Reno menatap kepergian Alify dengan pandangan aneh.
Apalagi melihat Alify yang diboncengi Ani dengan sepeda warna biru keluar dari gerbang.
"Kenapa naik sepeda?" tanya Reno pada Bi Darmi yang hendak masuk ke dalam rumah.
"Ratu Alify?" Reno mengangguk sebagai jawabannya. "Oh, itu, Ratu memang sering naik sepeda kalau mau nagih utang. Katanya kalau naik motor atau mobil itu boros mau beli minyak, Raja," jelas Bi Darmi dengan suara pelan. Kemudian wanita paruh baya itu izin melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Reno yang masih terpaku di tempat.
"Ck." Reno menggeleng tak percaya dengan tingkah istrinya yang sangat irit. Tidak salah jika Alify di juluki Ratu medit oleh orang yang mengenalnya karena memang istrinya itu terlalu pelit dalam hal apa pun.
Reno kemudian melangkah masuk dan duduk di sofa yang langsung menghadap pada layar televisi yang tengah menyala.
Mata tajamnya fokus pada layar kaca yang menayangkan berita seputar Indonesia maupun mancanegara saat handpone yang diletakkan di atas meja berbunyi memecahkan fokus Reno pada berita yang sedang ditayangkan.
"Halo." Tanpa melihat sang penelpon, Reno mengangkatnya dengan mata yang terfokus pada layar televisi.
Reno hanya sesekali mengangguk mendengar informasi yang disampaikan oleh orang suruhannya.
Kemudian, saat telepon di matikan, Reno menyeringai lebar bahkan sesekali ia terkekeh ketika mendengar informasi yang disampaikan oleh anak buahnya.
Tak berapa lama kemudian, Reno bangkit dari duduknya kemudian melangkah menuju ruang kerjanya yang terletak di sebelah kamar Alify.
Sepetinya sore ini Reno akan bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan kantornya agar besok ia bisa bersantai dan memantau Alify di sekolah.
Malam harinya Alify dan Reno yang tengah makan malam di kejutkan dengan kedatangan Prissy dan Digo.
"Oy, Pit, gue sama laki gue numpang makan ya. Di rumah beras dan lauk gue habis," ujar Prissy dan tanpa disuruh ia langsung mengambil posisi duduk.
"Amin," balas Alify tulus dengan mata yang menatap sahabat tidak tahu malunya itu. "Gue aminin semoga saja beras lo bener-bener habis," lanjutnya setengah mencibir.
"Jahat banget do'a lo. Gue enggak akan jatuh miskin, Pit kalau lagi untuk makan," balas Prissy tidak mau kalah.
"Terus kenapa lo makan di sini?"
"Bang Digo lagi pengin makan tempet lo."
Alify memicing matanya menatap Digo, sementara yang ditatap mengangkat bahu acuh membuat Alify yakin jika bukan keinginan Digo untuk makan di rumahnya melainkan keinginan ibu hamil yang selalu menyusahkan orang saja.
"Terserah lo mau makan ya makan, tapi inget habis makan bayar ya lo," canda Alify membuat senyum Prissy mengembang.
"Tenang aja gue pasti bayar. Tapi pake do'a aja ya, duit lo udah banyak dan enggak butuh duit gue yang kere ini."
"What ever," balas Alify yang malas berdebat dengan Ibu hamil satu ini. Karena Prissy tidak akan mau mengalah jika urusan berdebat sebelum dimenangkan olehnya.
Alify meminta Sri dan Ayu mengambil peralatan makan untuk tamu tidak diundang yang tiba-tiba datang ke rumah dan tanpa malu justru meminta numpang makan.
"Makan, Kak," tutur Digo tersenyum tipis pada sang kakak, Reno, yang hanya menatap perdebatan kecil antara istri serta adik iparnya.
Pantas saja adik ipar dan istrinya cocok bersahabat itu mungkin mereka sama-sama memiliki sifat dan kelakuan aneh, batin Reno bermonolog.
Reno menoleh pada Digo dan menganggukkan kepalanya dua kali sebagai jawaban atas ucapan Digo barusan.
"Makannya dikit-dikit aja Ssy, nanti perut lo sakit," ujar Alify memberitahu dengan penuh perhatian.
"Udah deh Pit. Lo itu harusnya medit sama orang lain aja, jangan sama gue, sahabat lo sendiri."
Mereka terutama Prissy makan dengan lahap hingga beberapa piring yang terhidang di atas meja tandas tak tersisa.
Alify melotot sebal dengan beberapa piring kosong yang berada di hadapannya.
"Wah, Ssy, lo ngajak ribut ya. Apa-apaan lo ngabisin makanan gue?" sungut Alify tak terima jika semua menu di dalam piring harus tandas tak tersisa.
"Gue wanita pencinta damai, bukan pencinta keributan," sahut Prissy santai. "Lagian lo jadi manusia kok pelit banget sih pit? Mau lo mati kuburannya sempit?" tandasnya dengan wajah angkuh.
"Eh Ibu hamil yang enggak tahu diri, gue kasih tahu ya sama lo kalau gue ini rajin beramal sama orang susah yang membutuhkan." Alify menatap Prissy dengan pandangan berapi-api. "Cuma gue enggak mau nyebarin atau kasih tahu orang lain aja."
"Terus kenapa lo kasih tahu gue?"
"Biar gue bisa pamer sih," balasnya diakhiri dengan cengirannya.
"Dasar tukang pamer," cibir Prissy kemudian ia bangkit dari duduknya. "Ayo bang, kita ke kamar," ajaknya tanpa tahu malu menggandeng tangan Digo dan membawanya ke kamar yang terletak di lantai dua.
"Alify sayang, Alify cantik, Alify manis, gue numpang minep di rumah lo ya." Bukan suara Prissy yang meminta izin melainkan Aliffy yang menirukan gaya bicara Priss.
Prissy yang di sindir oleh Alify seolah tuli tidak merespons ucapan sang sahabat.
Sementara itu Digo hanya mampu tersenyum tak enak hati pada Alify dan Reno yang menatap mereka dari ruang makan. Bahkan sesekali Digo harus menoleh ke belakang menatap kakak dan kakak iparnya dengan pandangan maaf darinya.
"Woy Ssy! Gue ini yang punya rumah. Kenapa lo enggak izin dulu sama gue kalau mau minap?" jerit Alify dari ruang makan saat Digo dan Prissy akan melangkah menuju lantai dua di mana kamar yang biasa di tempati Prissy berada. Kamar yang terletak tak jauh dari kamar Alify.
"Gue minep Pit!" balas Prissy dari ruang tamu.
Alify menghela napas berat sebelum ia berteriak dengan nyaring membuat para ART yang berada di dekatnya segera menutup telinga mereka.
"Telat Ssy! Izin dulu baru minep!"
"Sabar Ratu, ini ujian," ceramah Sri yang di balas dengkusan oleh wanita itu.
"Ujian menuju neraka."
"Memang Ratu mau masuk neraka? Lihat Raja dari tadi santai-santai saja," tutur Ani membuat Alify kontan menengok pada Reno.
"Kalau Reno sih jangan diomongin. Ada gempa aja dia enggak akan peduli," cibirnya yang langsung mendapat pelototan dari Reno.
"Apa? Mau ngomongin aku apa lagi?" cerca Reno yang sedari tadi diam akhinya buka suara.
Alify menatap Reno dengan tatapan polosnya, "apa? Aku enggak ada ngomongin kamu ya. Mungkin si Ayu itu yang ngomongin kamu," balas Alify tak mau disalahkan.
Ayu yang baru datang menatap Alify bingung, "kok saya, Ratu?"
"Karena Alify tidak pernah salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...