Saat ini Alify tengah berada di lantai 10 tengah menagih utang beberapa staf yang memang berada di sana.
Alify memang dengan mudah mendapatkan pelanggan dimana pin ia berada karena ia tidak akan pernah melewatkan setiap hal detail jika menyangkut tentang uang.
Para pelanggan tidak akan di tagih oleh Alify jika Alify tidak mencium bau-bau uang di diri orang yang memiliki utang.
Seperti saat ini Alify melewati begitu saja meja yang di tempati oleh Veni, wanita yang memiliki utang dengannya dan sudah memiliki 4 orang anak.
Veni menatap Alify dengan perasaan cemas karena takut Alify akan mengamuk jika tahu ia belum memiliki uang untuk membayar tagihan kredit karena ia harus membayar uang sekolah anaknya yang masih duduk di bangku SMP kemarin dan uang yang akan ia bayar untuk mencicil kredit untuk sepatu yang ia ambil demi ketiga anaknya yang ingin memiliki sepatu baru harus ia bayar karena sekolah sudah mendesak ingin segera di lunaskan terpaksa memakai uang tersebut.
Veni kemudian mengerut dahi bingung ketika Alify melewati mejanya begitu saja.
Kenapa Ms. Alify melewatinya begitu saja? Batin Veni bertanya-tanya dengan bingung.
Sementara itu Alify berjalan menghampiri meja Pendi, cowok flamboyan yang di yakini Alify seratus persen jika Pendi sebenernya adalah perempuan jadi-jadian yang menyamar menjadi laki-laki.
Mengapa bisa begitu? Karena mulut rawit Pendi begitu menyeramkan ketika ia membuka suara. Hanya ada nyinyir dan cibiran yang akan ia keluarkan tidak lebih dan tidak kurang.
"Bayar-bayar," tagih Alify ketika ia tiba di hadapan meja Pendi.
Pendi menatap Alify dengan wajah melasnya kemudian ia menggeleng pelan, "sorry ya Pi, gue enggak punya uang hari ini."
Alify mendengus kesal kemudian matanya memicing sedangkan hidungnya mengendus beberapa kali sebelum dengan cepat ia menoyor kepala Pendi dengan telunjuknya membuat si empunya melotot tak terima.
"Ini kepala Pi, udah di fitrah sama Emak, Bapak gue. Dan lo seenak pantat tepos lo noyor kepala gue!" sungut Pendi dengan suara keras, membuat seluruh pasang mata yang berada di dalam ruangan tersebut menatap mereka.
"Siapa bilang itu batok kelapa hah?!" balas Alify tak mau kalah.
"Bayar utang lo Sekarang," todong Alify galak. "Laki kan lo bukan perempuan jadi-jadian? Makanya bayar sekarang. Karena cuma perempua jadi-jadian yang sering curang kayak lo," tandasnya sangar membuat Pendi melotot sebal.
Kalau ada yang mengatakan jika mulut pedas ibarat cabe dengan level 3 maka Alify beras di level tertinggi dan paling pedas ucapannya.
Pendi boleh saja mempunya mulut nyirnyir yang sering menyayat hati, maka Alify jauh lebih nyirnyir seperti petasan yang jika di hidupkan pasti akan membuat sakit telinga.
"Beneran Pi, gue enggak ada duit."
Alify dengan segera memutar tubuhnya mengelilingi meja dan berdiri tepat di samping Pendi yang memandangnya bingung.
"Kenapa?" Entah mengapa perasaan Pendi mulai tidak enak apa lagi saat melihat seringaian Alify yang terlihat menyeramkan.
Alify tak menjawab, wanita itu justru berjongkok di bawah kaki Pendi dengan tangan yang menggerayangi kaos kaki Pendi lalu menarik 2 lembar uang kertas senilai 200 ribu dari dalam kaus kaki Pendi yang terbalut sepatu pantofel hitam.
"Ini apa? Daun?" Alify mendongak menatap tajam Pendi sembari menujukkan uang yang sudah berhasil ia ambil.
"Pi …," ucap Pendi tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...