Alify berlari kencang menuju arah letak motornya terparkir.
Dari jarak sedikit jauh, ia bisa melihat Naya dan Prissy yang tengah duduk santai di atas motor sembari bercakap ria tidak memedulikan dirinya yang tengah di kejar banteng ngamuk.
"Woy, kabur-kabur! Itu ada banteng penunggu rumah yang ngejar gue!" teriak Alify dari kejauhan.
Naya dan Prissy yang mendengar suara teriakan Alify tersentak kaget apalagi ketika mata mereka menatap Alify yang berlari di posisi paling depan, diikuti oleh dua orang anak SMP, serta seorang pria dengan wajah sangar berada di posisi paling belakang dengan membawa kayu rotan.
"Nay, siaga 67!" teriak Prissy memberi kode.
Naya yang mengerti dengan kode tersebut segera memasukkan kunci kontak motor Alify dan menyalakan motor matic ketika si empunya sampai.
Sigap, Naya menyambut plastik yang di lemparkan Alify padanya, kemudian ia ikut naik motor di mana posisinya berada di belakang sekali dengan Prissy yang berada di tengah-tengah.
"He, lo berdua ngapain naik motor gue juga hah? Turun … turun. Gue enggak mau motor gue rusak terus di jalan motor gue di tilang," suruh Alify pada dua sahabatnya yang hanya memasang wajah tanpa dosa. Kepalanya menoleh ke belakang dengan mata melotot yang ia arahkan pada dua wanita yang ada di belakangnya.
"Jalan, Pit. Lo enggak lihat itu banteng ngamuk bentar lagi mendekat. Cepet jalanin motornya kalau memang lo enggak mau di sabet sama rotan itu orang," perintah Prissy seenak jidatnya.
Kini tangan wanita hamil itu sudah memeluk pinggang Alify dari belakang, sementara pinggangnya di peluk Naya juga dari belakang.
Tak ingin terkena sabetan rotan dari pria yang kini sudah mendekat padanya, Alify melajukan motornya dengan kencang, namun sebelum itu ia sempat berteriak terlebih dahulu pada Naya dengan memberikan kode yang hanya mereka saja yang mengerti artinya.
"Naya, siaga 99!"Naya dengan sigap menurunkan plastik merah yang di berikan Alify dengan satu tangannya, sementara satu tangannya ia gunakan untuk memegang pinggang Prissy agar ia tidak terjatuh.
Kode 99 yang artinya adalah menutup plat motor Alify agar pria berwajah sangar itu tidak bisa melacak keberadaan Alify melalui motornya.
"Kita mau lewat jalan mana, nih?" tanya Naya dengan suara sedikit keras. Kini plastik berisi mangga sudah ia apit di tengah-tengah antara tubuhnya dan Prissy.
Sementara Prissy yang berada di posisi tengah masih dalam posisi semula, memeluk Alify dengan nyaman sembari berdoa di dalam hati agar anak di dalam kandungannya tidak terjepit. Beruntung sekali Alify memiliki tubuh yang kurus sehingga motor matic yang hanya mampu membawa dua orang kini bisa membawa 5 orang sekaligus. Naya dan kandungannya, Prissy dan perut buncitnya yang sudah berusia 4 bulan, serta Alify dengan tubuh kurusnya.
"Lewat jalan harimau," sahut Alify dengan teriakannya. Orang-orang yang sedari tadi melihat 3 perempuan cantik dan tengah melanggar peraturan lalulintas menatap mereka aneh ketika mendengar suara teriakan Alify.
"Woy, Pit! Lo memang sahabat terbaek gue dah, karena ngerti aja gue dan Naya lagi hamil," ujar Prissy bersemangat.
Alify mencibir dengan gerakan bibir yang terlihat dari spion motor, "gini-gini gue perempuan berhati lembut yang enggak mungkin bawa kambing bunting lewat jalan tikus yang banyak lubangnya!"
Dua toyoran mendarat di kepala cantik Alify akibat ulah brutal Anaya dan Prissy yang tidak terima di katakan kambing bunting oleh Alify.
"Untung gue pake helm. Coba kalau enggak, gue lempar lo berdua ke jalanan biar tahu rasa," dumel Alify pelan.
Wanita itu tengah fokus pada jalanan yang tidak selebar jalan Raya, karena ini adalah jalan harimau tanpa lubang dan bisa di lalui dengan tenang tanpa takut di tilang oleh polisi. Namun, jika tidak beruntung mereka bisa di hadang oleh preman yang biasa berkeliaran di jalan kecil. Maka tidak salah jika mereka mengatakan jalan yang tengah mereka lalui adalah jalan harimau.
Suara decitan rem mendadak terdengar di penjuru lobi perusahaan membuat semua penghuni yang berada di lobi kontan menoleh dengan ekspresi terkejut. Terlebih lagi ketika melihat sebuah motor matic yang berada di depan pintu lobi dengan posisi ban belakang yang terangkat sedikit membuat siapapun yang melihat hal tersebut akan bergidik ngeri. Apalagi ketika bola mata mereka menangkap sosok yang berada di tengah sedang berbadan dua.
"Astaga!" pekik mereka dengan suara tertahan.
3 wanita yang tak lain adalah Alify, Naya, dan Prissy kompak turun dari motor hampir bersamaan membuat orang-orang yang melihat hal tersebut menahan napas ketika melihat wajah ketiga wanita itu.
Bukan karena terpesona atas kecantikan yang dimiliki ketiganya, melainkan rambut mereka yang seperti bunga yang tengah mekar. Sedangkan Alify tidak begitu terlihat seperti bunga mekar karena rambutnya tertutup oleh helm yang sempat ia pakai sebelum menjalankan motornya ke kantor Jarec Group.
"Dandan dulu, Pit. Gue mau ketemu sama kakak ipar harus cantik selalu," ujar Prissy sembari menyisir rambutnya di depan dinding yang terbuat dari kaca dan langsung menghadap ke arah jalanan.
"Gue juga ah. Masa iya, istrinya artis tapi tampilan gembel. Iyuh, bukan gue banget," timpal Naya menyahuti ucapan Prissy. Membuat kedua sahabatnya menatap Naya aneh.
"Sejak kapan lo jadi alay gitu, Nay?" celetuk Alify menatapnya aneh.
"Kenapa memangnya?" sengak Naya menatap dua sahabatnya aneh. "Enggak seneng kalau gue ngikut lo berdua yang juga suka alay?" lanjutnya sinis.
"Ogah! Kita enggak pernah alay," ujar Prissy dan Alify kompak. Keduanya kemudian melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda karena ucapan Naya.
Kening Prissy mengernyit ketika menatap wajahnya yang terlihat aneh dari kaca.
Di dekatkan wajahnya dan memandang lekat pada bagian wajahnya yang terlihat aneh.
"Nay, Pit. Ke sini," suruh Prissy pada dua sahabatnya.
"Apaan?" Naya menatap Prissy tak berminat.
"Ke sini dulu makanya."
Karena di dera rasa penasaran, akhirnya Naya dan Alify mendekat dan menatap Prissy dengan pandangan bertanya.
"Lo lihat deh muka gue, ada yang aneh 'kan?" ujarnya sembari menunjukkan wajahnya di hadapan Naya dan Alify.
"Enggak ada yang aneh sama muka lo, Priss. Yang ada otak lo yang aneh," cibir Alify yang diangguki Naya.
"Masa sih?" Kemudian wanita hamil itu kembali mendekatkan wajahnya di kaca, dan terkejut ketika memang benar wajahnya berubah jadi aneh.
"Kok gue ada kumisnya?" jerit Prissy sembari menunjuk-nunjuk kaca yang menampilkan bayangannya.
"Itu bukan kumis lo, Prissy pinter. Tapi, Pak Kumis yang lagi ngerjain lo," ucap Alify kesal. Kemudian tangannya mengarah pada kaca di mana seorang pria paruh baya yang berdiri di balik kaca tengah terkikik geli dengan tingkah laku 3 orang gadis di hadapannya ini.
"Pak kumis? Lo kenal sama beliau?" Anaya menatap Alify penasaran.
Alify mengangkat bahunya cuek, kemudian ia membawa kedua sahabatnya untuk melangkah masuk diikuti oleh tatapan para karyawan yang memandang ketiganya dengan pandangan aneh.
"Itu bapak-bapak punya kumis tebal. Jadi, gue namain aja Pak Kumis," jelas Alify santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGANTIN DADAKAN
RomanceAlify itu anaknya baik, cantik dan jago bela diri. Berprofesi sebagai guru di sebuah SMA dan pekerjaan lainnya adalah tukang kredit harus di pertemuan dengan Moreno Davis Jarec, pria dingin dan pemarah dalam sebuah ikatan pernikahan. Mampukan ruma...