46: Oma oh Oma!

8.3K 864 100
                                    

Tangan kekar Reno memeluk erat perut Alify yang tidur pulas di sampingnya.

Istrinya ini tidur seperti orang mati yang tidak bergerak sama sekali setelah menjatuhkan diri di tempat tidur.

Hari ini mereka memang banyak menerima tamu yang berkunjung akibat ulah istrinya yang menghebohkan semua orang.

Entah apa tujuannya, Reno juga tidak tahu alasan Alify menghebohkan orang-orang dengan mengatakan jika rumahnya kemasukan rampok.

"Cantik," gumam Reno, tersenyum menatap wajah Alify yang terlihat polos jika sedang tertidur seperti ini. Dan jika ia membuka mata, maka orang-orang akan melihat Alify si pelit dan medit.

"Mirip Angelina Jolie," sahut Alify yang masih menutup matanya.

Reno tersentak kemudian ia memerhatikan wajah Alify lebih lekat, apa istrinya ini terbangun dari tidurnya atau hanya mengigau?  Batin Reno penasaran. Karena tidak mungkin jika Alify bisa menyahut ucapannya dengan cepat.

"Fyy," panggil Reno dengan suara pelan.

Hening

Alify tidak menyahut, itu terbukti dengan dengkuran halus yang terdengar dari mulut wanita itu.

Reno terkekeh geli dengan tingkah istrinya ini yang ternyata tidak berada di dunia nyata atau di dunia mimpi, Alify tetap lah dengan percaya diri menyebutkan jika dirinya cantik mirip artis-artis yang ia sebutkan secara random.

Reno merasa beruntung dengan adanya Alify dalam hidupnya dan menyingkirkan Erina yang bagai benalu dalam hidupnya.

Dulu, Reno memang sempat menjalin hubungan dengan Erika dan gadis itu ketahuan oleh Reno ternyata memiliki selingkuhan. Reno yang tidak terima diduakan oleh perempuan yang mengejar-ngejarnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka yang berjalan selama 1 tahun lebih.

Erika meninggal pun dalam kecelakaan yang menimpanya bersama sang selingkuhannya dan mereka  berdua sama-sama dalam keadaan mabuk berat.

Keluarganya mengatakan jika Reno tidak memiliki kekasih setelah Erika meningal dunia karena Reno yang tidak bisa melupakan gadis itu. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah Reno yang hanya malas untuk menjalin hubungan dengan gadis lain, hingga datang Erina yang terus menerus mendekatinya dengan berbagai macam cara agar dirinya mau menjalin kasih dengan Erina.

Reno yang merasa muak memutuskan untuk menerima Erina sebagai kekasih dan setelah mereka menjalin hubungan yang terlihat serius baru lah Reno melamar Erina hingga Erina sendiri yang memutuskan untuk menunda pernikahan mereka 3 hari menjelang hari H.

"Love you, my wife," bisik Reno lirih sembari mengecup bibir istrinya dengan lembut.

Biarlah ia hanya mampu mengucapkan kata-kata keramat tersebut di saat Alify tengah tertidur seperti ini.

Pagi harinya Reno dan Alify sarapan seperti biasanya dengan di temani makanan berat untuk Alify dan secangkir kopi merah pahit untuk Reno.

Kebiasaan kedua orang itu memang tidak berubah sama sekali bahkan keduanya sedikit terkejut saat tahu mereka memiliki kesamaan yang sama. Yakni, sama-sama menyukai warna yang cerah dalam hal makanan atau minuman mereka.

"Hari ini aku antar, ya?"

Alify mendongak dan menatap Reno dengan gelengan kepalanya sebagai jawaban atau tawaran Reno kali ini.
"Enggak usah Ren, nanti aku bawa motor aja. Ini senin, kita 'kan sama-sama sibuk," balasnya tenang.

Kening Reno mengernyit mendengar kata motor yang berasal dari bibir istrinya ini.
"Naik motor?  Kenapa enggak naik mobil aja? Mobil di garasi sayang kalau enggak di pake," komentar Reno sedikit heran. Pasalnya ia tahu jika Alify memiliki banyak jejeran mobil mewah di garasi tapi ia tidak pernah melihat Alify menggunakan mobil tersebut.

"Naik motor itu hemat tahu enggak, Ren. Cuma perlu dua puluh ribu kita bisa keliling ke banyak tempat," jawab Alify santai. "Coba kalau aku bawa mobil yang bensinnya bisa seratus atau dua ratus ribu sehari?  Bisa bangkrut aku, Ren," lanjutnya lugas.

Kemudian ia kembali berujar dengan tenang, "naik mobil sport mah menang gaya doang tapi bikin dompet laper."

"Kamu 'kan banyak duit, Fy. Bisa 'kan buat beli bensin mobil," celetuk Reno tak mau menyerah. "Lagipula kalau kamu naik motor resiko kecelakan lebih besar, beda sama mobil yang resikonya tidak sebesar naik motor." Reno mengemukakan pendapatnya yang tentu saja di sanggah oleh Alify.

"Mending duitnya di tabung, Ren," balas Alify santai. "Lagian kecelakaan itu bisa terjadi sama siapa pun kalau kita enggak hati-hati. Kamu tahu 'kan, kalau orang tidur dalam kelambu aja bisa meninggal kalau sudah takdir. Jadi, enggak perlu takut kalau kita bakalan dapet musibah karena itu udah takdir kita."

Reno menghembuskan napasnya dengan berat. Berbicara dengan istrinya yang melihat segala sesuatu dari uang memang sulit karena Alify selalu saja punya alibi yang kuat untuk mematahkan pendapat orang.

"Kenapa kamu enggak jadi pengacara aja, Fy? Kamu 'kan pinter membantah omongan orang," sindir Reno yang juga penasaran.

"Jadi guru itu enak, Ren. Kita tinggal kasih materi sama murid dan habis itu kita bisa santai-santai," jelas Alify santai. "Dan keuntungannya kalau murid libur kita juga libur. Beda sama instansi pekerjaan yang lain yang enggak ada liburnya kalau bukan hari besar."

"Terserah kamu aja lah, Fy," sahut Reno malas.

Berdebat dengan istrinya ini tidak akan habisnya jika kita tidak menghentikannya dengan segera.

                 *****

Alify menghentikan laju motornya di pinggir jalan ketika matanya menangkap sosok yang ia kenali tengah berdiri di dekat lampu merah.

"Oma oy Oma!  Ngapain berdiri di situ udah kayak waria nunggu pelanggan aja!" teriak Alify tidak tahu malu.

Oma Nani yang merasa namanya di sebut segera menoleh dengan mata membulat terkejut ketika melihat wanita sombong macam Alify yang masih duduk di motor dengan helm yang terpasang di kepalanya.

Tak ingin membuat dirinya bertambah malu dengan berdiri di dekat lampu merah tengah menunggu taksi, Oma Nani melengos enggan menatap Alify yang menatapnya dengan jail.

Ini semua gara-gara Tasya yang menurunkannya di lampu merah. Gadis itu marah padanya karena hubungannya dengan Reno tidak mengalami progres apa pun dan cenderung datar

Tasya yang kesal tidak bisa mendapatkan Reno melampiaskan kekesalannya pada oma dengan cara menurunkan oma di pinggir jalan seperti ini.

"Ciyeee, Oma Nani yang terciduk nongkrong di lampu merah," ledek Alify yang di balas pelototan oleh Oma Nani.

"Pergi sana! Saya males melihat muka kamu yang mirip pantat penggorengan," usir Oma Nani ketus.

Alify terkekeh menatap Oma Nani dengan jail.
"Oma yakin mau usir aku? Enggak takut di tangkep sama sat pol pp yang lagi merazia gembel dan pengemis?" tunjuk Alify pada orang-orang yang berlarian di kejar dengan para pria berseragam.

"Saya bukan gembel," sahut Oma Nani ketus.

"Tapi, penampilan oma sekarang mirip gembel. Ayo naik sebelum di tangkap," ajak Alify menyalakan motornya.

Oma Nani tidak ada pilihan lain selain menyetujui ucapan wanita sombong itu karena tidak ada taksi kosong yang lewat akhirnya Oma Nani terpaksa naik motor dan duduk di belakang Alify.

Oma Nani yang belum siap memekik di atas motor dengan tangan yang reflek menarik kepala Alify yang tertutup helm ketika wanita itu menarik gasnya kencang.

"Sontoloyo! Kalau saya jatuh dari motor ini bagaimana, ha?  Kamu mau tanggung jawab?" pekik Oma Nani kesal dengan tangan yang masih memegang kepala Alify.

"Oma enggak akan jatuh dari motor ini! Kecuali kalau oma enggak lepasin tangan oma dari kepala saya!" Alify membuka kaca helm dan menatap Oma Nani dari kaca spion. "Kepala saya bisa putus, Oma!" jerit Alify di jalanan yang tidak terlalu padat.

Reflek oma melepaskan tangan dari kepala Alify dan berpegang pada besi di belakangnya agar ia tidak terjatuh apalagi ketika Alify menambah laju kecepatan motornya membuat Oma Nani tidak berhenti mendumel apalagi sanggul di kepalanya sudah terlepas dan rambutnya sudah berbentuk seperti rumput liar.



PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang