5: Bulu mata anti galau√

10.6K 921 32
                                    

"Ayu, siapin jus mangga warna ungu!"

"Ani, siapin gue sepatu boots warna cokelat!"

"Sri, bilangin Mang Parjo buat siapin mobil!"

"Bi Darmi jangan lupa nasi Doraemon aku!"

Teriakan Alify menggema di penjuru rumah besar tersebut membuat nama yang disebut kalang kabut mendapat perintah dari Nona majikan mereka.

"Non, Mang Parjo lagi dibengkel. Jalan tadi pagi buat service mobil-mobil punya non," lapor Sri yang sudah berdiri dihadapan Alify.

"Terus gue naik apa?" Alify menatap kesal pada Sri.

"Aku sudah pesan ojek non," balas Sri tersenyum polos.

"Sri," panggil Alify manis lalu berdiri di anak tangga kedua sambil berkacak pinggang. Tinggi Sri saat ini hanya sebatas dada karena memang kaki Sri saat ini berada di bawah anak tangga.
"Lo lihat gue pake kebaya, pake sarung begini. Kok lo suruh naik ojek sih?" gerutu Alify kesal bukan main.

"Ya ampun non, iki sudah siang. Sudah mau jam tujuh lewat tiga puluh menit. Non iki lali yo kalo Jakarta pasti macet," jelas Sri dengan logat Jawa.

"Ya ampun Sri! Lo kenapa baru ingetin gue sekarang sih? Kenapa enggak dari tadi aja?"

Bergegas, Alify menuju dapur meninggalkan Sri dan Ani yang menatap takjub dengan cara berjalan Alify yang begitu cepat.

"Non ... rambutnya enggak di benerin dulu?" Ayu menatap rambut Alify yang masih penuh dengan roll dikepala majikannya.

"Nanti aja lah di masjid sana gue rapihin," balas Alify duduk dimeja makan. "Bi Darmi, hidung Doraemonnya mana?" Alify mengalihkan perhatiannya pada Bi Darmi yang keluar dari dapur dengan membawa satu sosis bakar dan diletakkan di mana hidung doraemon berada.

Dengan cepat Alify memakan habis makanannya hingga tandas. Kemudian tanpa memerhatikan penampilannya yang kelewat nyentrik, gadis dengan kebaya dan rok sarung itu meninggalkan meja makan serta para pekerja yang tak mampu mencegah Alify.

"Bang, kita ke Masjid yang ada di jalan kenanga ya, sekarang!" perintah Alify menepuk tukang ojek yang sudah menunggu di depan gerbang.

Tukang ojek tersebut menatap Alify dengan senyum manis.

"Siap, Neng!"

Alify menarik rok sarungnya ke atas hingga mencapai lutut. Dengan susah payah ia duduk mengangkang di atas motor metic punya abang tukang ojek tersebut.
"Jalan bang!" perintahnya yang sudah duduk di jok belakang.

"Enggak pake helm, Neng?"

"Enggak bang."

Tukang ojek tersebut hanya mengangkat bahu cuek, kemudian melajukan motornya membelah jalanan Ibukota yang terkenal dengan kemacetannya.

Saat sudah setengah perjalanan, Alify tiba-tiba menepuk pundak abang tukang ojek tersebut dengan bertubi-tubi membuat si tukang ojek dengan segera mengerem motornya secara mendadak yang beruntung jalanan tidak terlalu padat.

"Aduh, kenapa lagi sih, Neng?" Kesal, jujur saja si tukang ojek kesal dengan tingkah pelanggannya yang satu ini.
Mau jalan aja ribet, dongkol tukang ojek dalam hati.

"Bulu ...," ucap Alify sembari sesekali memutar kepalanya ke belakang dengan wajah panik.

Tukang ojek mengerut dahi bingung.
"Bulu apa, Neng?" tanyanya tak mengerti.

"Bulu bang... bulu mata gue terbang sebelah," serobot Alify dengan panik. Pasalnya tadi motor yang ia tumpangi tadi berjalan dengan kecepatan sedang sehingga bulu mata lentiknya hilang sebelah dan menyisakan satu bulu mata lagi di sebelah kirinya.

PENGANTIN DADAKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang