"Woah! Gue enggak nyangka ya ternyata tamu gue lebih rajin dari tuan rumah," sindir Alify ketika ia tiba di ruang makan. "Dan lihat betapa tahu malunya tamu gue ini. Udah makan duluan tanpa nunggu Tuan rumah," lanjutnya lagi.
Namun, yang ditegur justru tak mengindahkannya dan sibuk mengunyah paha ayam yang ia kunyah dengan lahap.
Alify yang merasa ucapannya tak di respons, menghela napas kesal dengan tingkah tamu tak tahu malunya yang pagi-pagi sudah nongkrong di ruang makan.
"Ssst ... Ratu, tidak baik berbicara seperti itu. Biarkan nyonya Prissy makan dengan tenang. Kasihan Nyonya kelaparan," tegur Sri sembari meletakkan segelas susu untuk Prissy.
"He, Sri. Sejak kapan gue gaji lo dan sejak kapan gue jadi Tuan rumah di sini? Please deh panggil gue Prissy aja. Risih gue dengarnya." Prissy melotot sebal pada Sri yang membalas ucapannya dengan cengiran serta kekehan lucu dari Sri.
"Nyonya 'kan temannya Ratu Alify dan sering main ke sini. Jadi, ada baiknya kalau aku wes manggilnya dengan sebutan Nyonya."
Prissy mendengkus dengan tatapan sebal yang ia layangkan pada Sri.
"Gue bukan Pit yang gila hormat," tuturnya kemudian kembali mengunyah ayam goreng yang sempat ia tinggalkan tadi.Merasa dirinya di sebut-sebut, Alify melotot sangar. "Gue bukan gila hormat, tapi gue pengen ada panggilan beda aja dari ART setelah gue melepas masa lajang gue," sungut Alify tak terima.
"Jadi pengantin dadakan aja bangga," ucap Prissy santai membuat Alify semakin di landa kekesalan. "Kalau enggak di butuhkan segera sama Kak Reno, gue yakin sih lo bakal jadi PT seumur hidup." Prissy melebarkan matanya ketika sepiring ayam goreng yang ada di hadapannya di ambil paksa oleh Alify.
"Itu mulut kalau enggak di filter jangan makan di rumah gue," ketus Alify yang sudah menjauhkan sepiring ayam goreng di pangkuannya. "Lagian ya gue Juga enggak mau nikah sama Reno, tapi berhubung gue di iming-iming duit, jelas gue enggak menolak."
"Lo tadi ngomong apa? PT? Wah untung lo ingetin gue kalau gue harus ke PT hari ini buat ngambil duit," lanjutnya. Sedangkan tangannya memindahkan secuil daging ayam yang sudah ia sobek kecil lalu di letakkan di atas piring Prissy. "Itu buat lo," beritahunya membuat Prissy mendesah kesal.
"Lo kayak ngasih anak kecil makan. Pit," sungut Prissy tak terima.
"Syukur-syukur gue kasih lo makan."
"Sayang," panggil sebuah suara dari arah tangga. Membuat kedua wanita yang berstatus sebagai sahabat dan sekarang menjadi kakak dan adik ipar itu kompak menoleh ke sumber suara dan melihat Digo yang mengenakan kemeja abu-abu dengan setelan celana dasar terlihat sudah rapi. Beruntung tadi malam Prissy membawa pakaian lebih untuk dirinya dan Digo yang sengaja ia letakkan di mobil.
"Bang Digo." Senyum Prissy mengembang menyambut kedatangan sang suami tercinta yang baru saja selesai mandi dan berpakaian rapi.
"Kamu udah turun aja, enggak nunggu aku turun, Sayang?" Digo mengelus kepala Prissy dengan sayang membuat si empunya tersenyum manis. Kemudian senyum manis itu memudar di gantikan dengan bibirnya yang maju beberapa centi membuat Digo gemas.
"Aku laper, terus turun duluan untuk makan. Eh sampe di ruang makan, makanan aku di tahan sama Pit. Jahat banget 'kan dia?" rajuknya dengan suara sebal yang kentara.
"Padahal ya Bang, aku 'kan cuma makan dikit aja. Tapi, dia udah ngomel-ngomel karena katanya aku makan banyak," lanjutnya menceritakan betapa kejamnya Alify itu.
"Makan aja kalau mau makan. Jangan sungkan," tutur Reno yang baru saja mendudukan dirinya di kursi.
Mata Prissy berbinar cerah mendapatkan lampu hijau dari kakak iparnya. Tidak seperti Alify yang pelit itu, rutuk Prissy dalam hati.
"Lo lihat 'kan kakak ipar aja ngasih gue makan. Kenapa lo yang repot melarang?" tuding Prissy yang mendapat dengkusan Alify.
"Terserah lo deh. Gue sebagai Ratu yang baik dan ramah ini cuma bisa ngikutin apa kata Ibu hamil yang mau menang sendiri."
"Ratu apa? Ratu medit?" cibir Prissy.
"Sudah-sudah. Enggak usah ribut mending kita mulai sarapannya. Nanti keburu siang," ucap Digo melerai perdebatan antara Alify dan istrinya.
Suasana ruang makan kembali hening karena semua yang berada di sana kembali fokus dengan makanan yang ada di hadapan mereka.
*****
Alify melangkah santai menuruni motor matic yang ia kendarai dari sekolah menuju perusahaan A&J di mana Alify menanamkan investasinya di sana.
Dengan langkah santai, wanita itu memasuki lobi dan langsung menghampiri meja resepsionis di mana ada tiga orang perempuan yang berdiri dibalik meja persegi panjang.
"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" sapa resepsionis itu ramah.
"Bisa kok bisa banget. Tolong bantu gue buat bayar uang kredit lo bertiga sekarang juga," balas Alify dengan senyum ramah. Membuat ketiga perempuan itu mendengkus dalam hati.
Mereka memang tidak akan bisa kabur jika berhadapan dengan tukang kredit satu ini karena Alify akan mendatangi mereka di jam kerja seperti ini dan di jam kerja inilah mereka tidak akan bisa kabur.
"Kirain Ms. Alify enggak dateng hari ini," celetuk salah satu perempuan di belakang meja. Kemudian perempuan tersebut menyerahkan uang sebesar 300 ribu diikuti dua temannya pada Alify.
"Tenang aja sih. Kalau masalah uang, gue enggak akan pernah bisa lupa," balas Alify diakhiri dengan cengirannya.
"Ms. Alify memang begitu. Penciumannya kayak tuyul yang tahu aja mana orang yang berduit sama yang enggak," balas perempuan dengan rambut panjang sepunggung.
"Enak aja lo nyamain gue sama tuyul. Lo tuh mirip sama mbak kunti, rambut kok panjang gitu. Potong gih ke salon," celetuk Alify tak terima. "Gue ini bukan kayak tuyul tapi kayak serigala yang penciumannya enggak diragukan lagi," lanjutnya bangga.
"Iya deh sakarep Ms. Alify saja," balas perempuan dengan rambut yang diikat menjadi satu.
"By the way." Alify menatap ketiganya bergantian dengan wajah serius. "Lo bertiga jangan panggil gue dengan sebutan Miss lagi ya, soalnya gue udah nikah sama kawin."
"Hah? Serius Ms?!" pekik ketiga gadis itu tak percaya.
Bahkan ketiganya bergantian menatap Alify dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan wajah shock mereka.
"Saya enggak percaya Ms," ungkap si rambut panjang tak percaya. Pasalnya bila ada gosip tentang Alify pasti mereka tahu atau minimal mereka di undang.
"Lo bertiga enggak percaya? Lihat cara gue jalan!" Alify dengan segera mempraktikkan caranya berjalan membuat ketiganya yakin jika Alify sudah menikah itu terbukti dari cara berjalannya yang sudah sedikit berbeda.
"Lo bertiga inget 'kan kata gue buat bedain cewek yang masih perawan sama yang enggak?"
"Kalau cewek perawan jalannya agak rapat pahanya. Tapi, kalau udah enggak perawan lagi jalannya sudah agak ngangkang. Itu kelihatan kalau cewek itu make celana jins atau slim!" ucap ketiganya kompak bagai paduan suara membuat seseorang yang mendengarnya di buat panas.
"Heh, lo semua ngejek gue?!" sentak seseorang itu membuat ke-empat perempuan itu segera menoleh ke sumber suara.
"Lo ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...