck." Alify berdecap sejenak, "lo, Sri, ambilin gue waslap buat kompres dan lo, Sri, cariin gue koin sama body lotion sekarang."
Sri dan Ayu kompak menoleh pada Alify dengan tatapan bingung.
"Memang siapa yang sakit, Ratu?"
"Reno. Cepet sana ambilin," sahut Alify menjawab pertanyaan Sri. Kemudian tanpa menunggu diperintahkan dua kali oleh Alify, Sri dan Ayu bangkit dari posisi duduk mereka berniat mengambil pesanan sang Ratu.
"Jangan lupa nasi sama teh hangatnya!" ujar Alify sebelum dua orang ART itu menjauh.
"Obatnya, Ratu?" Ayu bertanya dengan tanpa menoleh pada Alify.
"Enggak usah. Di kamar gue ada obatnya!"
Reno mengernyit saat merasakan punggungnya yang sedikit sakit akibat goresan serta tarikan koin pada tubuhnya.
"Pelan-pelan, Fyy," gumam Reno disela ringisannya.
Alify yang tengah menarik koin di punggung Reno dengan gerakan sedikit abstrak berdecak mendengar rintihan Reno.
"Ini pelan juga, Ren, kalau yang kebut itu kayak gini." Tangan Alify bergerak secara serampangan di punggung Reno dengan gerakan kasar yang membuat Reno semakin merintih kesakitan.
"Sakit, Lify!" jerit Reno di sela kesakitannya.
"Siapa suruh cerewet begitu?"
Alify kembali menarik koin di punggung Reno dengan gerakan pelan namun sedikit menekan koin yang ia pegang di atas tubuh Reno agar anginnya keluar.
"Kamu lagi di kerok pake koin aja udah ngeluh. Belum aku coba kerok pake gergaji," ujarnya yang tidak di tanggapi oleh Reno. Karena pria itu sibuk menahan rintihan akibat ulah istrinya yang tengah menganiaya bagian tubuh belakangnya.
Seumur hidupnya, baru kali ini Reno merasakan apa itu yang namanya kerokan.
"Kamu itu beruntung Ren, punya istri yang baik, cantik, dan penyabar kayak aku. Coba kalau kamu dapet istri model cewek lain? Hancur hidup kamu, Ren."
"Kamu itu setiap hari harus bersyukur dan berterimakasih dengan Tuhan, karena berkat-Nya, kamu di kirim bidadari surga yang menggemaskan seperti aku."
Reno hanya terdiam mendengar ocehan Alify yang lebih kepada 'memuji' dirinya sendiri. Kepercayaan diri sang istri benar-benar tidak di ragukan lagi, membuat Reno yang merasa kosong selama hidupnya merasa jika inilah yang seharusnya ia terima dari dulu.
Batin Reno mensyukuri ia memiliki 'rencana' yang mampu mengubah hidupnya.
Rencana yang sudah ia susun dua tahun belakangan ini.
"Balik badan, Ren," perintah Alify usai mengeksekusi bagian punggung Reno.
Tanpa bertanya, Reno memutar tubuhnya, sedangkan Alify kini sudah duduk di samping Reno dan mulai menekankan koin yang ia pegang di atas kulit tubuh pria itu.
Sesekali Reno meringis kesaktian merasakan tekanan pada koin yang di gerakkan Alify.
"Sudah," ujar Alify tersenyum senang. Kemudian wanita itu mengambil piring berisi satu centong nasi dan menumpahkan teh hangat di atas nasi membuat Reno mengernyit melihat aktivitas sang istri.
"Buka mulut. Sekarang waktunya kamu makan dulu buat isi perut terus habis itu baru minum obat," ujar Alify.
"Kenapa enggak pake bubur aja? Nasi campur teh memang enak?" cerca Reno menatap tepat di manik mata sang istri.
"Enak, Reno. Kalau enggak enak, itu bukan salah teh sama nasinya tapi salah lidah kamu." Alify menyodorkan sesendok nasi yang sudah di campur teh membuat Reno mau tak mau membuka mulutnya dan menerima suap demi suap yang di berikan Alify.
Satu piring nasi tandas membuat Alify tersenyum senang. Kemudian wanita itu menyodorkan pil yang sudah ia ambil di kotak obat persediaannya dalam kamar dan membuat Reno mau tidak mau menelan dua butir pil yang ia telan sekaligus.
"Aku ngantuk," gumam Reno pelan.
Alify yang tengah memeras handuk kecil di dalam baskom menoleh singkat kemudian bergumam, "ya udah kamu tidur aja."
Alify meletakkan handuk yang sudah ia peras di atas kening Reno, kemudian ia menarik selimut hingga menutup sampai leher Reno.
Beberapa kali Alify menguap menahan rasa kantuk yang menderanya. Kemudian ia melirik jam yang berada di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Beberapa kali Alify mengganti air dalam baskom hingga kemudian ia tak bisa menahan kantuknya dan tanpa sadar kepala wanita itu jatuh tepat di atas dada Reno yang tertutup selimut.
Alify mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan bokong seksinya yang menempel sedikit di ujung tempat tidur.
Posisi tidur Alify mungkin akan membuat pinggang wanita itu sakit keesokan paginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...