27: Kemesraan pagi itu

8.3K 755 27
                                    

Senyum Reno seketika itu terbit saat ia membuka matanya pagi ini, ia melihat sang istri masih terlelap damai di sampingnya.

Karena biasanya saat ia membuka mata, Alify pasti sudah tidak ada di tempat tidur lagi.

Mungkin dia kelelahan, pikir Reno geli. Ingatannya kembali saat mereka mengadakan double date dan berakhir dengan pulang jam 11 tadi malam.

tangan Reno terulur mendekap pinggang ramping Alify erat lalu dengan kepalanya ia sembunyikan di dalam cerukan leher sang istri. Menghidu aroma leher Alify yang berbau parfum bercampur aroma tubuh yang sedikit asam namun mampu menenangkannya.

"Fyy, bangun. Udah siang," bisik Reno di telinganya.

Namun, Alify tetap bergeming di tempatnya tanpa menggerakkan sedikit pun anggota tubuhnya membuat Reno semakin gencar menggoda Alify agar segera bangun dari mimpi indahnya itu.

Perlahan Reno mulai mengeluarkan giginya dan menggigit kulit leher Alify sedikit keras membuat si empunya menjerit dengan mata terbuka melotot.

"Reno! Kamu apa-apaan sih gigit aku?  Kalau lapar sana turun minta makan sama Bi Darmi!" seru Alify dengan wajah kesal.

Reno menyeringai mendengar kata 'lapar' yang di sampaikan oleh Alify.
"Kamu tahu banget kalau aku lagi lapar," balasnya tanpa menghilangkan seringaiannya.

Bibir Alify mengerucut kemudian ia kembali merebahkan dirinya dengan santai dan berniat menutup kembali kelopak matanya yang sempat terbuka tadi.

"Udah sana ke tempat Bi Darmi di bawah," ujarnya kalem. Kemudian Alify mulai memejamkan matanya untuk memasuki alam mimpi yang mungkin saja telah menantinya.

Gemas dengan tingkah Alify yang tidak peka membuat Reno segera menindih tubuh istrinya itu membuat Alify kembali tersentak dari tidurnya.

"Reno!" jerit Alify kesal. Belum sempat wanita itu membuka suara untuk protes, kini bibirnya lebih dulu di sergap oleh Reno membuat bola mata Alify melebar sangking terkejutnya.

"Meski mulut kamu baunya kayak kotoran tikus. Tapi, aku sedang lapar dan ingin memakan kamu, sekarang," bisiknya membuat Alify tidak mampu melawan keinginan sang suami yang seperti serigala lapar.

"Gara-gara kamu ini Ren, aku hampir telat." Alify masih bersungut-sungut ketika matanya melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan hampir jam 8 pagi.

"Iya, Maaf," ujarnya yang masih fokus pada pekerjaannya.

Saat ini mereka tengah berada di dalam perjalanan menuju sekolah Alify dengan di setiri oleh sopir pribadi Reno yang akan menjemput majikannya ini ketika pagi menjelang.

Demi menebus rasa bersalah karena sudah membuat Alify terlambat ke sekolah membuat Reno mau mendandani istrinya itu dengan peralatan make up yang ia bawa dari atas meja rias Alify.

"Maaf … maaf," gerutu Alify yang masih diliputi rasa kesal.

Reno yang tengah melukis alis di dahi istrinya itu berdecak jengah dengan ke cerewetan Alify yang tidak berhenti mengomel sepanjang perjalanan dari rumah menuju sekolah.

"Udah diem, nanti alis kamu melenceng."

Alify yang mendengarnya segera menutup mulutnya rapat-rapat dari pada alis yang tengah di lukis Reno harus melenceng dan membuat penampilannya terlihat buruk.

Reno sedikit menjauhkan wajahnya dari Alify sebelum tersenyum senang melihat hasil karyanya yang sangat sempurna.

"Nah, cantik kan kalau kayak gini," gumamnya tersenyum bangga.

"Iya, dong! Pada dasarnya aku ini cantik kok," balas Alify tanpa tahu malu.

"Iya deh, terserah kamu," ucap Reno, kemudian tangannya terulur dan mencari satu lagi benda yang bisa mempercantik istrinya

Tangan Reno kini dengan terampil menempelkan alat yang di gunakan perempuan untuk membuat bulu mata mereka terlihat memanjang. Jika tidak salah ingat, nama benda ini adalah eye liner yang cara pemakaiannya sudah di hafal Reno di luar kepala.

"Kenapa kamu enggak buka salon aja?" celetuk Alify yang sedikit heran dengan kepiwayan Reno dalam memoles alat make up di wajahnya.

Reno mendengkus sembari berhati-hati agar sisir yang sudah di lumuri cairan hitam itu tidak mengenai bagian dalam mata Alify, karena itu akan sangat berbahaya.

"Aku sudah kaya tanpa harus repot-repot mendandani orang lain demi mendapatkan uang," balas Reno yang terdengar angkuh.

"Terus kenapa kamu dandani aku?" cerca Alify penasaran.

Reno mengulurkan lipstik warna pink dan menyapukannya tepat di bibir sang istri guna menyempurnakan penampilan Alify yang sedikit berbeda pagi ini.

Jawaban singkat Reno membuat jantung Alify bergetar halus lalu merambat hingga menyentuh dasar hatinya yang kosong dan hampa akibat dari penghianatan. Namun, Alify belum mengetahui pasti sebenernya perasaan jenis apa yang tengah ia rasakan jika berdekatan dengan Reno.

Cintakah? Atau hanya sebuah perasaan asing yang tidak di mengerti.

"Karena kamu adalah istri aku." Tegas Reno menjawab membuat senyum lebar Alify mengembang begitu saja.

Sedetik kemudian suasana hening terjadi di dalam mobil sementara tangan Reno merapikan tataan rambut Alify agar terlihat lebih rapi.

Reno menatap puas pada hasil karya yang sudah ia buat untuk menunjang penampilan istrinya agar terlihat cantik.

Huh! Tidak sia-sia ia sering menonton tutorial make up di youtube beberapa hari belakangan ini. Bukan tanpa alasan Reno melakukan hal konyol tersebut. Reno melakukannya karena sudah hampir satu bulan lebih ia menikah dengan Alify dan sekalipun ia tidak pernah melihat istrinya itu berdandan layaknya wanita milenial sekarang ini yang jika tidak memakai make up maka mereka tidak akan berani menampakkan wajah di depan umum.

"Mulai hari ini aku yang akan dandanin kamu," putus Reno tegas. Membuat Alify menatapnya dengan sebelah alis terangkat sebelah mendengar ucapan suaminya itu.
"Serius kamu?"

"Iya," jawabnya datar. "Dari pada alat make up-nya banyak yang enggak kamu pakai padahal belinya pakai uang aku."

Wajah Alify yang semula menunjukkan kesan tak percaya kini mendengkus lirih.
"Perhitungan banget sih kamu," sungut Alify kesal. "Sama istri sendiri enggak boleh pelit-pelit, Ren."

"Memangnya kamu enggak pelit?" sebelah alis Reno terangkat sebelah. "Beli pasta gigi aja yang harganya enggak sampe sepuluh ribu, kamu suruh aku bayar sedangkan pastanya kita pakai sama-sama."

Alify hanya membalas ucapan Reno dengan cengiran khasnya. Sebelum berujar dengan nada tenang, "kan aku itu istri yang mengatur keuangan rumah tangga  dan aku harus irit, Ren."

"Kamu bukan irit tapi emang dasarnya kamu pelit," balasnya tak mau kalah.

Tak sadar kini mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah tempat Alify mengajar.

Wanita itu menoleh pada suaminya dengan senyum lebar kemudian menggamit tangan Reno untuk ia cium punggungnya.
"Kakanda Reno kesayangan Ratu Alify, istrimu ini izin pamit dulu ya mau memberi pembelajaran pada anak didik yang sudah merindukan istrimu ini," pamitnya membuat senyum tipis Reno terbit begitu saja mendengar guyonan Alify yang terdengar konyol.

Reno mengangguk masih dengan senyum tipis yang bertengger di bibirnya dan mengecup kening Alify sebelum wanita itu turun dari mobil.

Reno masih memperhatikan Alify sampai tubuhnya hilang di balik gerbang tinggi sekolah tersebut barulah Reno memerintah sopirnya untuk menjalankan kendaraan yang mereka tumpangi menuju kantor dimana Reno bekerja.









PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang