Perjalanan Menuju Surakarta 2

519 14 1
                                    

Vanila memasang earphone pada telinganya, lagu kesukaanya bergema dalam telinganya.

Di mana kamu ketika aku mau

Apa kau juga ketika aku rindu

Dengarlah sunyiku, dengarlah diamku

Dan Rindu engkaulah ahlinya bagiku

Dea menggunang tubuh Vanila yang masih sibuk mendengar lagu melalui earphoenenya. Dea tampak bingung dan takut, sedangkan cowok yang meminta ponselnya sedang menatapnya bingung.

"Apa loh liat-liat?" Tanya Dea galak.

"Cih... Cuman liatin dong" jawabnya ketus, dia mengangkat kakinya kemudian membaca majalah.

"Lo ngapain disini? Pakek angkat kaki segala lagi! Tempat umum nih coy bukan rumah!" protes Dea, dia masih kesal dengan cowok itu dan VANILA.

"Pertama, niat gue disini cuman ngambil ponsel gue, kedua, gue cuman mau loh balikin ponsel gue, ketiga, males banget gue disini kalo bukan karena ponsel gue" jawabnya ketus, dia masih asyik membaca majalah.

"Salah loh" ucap Dea ketus, Dea mengambil buku novelnya dari dalam tas. "Lebih baik gue baca, daripada harus ngomong ama lo!".

"Ogah banget, gue ngomong ama lo!" ucapnya ketus, dia masih juga membaca majalah tentang home is broken.

"Cih...gayanya selangit" ucap Dea ketus. Dea menatap cowok itu sebentar, lalu mengalihkan kembali pandangannya darinya. Entah kenapa Dea merasakan cowok ini, memiliki hubungan yang erat dengannya.

...

Vanila melepaskan earphonenya dari telingannya, setelah puas mendengarkan musik Vanila kembali memandang langit jendela sore itu. Matanya menatap bingung kepada dua orang yang tertidur lelap disampingnya, ternyata dari tadi Vanila tidak menyadari bahwa kakaknya itu dan cowok itu sudah tertidur dari tadi.

Vanila mengambil selimut yang dibawanya dari rumah, ia menyelimuti kakak sepupunya itu. Dia berharap bahwa Dea selalu ada disisinya dan ada untuknya, sementara pria itu? Halah, dia hanya penumpang yang sama disini.

"Vanila sayang kamu, kak Dea" bisik Vanila pada kakaknya, sebuah senyum tipis menghiasi wajah Dea. Dia tampak begitu bahagia sekali.

"Dan.... Kamu, mungkin kamu adalah jodoh untuk kakakku ini" bisik Vanila pada cowok itu, cowok itu hanya diam tanpa eksperesi. Matanya yang terpejam karena tidur, bibir tipisnya yang memberikan eksperesi datarnya.

"Terimakasih, karena kamu mau hadir di kehidupan kakak aku" bisik Vanila, cowok itu hanya memberikan seulas senyum kecil diwajahnya.

"Selamat tidur" bisik Vanila lagi pada mereka berdua, hati Vanila merasa senang melihat keduanya.

...

"Oh iya btw, gue belom ngenalin diri" ucapnya.

"Terus?" Tanya Vanila, namun diiringi senyum tipis diwajah Vanila.

"Nama gue Frans Wijaya" ucapnya memperkenalkan diri. "Nama orang ganteng, inget" ucapnya kepedean.

"Hoekkkk!" Dea memeragakan selayaknya orang muntah. Vanila hanya tersenyum melihat keduanya.

"Cih... Dibilangin dah, kagak caya" ucapnya sambil cemberut, Vanila hanya tertawa kecil melihat tingkah Frans dan Dea.

"Jangan harap" ucap Dea, namun masih ada tawa-tawa kecil dari Dea.

"Napa tawa?" Tanya Frans ketus.

"Rambut lu...." jawab Dea, Dea sudah tidak dapat mengontrol tawanya, kin tawa Dea menjadi besar. Vanila yang melihat hal itu hanya senyum-senyum saja.

"Napa rambut gue? Berantakan?" Tanya Frans, ia masih meraba-raba rambutnya.

"Idih" teriak Frans, sebulir tai burung menyangkut di tangannya.

"Hahaha" tawa Dea dan Vanila kini sudah meledak.

"Tawa lagi lu" cemberut Frans.

"Makanya tuh rambut liat ngaca dikit" ucap Dea disela-sela tawanya.

"Ish dasar Dea Erinaya" ucap Frans, Frans tampak jijik dengan rambutnya sendiri.

"Sini gue bantuin bersihin" ucap Dea, Dea mengambil sehelai tisu dari tasnya. Kemudian Dea membantu membersihkan rambut Frans, tatapan mata mereka bertemu. Dea dan Frans saling bertatapan cukup lama. Melihat hal itu Vanila tersenyum penuh arti.

"Udah belum pacarannya?" Tanya Vanila, yang diiringi tawa kecil dari Vanila. Dea dan Frans saling menunduk malu kepergok Vanila.

"Apaan sih lu ikan Nila" gerutu Dea, namun masih ada seulas senyum djwajah Dea. Begitupun dengan Frans.

"Ciaelah, gak usah malu-malu. Nanti lama-lama gue jadi nyamuk nih" ucap Vanila, kemudian Vanila tertawa kecil. Ia memandangi Frans yang masih menunduk.

"Kenapa loh? Jangan-jangan? Adakah rahasia diantara kalian?" Goda Vanila, yang diiringi cubitan halus dari Dea.

"Ih apaaan sih Dea Erinaya? Kenyataanya benar kan?" Goda Vanila lagi.

"Au ah serah lu Vanila Yudianna" ucap Frans, Frans mengambil novel dari tangan Dea. Dan, anehnya, Dea hanya diam tak berkutik sedikitpun. Dea mengambil earphonenya dan mendengarkan lagu dari earphonenya.

Di mana kamu ketika aku mau
Apa kau juga ketika aku rindu
Dengarlah sunyiku dengarlah diamku
Dan rindu engkaulah ahlinya bagiku

Biarlah rinduku kumau khabarmu
Dan rindu, sunyilah akhirnya wakilmu.


Ceritanya seru gak? Minta vote dan komentnya dong. Ok

😊😊😊

Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang