29: Lari

6.6K 715 46
                                    

Mari Kita main kejar-kejaran dengan aku ngejar ngetik kalian ngejar komentar ya gaes.

Kalau komentarnya banyak lagi, subuh aku update lagi yess.

Maaf bkan mau maksa, kalau aku di kejar deadline bawaanya semangat.

Maaf juga ya ga bisa bales komen dulu karena aku lagi ngejar ketikan dan edit naskah My possessive seniornya 😀

I love you All, kalian adalah keluarga kedua bagiku

Alify mendengkus lirih ketika matanya menatap sekeliling koridor yang mulai sepi karena semua murid di SMA tempatnya mengajar sudah masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.

Rasanya berjalan seorang diri di koridor sepi ini sungguh tidak enak. Ini semua gara-gara suaminya itu yang membuat Alify terlambat ke sekolah. Beruntung hari ini jadwal ngajarnya jam 11 nanti yang pertanda setelah masuk jam istirahat pertama.

Langkah Alify yang akan menuju lift untuk membawanya ke lantai dua harus terhenti saat matanya tak sengaja melihat seseorang, tidak, bukan seseorang tapi 3 orang siswa yang berniat bolos tengah berada di pagar samping sekolah yang memang sering sepi karena menghadap perpustakaan yang jarang di kunjungi murid-murid pemalas.

Alify menghela napas malas kemudian berteriak nyaring membuat tiga siswa yang tengah berusaha memanjat pagar tersentak kaget.

"Woy, mau bolos kalian hah?!" Alify melangkah dengan tegas menghampiri tembok dimana ketiga siswa itu berada.

Tiga orang siswa yang sudah berada di atas tembok setinggi 3 meter itu menoleh dan menatap Alify dengan wajah pias mereka.

"Kita enggak niat bolos Ms. Tapi, kita cuma mau pulang duluan!" balas salah satu di antara ketiganya membuat Alify berkacak pinggang.

"Turun!" perintah Alify galak. Tak lupa wajah sangarnya kini terlihat memerah karena selain terik matahari yang menyengat tubuhnya juga karena ia tengah di landa kekesalan pada generasi penerus bangsa ini.

Ketiganya saling pandang kemudian dengan kompak mereka melambaikan tangan mereka layaknya miss universe yang melanggak-lenggok di atas cat walk. Tak lupa dengan senyum manis yang terbit di bibir ketiganya seolah tengah mengejek Alify yang tidak bisa menjangkau mereka.

"Dadah Ms. Alify!"

Ketiga siswa tersebut melompat hingga menghilang di balik tembok tinggi tersebut.

Alify yang tidak terima jika 3 orang itu lolos segera memutar tubuhnya berlari menyusuri koridor menuju keluar gerbang.

Alify yang kesulitan karena tas yang terasa berat untuk ia genggam segera menghadang langkah seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Titip bentar, gue mau ngejar murid yang bolos dulu. Lihat aja sampe lubang gajah bakal gue dapetin itu murid-murid tukang bolos!" ujar Alify panjang lebar. Kemudian ia menyerahkan secara paksa tasnya pada seseorang tersebut dan berlari secepat angin menuju gerbang yang sudah di buka satpam.

Beruntung satpam tersebut mendengar teriakan Alify yang meminta untuk segera membuka gerbang meski ia sendiri belum tiba di depan gerbang keluar.

Sementara orang yang Alify titip tas menatap kepergian guru muda itu dengan tatapan nelangsa.

Betapa sopannya anak buahnya itu, pikir orang itu miris.

"Pak Puad baru sampai?" tegur seorang guru pada Pak Puad, orang yang di titipi Alify tas.

Pak Puad menoleh dan menemukan Pak Samsul selaku guru konseling tengah menatapnya dengan penasaran.

"Saya baru tiba karena tadi habis mengunjungi dinas pendidikan terlebih dahulu," jawab Pak Puad dengan suara tenang. Sementara kakinya menuju lift yang akan membawanya ke lantai 3 di ikuti dengan Pak Samsul guru senior di sekolah tersebut.

"Itu tas siapa Pak?" Pak Samsul melirik tas perempuan yang berada di tangan kiri Pak Puad.

"Punya Ms. Alify. Katanya dia mau ngejar siswa bolos," sahut Pak Puad dengan tenang.

Setelah alis Pak Samsul terangkat menatap tak percaya dengan apa yang di katakan Pak Puad.
"Dan bapak mau?"

Pak Puad mendengkus lirih dengan bibir mencibik kesal, "terpaksa. Orangnya juga udah kabur duluan tanpa melihat saya," dengus Pak Puad kesal dengan guru nyentrik satu itu.

Pak Samsul mengangguk paham dengan senyum yang di kulum karena kepala sekolah yang galak satu ini mau saja menuruti keinginan Alify, guru bahasa Indonesia yang lebih menyukai uang dari pada pria tampan.

Sementara itu di lain tempat Alify terus berlari mengejar tiga orang siswa yang juga ikut berlari melihat sang Medusa tengah mengejar mereka.

Mereka sungguh tak menyangka jika guru nyentrik satu ini tidak kunjung menyerah juga padahal jarak dari sekolah dan tempat mereka berada saat ini sudah cukup jauh.

Alify yang memang jago dalam olah raga lari apa lagi lari dari kenyataan tidak kunjung menyerah juga hingga buruan yang ia intai tertangkap olehnya.

Hingga tak sadar tubuh Alify menabrak seseorang yang tengah membawa belanjaa di dalam plastik maupun paper bag yang kini berhamburan di aspal.

"Mbak! Kalau jalan liat-liat dong. Lihat belanjaan saya jadi berantakan kan?" sungut orang tersebut marah-marah.

"Duh, sorry, gue enggak sengaja," balas Alify meminta maaf. Sementara tatapannya tetap tertuju pada tiga muridnya yang sudah menghilang dari pandangannya.

"Sorry ... sorry! Makanya mbak kalau mau main kejar-kejaran jangan di jalan Raya. Di hutan sana!" sungut orang itu yang masih menggunakan nada tinggi membuat Alify akhirnya ikut terpancing.

"Woy cowok setengah cewek! Gue kan udah minta maaf. Apa lagi sih yang kurang?!" sungut Alify tak kalah kerasnya.

Alify sungguh marah saat ini, sudah buruannya kabur dan kini ia harus berhadapan dengan laki-laki setengah perempuan yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

"Eh mbak! Lo kan yang salah kok lo yang nyolot sih hah?" ketus orang itu tak memedulikan jika mereka sudah menjadi pusat perhatian. Apa lagi keributan terjadi di depan sebuah butik terkenal dimana para perempuan penyuka fashion tinggi sering datang.

"Gue kan udah minta maaf sama lo. Terus kenapa lo semakin nyolot hah? Mau gulat sama gue, ayo gue jabanin." Alify kini mengambil posisi kuda dan sebelumnya ia terlebih dahulu menyingsing kemejanya hingga batas lengan dan menatap orang di hadapannya dengan garang.

Orang tersebut buru-buru memungut semua plastik dan paper bag yang tergeletak di lantai kemudian melangkah pergi meninggalkan Alify yang masih dalam posisi kuda.

"Dasar enggak waras," cibir orang itu sebelum benar-benar melangkah pergi.

"Dasar laki-laki jadi-jadian lo. Bilang aja lo takut ngelawan gue!" teriak Alify tak tahu malu.

Orang itu sempat menghentikan langkahnya dan menatap Alify dengan jarak yang cukup jauh. Kemudian orang itu membuat sebuah gerakan di keningnya dan menggesek jidatnya dengan telunjuk dan menatap Alify dengan tatapan 'dasar stres'.

Kesal mendapat respon orang itu, Alify mencabut sepatu kets sebelah kiri kemudian melemparinya ke arah orang itu.

Namun, bukannya mengenai orang yang sudah membuatnya kesal siang ini, sepatu kets Alify justru mengenai kepala seorang pria yang tengah bertengkar dengan kekasihnya di pinggir jalan.

"Mati gue," gumam Alify pelan ketika orang itu menoleh padanya.

Pelan dan pasti, Alify menghampiri orang itu dan menatap pria dengan wajah tampan namun dingin itu dengan tatapan polos miliknya.

"Maaf ya Mas. Gue tadi sengaja ... eh maksud gue, gue enggak sengaja kok." Perlahan Alify menundukkan tubuhnya untuk mengambil sepatu di bawah kaki pria dengan paras dingin itu.

Alify memasang dan cengirannya ketika pria itu menatapnya seolah Alify adalah kucing pencuri ikan asin.

"Lo!" geram orang itu. Tanpa menunggu beberapa detik lagi, kaki Alify melangkah pergi dengan lari yang kuat saat merasakan jika dirinya sedang dalam situasi yang berbahaya. Meninggalkan pria itu yang menatap Alify dengan geram.




PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang