6: Mendadak kawin √

13.7K 955 22
                                    

Happy reading

*****

"Saya terima nikah dan kawinnya, Alify Sholeha binti Edo Aswar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Suara lantang ijab qobul yang disuarakan oleh seorang pria terdengar menggema di penjuru masjid.

Disaksikan oleh banyak orang dari mulai keluarga mempelai pria hingga mempelai wanita yang hanya segelintir orang.

Saat saksi sudah menyatakan kata sah maka dengan itu pula mempelai wanita dan pria itu sudah sah menjadi suami istri yang akan memulai bahtera rumah tangga yang mungkin akan berliku-liku.

Mempelai wanita yang tak lain adalah Alify Sholehah tersenyum lebar dengan pemikiran yang tidak berada di dalam masjid, melainkan melanglang Buana entah ke mana.

"Nah, silakan si Mbak cium tangan suaminya," suruh Pak penghulu dengan senyum khas yang memang selalu senang jika sudah selesai menikahkan pasangan.

"Ntar dulu Pak penghulu. Saya enggak mau cium-cium tangan dulu sebelum mendapatkan kepastian tentang beberapa hal sama cowok di samping saya ini," cegah Alify santai.

Pria yang sudah sah menjadi suami Alify hanya melongo menatap tangannya yang tergantung di udara menunggu istri yang dengan kurang ajar bukannya menyambut uluran tangannya, ini justru lagi mau memastikan hal yang menurut pria itu tak begitu penting, batin si pengantin pria itu berseru jengkel.

"Ngapain tuh tangan?" tanya Alify bingung. "Ah, enggak penting mau bahas tangan penuh korengan itu sekarang! Yang penting gue mau mastiin dulu nih perjanjian lo waktu di atas mobil sebelum lo narik gue ke sini. Itu beneran enggak?"

"Kan udah gue bahas di mobil tadi. Lo teneng aja deh, gue pasti nurutin syarat yang lo kasih," balas si pria jengkel. Kini tangannya yang semula tergantung di udara sudah mengepal di atas pahanya.

"Benar ya lo gaji gue sebulan tujuh puluh lima juta, terus uang dapur sepuluh juta terus apa lagi ya ...," bingung Alify sembari berpikir keras.

"Ya Allah Pit! Lo enggak malu apa bahas hal semacem ini di depan orang banyak?" seru perempuan berperut buncit yang duduk tepat di belakang Alify dengan gemas.

Alify mengalihkan perhatiannya ke penjuru masjid lalu gadis itu mengangkat bahu cuek, sembari memutar kepalanya ke belakang menatap wanita berperut buncit itu dengan gaya sombongnya.

"Aduh Prissy yang isi otaknya perlu di ragukan. please, kalau urusan duit dan antek-anteknya mana gue punya malu!" balasnya santai tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitarnya.

"Ah gue lupa kalau urat malu lo 'kan udah ketukar sama Monyet!" timpal Prissy mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sayang, di jaga bicaranya. Inget kamu lagi hamil." Treandigo yang duduk di samping Prissy dengan cepat menegur istrinya yang pasti tidak akan berhenti sebelum dihentikan.

"Dengerin tuh omongan laki lo, adik ipar!" Alify menatap Prissy yang sudah menjadi adik iparnya dengan bangga membuat Prissy merengut kesal.

"Maksudnya perjanjian apa itu Reno?" Oma Nani yang sedari awal wajah keriputnya tertekuk sempurna membuka suara.

Sungguh, Oma Nani masih ingin menjodohkan Reno dengan salah satu cucu sahabatnya. Namun, sepertinya Reno selalu bisa menggagalkan rencananya.

Cucu kurang ajarnya itu akan menikah pun' Oma Nani baru tahu pagi ini.

Bukan hanya dirinya yang baru diberitahu Reno jika pria itu akan menikah, bahkan orangtua dari pria berusia dua puluh tujuh tahun itu juga tidak tahu tentang rencana pernikahan Reno dengan sahabat Prissy.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang