Vanila tersenyum kecut sambil memandangi buku cerita Cinderella kesayangannya. Vanila mengetuk pintu rumahnya dengan perlahan, sangat perlahan, perlahan sekali.
"Vanila pulang" ucap Vanila, tak ada sahutan.
"Ayah, ibu" panggil Vanila, tak ada sahutan. Beberapa menit kemudian terdengar suara pertengkaran yang hebat.
"Kamu ini" teriak sang ayah dari Vanila, namanya Dimas Werenia
"Apa sih kamu ini? Selalu saja aku, aku, dan aku. Salahkan dirimu sendiri mas" bantah sang ibu dari Vanila, namanya Rena Ferandia.
"Enak saja aku, kamu itu dasar perempuan pelacur!" marah Dimas.
"Kau ini, lihat dong pekerjaanmu sekarang hanya seorang preman pasar, tak lebih dari itu!" bantah Rena.
"Aku masih mending daripada kau perempuan pelacur!" marah Dimas.
Melihat hal itu Vanila hanya menatap sendu sekaligus iba pada kedua orangtuanya. Ia ingin sekali melerainya namun yang dia bisa lakukan tak ada, Vanila hanyalah seorang ANAK KECIL yang meminta mainan pada ayah ataupun ibunya.
"Vanila" panggil Rena dengan suaranya yang berat, akibat kebanyakan merokok.
"Ada apa?" Tanya Vanila, kemudian menghampiri sang ibu. Rena menghimpitkan sebatang rokok diantara mulutnya.
"Kau tolong ambilkan korek ibu!" perintah Rena.
"Baik bu" ucap Vanila, kemudian mengambil sebuah korek diatas meja makan, kemudian memberinya kepada Rena
"Kau bodoh!" umpat Dimas.
" Kau yang bodoh!" bantah Rena.
"Kau menyuruh seorang anak kecil yang merengek-rengek pada kita!" ucap Dimas.
Melihat hal itu Vanila hanya tersenyum kecut memandangi Dimas.
"Enak saja anakku ini pintar, tidak seperti KAU bodoh!" ejek Rena.
"Sudahlah bu" ucap Vanila berusaha menenangkan.
"Baru saja aku bilang, lihat dia sudah kembali merengek-rengek pada kita!" ejek Dimas.
"Apakah kau tak pernah belajar menjadi seorang ayah?" Tanya Rena dengan kasar.
"Tentu saja aku pernah, istriku sudah ada tujuh" jawab Dimas secara jujur, kemudian Dimas menutup mulutnya dengan tangannya.
"Kau selingkuh bodoh!" umpat Rena.
"Aku begini karena kamu!" bantah Dimas.
"Aku, ngaca mas!" ejek Rena.
Vanila berlalu pergi dari hadapan Rena dan Dimas, kedua orang itu tidak menyadari bahwa Vanila telah kembali kekamarnya yang tenang dan sepi.
Vanila memeluk bantal kesayangannya bertuliskan 'Ibu dan Ayah selalu mencintaimu, Rena dan Dimas'. Vanila memejamkan matanya, ia berharap ibu dan ayahnya akan selalu ada untuknya. Seperti yang dilakukan mereka saat Vanila kecil dulu.
"Kenapa ayah sama ibu berantem terus?" Tanya Vanila pada dirinya sendiri.
"Mungkin karena tekanan batin"suara itu menggema dikepala Vanila.
"Siapa itu?" Tanya Vanila.
"Tidak ada, aku hanyalah bayanganmu" suara itu menggema didalam kepala Vanila.
"Baiklah, apa maumu?" Tanya Vanila.
"Tidak ada" suara itu lagi-lagi menggema dalam kepala Vanilla.
"Lebih baik aku tidur daripada aku gila" ucap Vanila, kemudian mengambil selimut sakura dan bantal putih diatas kepalanya. Dalam beberapa menit kemudian Vanila sudah terlelap dalam mimpinya.
...
Vanila mengatur nafasnya sesaat memastikan semuanya baik-baik saja. Vanila menoleh kesamping, tidak ada siapa-siapa. Vanila menoleh kebelakang, tidak ada siapa-siapa.
"Sepertinya aman" gumam Vanila, Vanila membenarkan tali sepatunya yang terlepas. Vanila mengulang hal yang sama.
"Aku harus kemana yah?" Tanya Vanila pada dirinya sendiri. Vanila berpikir sejenak sambil membenarkan tali ranselnya.
"Vera" ucap Vanila sambil tersenyum licik. Vanila berlari menuju perumahan elit disebelah taman kota, taman kota yang menyimpan sejuta kata untuk dirinya.
Hai Guys,menurut kalian ceritanya seru gak? Kalau gak seru maaf yah, aku udah berusaha yang sebaik mungkin. Tapi aku berharap baguslah guys. Semoga cerita menarik yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
General FictionVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...