17: makan bersama √

8.4K 757 25
                                    

Pukul 10 Alify dan Reno baru tiba di kediaman mereka membuat Mang Parjo yang tengah menyeruput kopi panasnya segera bangkit dan membuka gerbang untuk tuan dan nyonya yang baru saja tiba.

"Selamat malam Ratu, Raja," sapa Mang Parjo usai membuka gerbang.

"Malem Mang. Ayo masuk kita makan-makan." Mang Parjo yang mendengar kata makan-makan dengan segera mengunci pintu gerbang dan mengikuti langkah tuan dan nyonya masuk ke dalam rumah.

Alify memang selalu mengajak para pekerja di rumahnya untuk makan bersama jika ia membeli makanan atau membawa makanan dari luar. Kecuali, makan sehari-hari mereka tidak akan mau satu meja dengan Alify, karena meskipun majikan mereka ini terlihat seperti gadis urakan tapi mereka masih memiliki rasa segan.

Reno mengernyit bingung dengan ajakan Alify yang meminta Mang Parjo untuk ikut bersama mereka, namun, rasa bingungnya terjawab saat melihat Alify meminta pada ART perempuan mengambil peralatan makan dan membawanya ke ruang tengah, di mana ada televisi yang menyala dan karpet tebal di gelar depan TV.

"Ini buat bibi sama Mang Parjo." Alify membagi kue-kue yang dibuat Dina dan meletakkannya dalam piring di hadapan Mang Parjo dan Bi Darmi.

Lalu kemudian ia membagikannya lagi pada piring Ani, Ayu, dan Sri. Setelah itu baru lah Alify membagikan kue tersebut ke dalam piringnya dan Reno.

Reno sendiri tengah duduk bersila di samping Alify dan menatap pergerakan luwes Alify yang membagikan kue tersebut ke dalam masing-masing  piring dengan ukuran yang sama rata.

"Ratu, kami tadi buat soto. Ratu mau makan soto?" tawar Sri yang tengah mengunyah kue lapis legit dengan nikmat.

"Mana? Kenapa enggak bilang dari tadi coba!" seru Alify lantang membuat Reno tersedak ludahnya sendiri.

Gila, mana ada orang utan yang teriak di malam begini, sungut Reno kesal. Iya, ada, itu adalah istrinya sendiri yang memiliki hobi berteriak di mana pun ia mau dan mirisnya Reno baru tahu baru-baru ini.

Beda halnya dengan para ART yang kini sudah berdiri dengan terburu-buru mengambil soto pesanan Alify. Ada yang mengambil mangkok, kuah, dan bahan soto lainnya untuk sang majikan.

Alify tersenyum lebar membuat Sri yang berada di depannya mencibir kelakuan majikannya.
"Ratu Alify enggak takut apa suaranya bisa ngedatengin kuntilanak?"

"Enggak lah," sahut Alify datar. Kemudian ia mulai menyantap soto kesukaannya dengan lahap dan menyingkirkan piring kue di hadapannya untuk sementara waktu.

"Kan ada si Ayu, pawangnya kuntilanak," lanjutnya membuat Ayu melotot sebal.

"Ratu iki sembarangan wae ngomongnya. Aku saja takut kok sama medit," sungut Ayu tak terima.

"Takut sama Tuhan, bukan sama medit," ujar Bi Darmi melerai adu mulut yang sebentar lagi akan terjadi jika tidak di tengahi.

"Bener itu. Takut itu sama yang menciptakan kita bukan sama sesama yang di ciptakan Tuhan." Ani ikut-ikutan menyahut membuat Alify memutar bola matanya.

"Husst kalian ini ndak boleh  bahas yang ghaib-ghaib gitu. Entar pada takut semua," timpal Mang Parjo yang tengah melahap kue  dalam piringnya.

"Mang Parjo memang enggak takut?" selidik Alify memicingkan matanya.

"Saya, Ratu?" Mang Parjo tesenyum pongah. "Enggak lah Ratu. Ngapain saya takut? Jangankan kuntilanak, gendruwo sekali pun saya enggak takut."

Sedetik setelah mengucapkan hal tersebut suara kuntilanak terkikik nyaring membuat suasana yang tadinya ramai kini hening senyap.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang