"Dasar pelit lo," cibir Naya sembari memelototi Alify.
"Bukan pelit Nay. Tapi, gue enggak mau lo masuk neraka gegara lo punya utang dan enggak bayar sama gue," alibinya. "Utang kan di bawa mati kalau enggak di bayar. Terus ujungnya dosa dan neraka yang nungguin lo."
"Prissy sama Digo mana?" tanya Reno mengalihkan perhatian kedua perempuan yang entah memperdebatkan apa, Reno juga tidak tahu.
Naya menepuk dahinya pelan karena baru mengingat jika si pembuat acara belum Juga menampakkan wajahnya.
"Gue telepon dulu," ujarnya, kemudian kini ia mencari nomor ponsel Prissy dan menelponnya hingga menunggu beberapa detik dan telepon pun tersambung pada Prissy.
"Lo masih dimana, Ssy?" todong Naya to the point.
Naya menekan tombol loudspeaker pada layar ponselnya dan meletakkan ponsel warna gold tersebut di atas meja agar Alify dan yang lainnya mendengar jawaban yang akan di keluarkan Prissy.
"Gue? Gue di kamar sih. Kenapa emangnya?" jawab wanita hamil itu terdengar santai. Membuat 4 orang yang berada di meja tersebut menahan napas mereka mendengar jika Prissy masih di rumah sementara mereka sudah menungunya di restoran.
"Wah Ssy, lo nyari ribut ya sama gue?" tandas Alify langsung. Terdengar nada suaranya yang nyaring hingga membuat beberapa pengunjung restoran menatap Alify dengan pandangan 'lo berisik kita sambit' membuat Naya menoleh dengan senyum kikuk ia meminta maaf atas suara cempreng Alify yang sudah mengganggu ketenangan pelanggan.
"Itu kayak suara si Pit deh Nay. Lo lagi sama dia?" Suara Prissy kembali terdengar membuat Naya serta Alify kompak memutar bola mata mereka malas. Sedangkan Reno dan Abi? Kedua pria dewasa dengan tampang hot itu ternyata tengah sibuk membicarakan soal bisnis dan sesekali menyantap makan siang mereka yang sudah hampir terlambat.
"Ini emang suara gue, Ssy. Terus lo kenapa belum dateng juga di restoran tempat kita janjian?" Gemas, Alify rasanya ingin sekali memukul kepala sahabatnya jika saja Prissy ada disini.
"Janji?" Suara Prissy kembali terdengar membuat Naya menghela napas malas.
"Lo tadi malem nge-chat kita dan ngasih tahu kalau lo ngidam pengin triple date sama kita? Dan lo justru masih asik di kamar dan ngelupain janji lo sendiri?" dengus Naya jengkel.
"Astaga!" jerit Prissy terdengar dari seberang sana membuat kali ini perhatian para pengunjung restoran untuk yang kedua kalinya menatap meja yang di duduki oleh Naya dan yang lainnya.
"Bukan suara gue!" pekik Alify mengangkat tangannya ke atas. "Bener deh itu bukan suara gue. Kalau yang tadi itu suaranya mirip kayak gajah kentut itu suara sahabatnya dia," tunjuk Alify pada Naya yang kini sudah memelototinya.
"Kenapa jadi gue?" ujar Naya kesal.
"Kita tunggu lo di restoran tempat yang lo janjiin itu Ssy. Kalau lo enggak dateng dalam waktu dua puluh menit lagi, gue dan Alify enggak akan mau jadi tim sorak waktu lo mau ngelahirin," ujar Naya tegas. Kemudian tanpa menunggu respon dari Prissy, Naya dengan segera mematikan sambungan telepon tersebut dengan gemas.
"Terus kalau Prissy enggak dateng, gimana?" Mengangkat sebelah alisnya, Alify menatap Naya yang juga tengah memikirkan sesuatu.
Senyum Naya mengembang kemudian ia menjentikkan jarinya di hidung Alify, "kita double date dan enggak jadi triple date."
Dan di sinilah mereka saat ini, mengitari mall dengan posisi saling bergandeng seperti pasangnya remaja membuat semua pasang mata memandang iri pada dua pasang suami istri itu terlebih lagi ada seorang aktor terkenal yang bergabung bersama pasangan tersebut.
Siapa lagi aktor tersebut jika bukan Abimana, si aktor tampan dan hot yang tengah melingkari lengan kokohnya di pinggang Anaya.
Mereka jalan beriringan masuk dari satu toko ke toko lain bukan untuk membeli sesuatu melainkan karena mereka sedang kurang kerjaan.
Bagaimana tidak kurang pekerjaan jika mereka memasuki toko satu per satu lalu membandingkan harga barang dengan toko lainnya membuat Reno dan Abi hanya mengikuti keinginan istri-istri mereka yang mungkin saat ini tengah menganggur dengan perasaan terharu.
Terharu, itu yang di rasakan karena betapa beruntungnya mereka memiliki istri dengan tingkah aneh dan nyeleneh yang selalu membuat Abi maupun Reno di buat malu.
"Ssst … Nay, lo tahu enggak harga baju kaus yang lagi gue pegang ini kalau di tanah abang cuma paling lima belas ribu," bisik Alify sembari menyentuh baju kaus warna putih yang sedang ia pegang saat ini.
Tangannya meraba dengan gerakan perlahan dan pasti untuk menyesap rasa dari kaus yang ia pegang dan ternyata sama saja dengan bahan yang ada di pasar tanah abang.
Naya yang tengah mengamati gaun cantik dengan renda di bagian bawah serta tak lupa bagian atas dadanya yang terlihat rendah hingga membuat siapapun yang memakainya terutama untuk yang memiliki bentuk ukuran payudara yang besar pasti akan sangat terlihat jelas tonjolan dari balik gaun seksi itu.
"Itu harganya berapa?" Naya menatap Alify dan kaus yang ia pegang secara bergantian.
"Dua ratus ribu, harganya."
"Mungkin yang ini lebih berkualitas, Fy," balas Naya tak ingin berprasangka.
Alify memicingkan matanya dengan bibir mencebik kesal, "ish Nay, gue tahu kali kalau ini barangnya sama kayak yang di TA. Tapi, yang ngebedainnya cuma di harga doang."
"Iya deh, terserah lo. Terus sekarang kita mau kemana lagi? Kasian laki gue di liatin terus sama cewek-cewek kurang belaian itu," sungut Naya kesal dengan mata yang melirik ke arah sekumpulan perempuan yang menatap Abi dengan pandangan lapar.
"Lo udah dapet inspirasi dari gaun yang akan lo rancang?" selidik Alify usai menatap para perempuan yang di maksud sahabatnya.
Naya mengangguk sebagai jawabannya membuat Alify memicing curiga, "inget ya Nay, inspirasi sama jiplak itu beda."
Dan satu toyoran di kepala Alify adalah jawaban atas kekesalannya pada sahabat meditnya ini.
Beriringan dengan posisi yang kembali ke awal, mereka berjalan keluar dari toko pakaian dengan merk terkenal tanpa membeli apapun.
"Capek?" Reno bertanya, sesekali ia mengusap kening istrinya dengan lembut membuat jantung Alify berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Enggak," balasnya dengan cengiran membuat Reno gemas. Sudah membuat pelayan toko melayani mereka dan bertanya tentang banyak hal mengenai harga dan bahan baju di toko tadi kemudian Alify dan Naya justru dengan enteng mengatakan pada pelayan toko jika saat ini mereka belum memiliki uang.
"Kamu nakal juga ya," ujar Reno membuat cengiran Alify semakin melebar.
"Tapi, kamu suka kan?' balasnya menaik turunkan alisnya.
Alify mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mendapati jika dirinya maupun Reno, serta Naya dan Abi selalu menjadi pusat perhatian orang-orang yang menatap mereka dengan pandangan iri.
"Mata jaga woy biar enggak lihat couple kece kayak kita!" Sengaja Alify mengeluarkan suaranya dengan lantang membuat Reno segera menyembunyikan wajah Alify di dadanya sembari tetap berjalan tanpa memedulikan protesan Alify.
Bisa bahaya jika mereka di kroyok orang-orang di sekitar mall akibat ulah Alify yang sering memancing kemarahan orang. Dan gilir orang itu sudah marah maka Alify dengan santainya membuat posisi jika ia adalah korban, padahal ia sendiri yang memancing orang-orang untuk menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...