43: Maling

7K 851 47
                                    

Alify menatap datar kepergian papa beserta keluarga barunya.

Usai melemparkan sambal terasi dan membuat Erina tersedak, Alify langsung mengusir mereka dari rumahnya karena Alify sudah muak dengan drama yang terjadi di hidupnya.

"Kamu enggak apa-apa?" Reno mendekati istrinya kemudian menatap sang istri dengan pandangan bertanya. Reno hanya takut jika Alify bersedih atas apa yang ia lihat di mana sang ayah lebih mementingkan keluarga barunya di banding dirinya sendiri.

"Aku?" tunjuk Alify pada dirinya sendiri. "Aku enggak apa-apa sih, santai aja."

Alify melangkah masuk diikuti oleh Reno dengan langkah santai menyusuri tangga menuju kamar mereka yang terletak di lantai dua.

Reno menatap sendu punggung sang istri yang terlibat tegar. Meski terlihat urakan dan kasar, Reno tahu jika Alify tetap lah perempuan yang lemah akan perasaan ketika di tinggal sang terkasih demi orang lain.

Kesedihan Alify memang tidak nampak, tapi di dalam hati pasti perempuan itu begitu terluka dengan nasib buruk yang menimpanya.

"Sri, Ayu, Ani! Kita karaokean!" teriak Alify dari lantai atas yang disambut sorak-sorai ketiga Art-nya  yang memang sangat menyukai karaoke.

Reno menatap ruangan yang berada di lantai 3 dengan sedikit takjub melihat pemandangan yang berada di lantai ini.

Ini kali pertama Reno menginjakkan kakinya di sini dan melihat secara langsung kolam renang dengan luas lebih dari 200 meter, beberapa permainan air, dan tempat berolahraga juga berada di lantai 3.

Reno mengikuti langkah Alify yang memasuki sebuah ruangan berkaca di mana tembok dan pintu terbuat dari kaca bening sehingga orang dari luar bisa melihat apa yang berada di dalam ruangan tersebut.

Ruang karaoke yang di buat Alify untuk bersenang-senang jika ia sedang merasa sedih atau kesal.

"Ratu, kita mau menyanyikan lagu apa?" Sri yang duduk di depan alat pemutar lagu mendongak dan menatap sang majikan dengan pandangan bertanya.

"Apa aja yang penting dangdut," balas Alify santai. Kemudian perempuan itu mengambil tempat duduk di sofa di mana tempat Reno duduk.

Alify membiarkan para anak buahnya yang bernyanyi duluan karena nanti ia akan menyusul dan bergabung dengan mereka.

Tangan Reno terulur mengelus kepala sang istri dengan sayang, membuat si empunya mendongak dan menatap manik mata Reno dengan lekat.

"Aku tahu kamu kuat. Tapi, sekuat apa pun kamu, kalau kamu sudah merasa lelah, kamu bisa berhenti, Lify," ujar Reno tulus.

Alify tertegun mendengar ucapan Reno, karena ternyata selain kedua sahabatnya yang mengerti tentang dirinya, ternyata ada Reno juga yang memahami diri Alify yang sesunggunya.

Alify tersenyum manis, kemudian perempuan itu memegang tangan Reno yang berada di sisi wajahnya.
"Aku enggak akan berhenti, Ren. Karena begini lah cara aku menikmati hidup," balasnya lugas.

         *****

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 lewat 30 menit di mana semua orang sudah tertidur pulas dan berlabuh di alam mimpi masing-masing.

Namun, hal tersebut tidak berlaku pada Reno yang masih berkutat dengan laptop di hadapannya. Dengan tubuh bersandar pada tempat tidur, Reno mulai mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda karena menemani Alify karaokean bersama anak buahnya hingga pukul 12 tadi.

Tatapan mata Reno yang berfokus pada laptop di hadapannya kini beralih pada sosok Alify yang terbangun dengan posisi duduk dan mata terbuka.

"Kenapa, Fy?" Reno menatap aneh Alify yang terlihat seperti habis melihat sesuatu.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang