30: Senggol bacok

6.9K 746 48
                                    

Alify melangkah masuk ke dalam sebuah kafe yang berada cukup jauh dari posisi sekolah saat ini.

Dengan insting serigala yang tajam, Alify yakin jika 3 murid badung itu berada di kafe yang ia datangi dan mungkin saat ini tengah mentertawakan dirinya yang tidak berhasil menangkap ketiga cecunguk itu.

Saat ini dendam di hati wanita itu kian membara di tambah ia baru saja lari dari orang yang hampir mengamuk karena tak sengaja mendapat lemparan dari Alify Sholehah.

"Awas itu tiga bocah. Gue bikin perkedel habis ini," gumam Alify penuh dendam.

Tanpa memperhatikan keadaan sekitar, Alify terus melangkah menuju sebuah meja yang berad di pojok dan mendapati 3 orang siswa yang di kejarnya tengah asyik tertawa dan menikmat hidangan yang ada di hadapan mereka.

"Gue enggak nyangka kalau kita bisa lepas dari guru tukang valak itu," ujar seorang anak dari ketiganya. Bian, berucap santai tanpa tahu jika ketiganya tengah di perhatikan oleh serigala betina yang siap menerkam mereka kapanpun si betina siap.

"Haha! Gue juga enggak nyangka Ms. Alify bisa terkecoh sama kita. Mana katanya yang setiap murid yang di kejar pasti bakalan dapet. Buktinya?" sahut Erlan dengan senyum miring.

Ketiga siswa itu masih membicarakan tentang Alify tanpa tahu sang guru saat ini berada di belakang tengah menatap mereka dengan telinga berasap.

Posisi mereka yang menghadap samping kafe dengan mengenakan jaket yang sudah mereka pakai guna untuk menutupi seragam sekolah atau mengelabui Alify mungkin akan berhasil jika orang lain yang melihatnya. Tapi, tidak dengan Alify Sholehah. Bau uang dari jarak 300 meter saja Alify bisa tahu, apa lagi hanya mencium bau kejahatannya, Alify akan sangat sensitif.

Kejahatan yang di lakukan siswa membolos bisa di kategorikan sebagai kejahatan anak-anak atau jenis kenakalan tingkat rendah tapi tidak bisa di diam kan saja.

"Alah, guru kayak gitu mah kecil," ujar Rudi dengan senyum sombongnya. "Gue sogok duit lima ribu juga besok pasti kita lolos dari hukuman," lanjutnya dengan kesombongan tingkat monas.

Alify bertepuk tangan dengan meriah ketika mendengar ucapan dari ketiganya. Tidak sampai di situ saja, 3 siswa pembolos itu juga tertawa terbahak-bahak apa lagi mereka juga mendengar tepuk tangan yang begitu meriah dan merasa ini lah yang paling lucu di dunia.

tangan Alify terulur dan menyentuh telinga Erlan dan Rudi, kemudian menjewernya dengan kuat membuat kedua siswa itu memekik.

Suasana yang semula kondusif kini ramai akibat teriakan Rudi dan Erlan membuat meja di mana Alify berada kini menjadi pusat perhatian para pengunjung.

"Bagus. Bolos dari sekolah membicarakan guru yang enggak-enggak, terus ketawa-ketawi macem kunyalakan mau beranak. Hebat," puji Alify terdengar skeptis.

"Ms. Alify," ujar Bian tergagap. Kini wajah tampan Bian sudah memutih melihat guru nyentrik mereka saat ini berada di hadapannya dengan wajah memerah menahan amarah.

Rudi dan Erlan tergagap kemudian keduanya ikut memucat ketika tahu yang menjewer mereka saat ini adalah Alify, guru yang bermain kejar-kejaran dengan mereka tadi.

                     *****

"Lify," tegur sebuah suara ketika Alify akan melangkahkan kakinya keluar dari kafe setelah urusannya dengan ketiga bocah pembolos itu selesai.

Tiga orang itu sudah di bawa pihak sekolah kembali ke sekolah dan menerima hukuman dari guru BK, namun mereka juga akan menerima hukuman dari Alify karena sudah membuat wanita itu berlari.

Alify sontak menoleh dan melebarkan matanya ketika melihat sosok pria bertubuh jangkung dengan wajah tampan dan minim ekspresi.

"Kayak kenal deh," gumam Alify menatap sosok tersebut bingung. Kepalanya di miringkan dan menatap pria di hadapannya dari atas sampai bawah terus menerus di lakukan berulang kali hingga pria yang di tatapnya mendengkus jengkel.

Tangan pria itu terulur dan menyentil kening Alify membuat si empunya meringis kesakitan.

"Woy sakit nih!" gerutu Alify jengkel.

"Ngapain kamu jam ngajar keluyuran?" tanya pria yang tak lain adalah Moreno Davis Jarec.

Alify membulat matanya terkejut kemudian berseru kencang membuat pengunjung kafe lagi-lagi mengalihkan perhatiannya pada Alify.

"Reno!"

"Kamu kira siapa, Fy?"

"Artis holywood," balas Alify santai. "Kamu ngapain di sini?" selidik Aligy memicing curiga.

"Habis ketemu klien. Kamu?" Reno masih menatap Alify dengan tatapan tenang.

"Ngejar murid bolos dan enggak sadar udah jauh dari sekolah. Terus sekarang ini mau pulang," ujar Alify lesu. Ekspresinya kini berubah kesal karena ia baru ingat jika ia tak memiliki uang untuk ongkos taksi nanti.

"Kamu enggak kembali ke sekolah?" tanya Reno lagi.

"Enggak. Aku males balik sekolah lagi. Sekarang aku lagi enggak mood buat ngajar," jawab Alify malas.

Tangan Reno terulur kemudian menggengam tangan Alify dan membawa istrinya itu keluar dari kafe.

"Kita mau kemana?" Alify menatap bingung pada Reno yang tengah sibuk dengan tabletnya.
"Ke kantorku saja. Dari pada kamu hanya diam di rumah," balas pria itu tanpa mengangkat wajahnya dari tab yang ia pegang.

"Siapa bilang aku di rumah cuma diam aja? Aku di rumah mau nagih uang sewa kontrakan kok," balas Alify santai.

Reno memutar kepalanya menatap Alify yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan biasa.
"Sebenernya berapa usaha yang kamu punya, Fy?  Perasaan setiap kamu narik napas, pasti aja yang keluar itu uang," sindir Reno.

"Usahaku enggak banyak sih Ren. Cuma ya kredit barang, arisan, sama sewa kontrakan."

"Berarti kamu enggak usah aku kasih uang lagi ya tiap bulan. Kan kamu udah kaya," ujar Reno yang kini tatapannya terfokus pada tab di tangannya.

"Enak aja," balas Alify tidak terima. "Seratus juta itu udah hak dan kewajiban kamu, Ren. Please deh sama istri enggak usah pelit-pelit," sungut Alify kesal.

Tak mengindahkan gerututan Alify, Reno terus memperhatikan layak tabnya dan membalas e-mail dari kolega maupun kliennya.

Setibanya di kantor, Alify mengikuti langkah Reno dalam diam namun sesekali perempuan itu mengalihkan perhatiannya pada interior atau pun orang-orang yang berlalu-lalang di lobby perusahaan.

Alify bahkan tidak segan-segan untuk membalas setiap tatapan para karyawan terutama wanita yang menatapnya dan Reno penasaran. Bahkan ada yang terang-terangan menatap Alify dengan tatapan tajam membuat wanita itu menghentikan langkahnya kemudian menghampiri wanita yang menatapnya  dengan pandangan tak suka.

"Woy, apa lo liat-liat gue kayak mau nelan gue hah?" sentaknya. "Itu mata belum pernah di colokin sama taring vampire? Mau lo?"

Wanita yang di tegur bukannya takut tapi justru balik menatap Alify dengan pandangan remeh.

Namun, sebelum wanita itu sempat mengeluarkan suara, Reno sudah terlebih dahulu menarik istrinya untuk pergi dan tak ingin membiarkan sang istri membuat ulah karena Reno sudah sangat hafal dengan watak istrinya itu.

Senggol bacok, mungkin itu yang sering di gunakan Alify karena siapapun yang membuatnya tak senang maka harus siap menerima kemarahan Alify Sholehah.

Sebelum pergi, Alify sempat menginjak kaki wanita yang berani melotot padanya membuat si empunya memekik kesakita akibat ulah Alify yang mengeluarkan tenaga dalam untuk menginjak kaki wanita itu.

"Rasain lo," ucap Alify tanpa suara. Sementara tangannya masih di genggam Reno dengan erat dan tidak akan membiarkan istrinya itu terlepas dari tangannya.







PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang