18: Mamah Dedeh Kw √

9K 807 42
                                    

Reno merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku akibat tertidur dengan posisi duduk dengan memangku gajah kurus semalaman.

Pria berusia 27 tahun itu mendesah kesal akibat ulah konyol mereka semalam, karena sejujurnya Reno tidak takut akan hal-hal mistis di dunia ini, hanya saja Reno sedikit ngeri membayangkan jika melihat mahkluk ghaib dari dunia lain.

"Ren, lihat hape aku enggak?"

Reno menatap sang istri yang baru saja turun dari tangga dengan seragam guru yang melekat di tubuh ramping Alify.

Reno tidak akan tertipu dengan tubuh kurus Alify lagi, buktinya tadi malam ia memangku Alify semalaman dengan tidur sambil bersandar di tembok membuat tubuhnya pegal-pegal karena tubuh kurus Alify tidak seringan yang ia bayangkan.

Apa mungkin berat badan Alify karena kebanyakan dosa? Pikir Reno asal.
"Enggak tahu. Bukannya kamu sendiri yang mainin hape pas kita lagi makan soto?" Sebelah alis Reno terangkat  menunggu respons apa yang akan di keluarkan Alify.

Alfy menepuk dahinya kemudian ia cengengesan saat mengingat kejadian tadi malam.
"Iya, tadi malam aku 'kan maen hape sebelum makan soto," ujarnya mengangguk ringan. "Nah, dari situ hape enggak di tangan aku lagi."

"Mungkin masih ada di ruang tengah."

Alify mengambil posisi duduk tepat di hadapan Reno dan berteriak pada Bi Darmi untuk menyiapkan susu rasa stoberi warna hijau dengan bekal untuk dia makan siang nanti.
"Selera kamu aneh," celetuk Reno ketika Alify selesai berbicara dengan Bi Darmi.

"Aneh?" ulang Alify mengernyit bingung. "Enggak aneh kok."

"Ratu mau pake sepatu warna apa?" Ani yang baru masuk ke dalam ruang makan menginterupsi pembicaraan antara Reno dan Alify.

"Yang coklat aja, An. Biar serasi sama warna baju gue," jawab Alify membuat Ani mengangguk paham. Kemudian Ani melangkah pergi menuju sebuah ruangan yang menyediakan semua peralatan Alify di lantai satu.

"Ratu, rambutnya mau di apakan?" Kini bergantian Sri yang menanyakan model rambut apa yang akan di hias Alify. Karena setiap harinya Alify memang sering berganti gaya rambut. Dimulai dari kepang, ikat satu, ekor kuda, dan lainnya.

"Iket satu aja, Sri."

"Punya tangan sendiri kenapa enggak kamu aja yang ngerjain Fyy?" tegur Reno yang merasa jengah Alify di perlakukan seperti ratu oleh dayangnya.

Sementara dirinya melakukan apa pun sendiri. Dasar istri durhaka, rutuk Reno sebal.

"Aku 'kan tugasnya melayani kamu di ranjang," sahut Alify polos. "Kalau mau aku layani semuanya tinggal tambah lagi dua puluh lima juta," lanjutnya membuat Sri tersedak.

"Ya ampun Ratu! Melayani suami aja kok bayar?" serunya terkejut.

"Enggak ada yang gratis di dunia ini, Sri." Alify menatap Sri dengan senyum pongah membuat Reno memutar bola matanya malas.

"Ratu, sebagai istri yang baik memang harus melayani suaminya dengan sepenuh hati dan ikhlas. Bukannya harus bayar."

Sri memulai aksi ceramahnya dengan logat Jawa yang kental. Tidak heran jika Sri mampu berceramah dengan lihainya, itu karena ia sering menonton acara TV yang sering tayang di pagi hari.

"Kewajiban suami memberi nafkah rohani dan jasmani pada istri. Terus istri juga harus melayani suami bukan hanya di ranjang tapi juga semua kebutuhan suami."

"Karena Allah akan melaknat istri yang tidak patuh pada suami."

"Kunci surga bagi istri adalah suami. Jadi, kalau istri jahat dan tidak memiliki sifat baik maka istri durhaka enggak akan bisa nyium bau surga."

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang