√ 23: jangan panggil gue Ms.

7.3K 716 21
                                    

"Dia siapa?" Alify melirik sekilas pada perempuan yang menghampiri meja resepsionis dengan tergesa-gesa.

"Dia … dia adalah karyawan yang baru bekerja seminggu ini, Mrs." Si rambut panjang yang menjawab dengan lirih.

"Oh," sahut Alify datar. Kemudian wanita itu pamit untuk mencari orang yang memiliki utang padanya.

Namun, saat Alify akan melangkah pergi,  rambutnya tertarik ke belakang dengan kasar membuat Alify memekik karena terkejut.

Alify segera menoleh pada tangan kurang ajar yang sudah berani menyentuh rambutnya.

Alify melihat perempuan tadi yang menyahut obrolannya dan ketiga resepsionis itu tengah menarik rambutnya tidak lupa dengan seringaian wanita itu.

"Lepasin rambut gue atau gue bakal buat lo nyesel," perintah Alify dengan nada datar.

"Memang apa yang bisa lo lakuin ke gue, hah?" Seringaian perempuan yang menarik rambut Alify semakin melebar.

Anis, perempuan yang berusia 20 tahun itu semakin mengencangkan tarikan rambutnya pada perempuan yang mungkin akan menjadi mangsa bullynya.

Anis memang baru seminggu bekerja di perusahaan ini. Namun, ia sudah memiliki kuasa untuk menindas karyawan rendah karena kekasihnya yang merupakan seorang wakil direktur akan selalu membelanya meski ia bersalah sekalipun.

Namun, sepertinya Anis harus menelan pil pahit hari ini karena sudah mencari dan menyentuh mangsa yang salah. Itu terbukti dengan kakinya yang di tendang Alify dan belum reda rasa sakit di kakinya akibat ulah Alify, Anis juga harus merasakan jika tubuhnya di banting dengan kuat dan menghantam lantai marmer di ikuti tarikan napas karyawan yang terkejut melihat aksi Alify barusan.

"Wow!"

"Aww!"

"Ugh!"

Suara-suara yang berasal dari karyawan yang sudah berkumpul di lobby perusahaan terdengar bersahutan dan menggema di lobby.

Alify menatap tajam pada Anis dengan rahang mengeras, kemudian wanita itu segera berjongkok di mana posisi Anis saat ini terbaring tak berdaya di lantai marmer tak lupa dengan tubuh yang terasa remuk akibat bantingan Alify.

"Sialan,"  maki Anis menatap tajam Alify. "Awas lo gue aduin lo ke pacar gue, biar lo di pecat," ancamnya membuat Alify tersenyum sinis.

"Siapa pacar lo, heh?  Aduin aja gue enggak bakal takut." Alify berdecih sinis. Kemudian tangannya ia layangkan tepat di mata Anis dan dengan tanpa perasaan wanita itu menarik paksa bulu mata palsu yang menjadi penghias mata Anis.

Lagi dan lagi suara terkesiap karyawan yang menyaksikannya terdengar di penjuru lobby sementara Anis hanya mampu meraung sakit. Bukan hanya pada seluruh anggota tubuhnya tapi juga bulu matanya yang di copot paksa oleh Alify.

Alify dengan seksama memerhatikan bulu mata yang ada di tangannya kemudian ia berdecih sekali lagi sembari menatap remeh pada Anis.

"Bulu mata yang lo pake aja cuma yang harganya lima ribuan. Udah sok-sokan mau melawan gue," sinis Alify membuang bulu mata tersebut ke sembarang arah. "Punya apa lo, Neng. Mau melawan gue?"

Tak ingin membuang waktu dengan percuma, Alify segera bangkit dari posisi jongkoknya kemudian tatapannya beralih pada barisan karyawan yang saat ini tengah menatapnya waspada.

"Alhamdulillah ya Allah. Gue enggak usah nyari kalian satu per satu di ruangan. Karena faktanya kalian ada di sini!" serunya bersemangat. Membuat orang-orang yang merasa memiliki utang dengannya segera menghela napas lemah.

"Kenapa juga gue mesti lupa sih kalau gue punya utang sama Ms. Alif?" sungut seorang wanita di antara kerumunan yang ada.

"Karena Ms. Alify kayak iblis yang bisa membuat kita tergiur buat ngambil utang sama dia," balas temannya sembari terkikik geli.

Alify menghampiri satu per satu orang yang ia kenal memiliki utang dengannya, tak lupa dengan membawa buku tebal yang selalu ia bawa kemana-mana.

Meninggalkan Anis yang terkapar tanpa ada yang mau menolongnya.

Orang jahat memang tidak perlu di tolong, batin mereka bermonolog.

"Nah, lo lunas minggu ini, bagus." Alify menganggukan kepalanya dan tersenyum lebar pada Selva yang melunasi utangnya minggu ini.

Silva tersenyum kemudian ia berujar, "saya boleh ngambil lagi 'kan, Ms?"

Alify mengangguk mantap.  Tentu saja yang sudah melunasi cicilan, mereka boleh mengambil lagi barang pada Alify Sholehah.

"Boleh. Lo mau ngambil apa?"

"Saya mau ngambil kulkas, Ms."

"Yang berapa pintu?"

"Dua pintu Ms. Tapi, yang agak besar ya soalnya buat Ibu saya jualan es krim," sahut Silva lancar tanpa canggung sedikitpun. Karena meski mereka tahu jika wanita di hadapannya ini  selain tukang kredit ia juga salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan ini.

Mereka --para karyawan-- sendiri terkejut ketika Alify mendapat perlakuan kasar dari Anis. Selama dua tahun Alify bolak-balik ke kantor ini entah untuk urusan bisnis atau tagihan kredit, Alify tidak pernah membuat masalah.

Kecuali, memang Anis duluan yang membeli perkara dengan Ms. Alify yang terkenal di seluruh kantor ini.

"Nanti sore di antar ke alamat rumah lo. Masih tetap 'kan alamatnya?" tanya balik Alify membuat Silva mengangguk antusias.

Dirinya tidak salah mengambil tempat utang. Karena meski kredit namun barang yang diberikan Alify dengan harga kredit tidak jauh harganya jika ia membeli kontan.

"Terima kasih Ms," ucap Silva dengan senyum yang terus mengembangkan.

"Jangan panggil Ms lagi karena gue udah nikah dan kawin," ujar Alify memberitahu.  Membuat beberapa orang yang masih tersisa di sana memekik terkejut dengan berita yang baru mereka dengar kali ini.

"Ms. Alify serius?  Enggak lagi ngigau 'kan?" tutur Anya, salah satu pelanggan Alify tak percaya.

"Gue serius kali. Lo enggak lihat aura gue ini nambah cantik dan berkilau?" Alify menatap kesal beberapa orang di depannya yang menatapnya dengan pandangan tak percaya. "Nih cincin kawin gue," tunjuknya pada jari manisnya.

"Ini cincin mahal dan asli tahu. No kw-kw segala dan kalau di jual cincin ini duitnya bisa di pake buat liburan ke luar negeri dan nonton konser-konser artis hollywood."

Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, hal yang dilakukan Alify saat ini hanya memberitahu fakta yang terjadi meski di tambah dengan bumbu-bumbu rempah  agar terasa nikmat di telinga pendengar orang-orang yang masih menatap Alify dengan tatapan 'Wow'.

"Sorry ya, bukannya gue mau sombong tapi gue cuma mau membagi kebahagiaan aja sama lo semua yang ada di sini. Kalian 'kan tahu kalau gue ini perempuan paling rendah hati yang enggak pernah sombong."

Semua yang berada di sana kompak memutar bola mata mereka dengan malas mendengar ucapan bos kredit di hadapan mereka saat ini.

"Terserah Mrs. Alify deh," sahut semuanya kompak.



PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang