Kenangan Vanila

1.6K 49 1
                                    

Vanila mengepak semua barang bawaanya yang sangat banyak itu. Dengan berbekal keahlian yang diajari ibunya, ia bisa membereskan semua barang-barang yang akan dibawanyam. Vanila akan meninggalkan rumah ini untuk terakhir kalinya, meninggalkan semua yang menjadi kenangan berharganya. Kenangan yang indah bersama Rena dan Dimas.

"Ibu" sedih Vanila, Vanila menutup mata dan mulai berkhayal dalam dunianya sendiri.

Vanila berlari mengejar layang-layang putus ditengah jalan, waktu Vanila berumur 5 tahun bukanlah keluarga berada. Melainkan hanya keluarga kecil serta dengan semua kesederhanaan yang ia miliki. Keadaan ini yang membuatmu menjadi wanita tomboy.

"Adi, kejal layang-layang nya!" perintah Vanila.

"Sabal Vanila aku juga pagi ngejar ini" protes Adi.

"Layang-layang warna vanila!" seru Vanila sambil menunujuk layangan diatas pohon mangga. Vanila mengejar layangan itu, layangan itu membawa Vanila kedalam kecelakaan dalam. Vanila tertabrak mobil merah, sehingga ia dibawa kerumah sakit.

Rena dan Dimas selalu ada disamping Vanila, Rena sering menyuapi sup untuk Vanila, Dimas suka membeli mainan untuk Vanila. Rena dan Dimas adalah orang yang terbaik saat DAHULU bukan SEKARANG. Sekarang Rena dan Dimas telah melupakan dirinya, seorang diri tanpa siapapun yang mendukungnya.

"Vanila" teriak Kana dari lantai bawah, lamunan Vanila langsung buyar. Vanila segera mengambil semua barangnya dan segera turun kebawah, untuk kerumah tantenya.

...

Vanila mengutak-atik TV yang berada di hadapannya kini. Vanila tidur sendiri dikamar yang luas dan besar ini, Vanila takut sendirian. Setiap kali mau tidur ataupun Vanila ketakutan tidur sendiri, selalu ada Rena dan Dimas. Kalaupun mereka sedang tidak dekat, selalu ada boneka beruang madu dari Rena dan Dimas. Vanila kembali memejamkan mata, membiarkan semua kenangan bermain dalam pikirannya.

"Vanila takut bu" sedih Vanila.

"Enggak usah takut sayang" bujuk Rena.

"Tapi tetap aja bu" sedih Vanila.

"Kalau begitu ibu temanin kamu yah" saran Rena.

"Asyik ditemanin ibu" sorak Vanila senang.

"Ok, ayo kita tidur" ajak Rena.

"Ayo bu" balas Vanila, Vanila menuntun tangan Rena dengan erat, seolah-olah ia tak mau kehilangan untuk selamanya.

...

Vanila mengangankat bantalan miliknya, menegakaan kepala untuk tidak lebih membuat lehernya tersakiti. Vanila harus bertahan hidup demi dirinya sendiri, apapun caranya itu, sekalipun harus berbohong.

.....

Vanila mengelus rambutnya dengan sedikit ciptaraan air. Vanila menyirami bunga kesayangaan miliknya yang masih berdiri kokoh dihalaman rumah Vanila.

Setelah meronta-ronta kepada tantenya untuk mengizinkan Vanila menginap beberapa hari dirumahnya sendiri, tanpa ada siapapun disampingnya.

Vanila awalnya yang segera ingin beranjak pergi kerumah tantenya, Vanila telah verubah pikiran untuk yang kedua kalinya. Vanila ingin membersihkan semua kenangan yang ada dalam rumah itu, sebelum akhirnya rumah itu akan pergi dalam ingatannya.

Vanila tinggal sendiri dalam rumah miliknya, rumah yang cukup besar bagi anak 7 tahun seperti dirinya. Anak yang selalu meronta-ronta meminta mainan pada ayah dan ibunya. Vanila memutar ulang semua ingatan tentang bunga mawar merah kesayangan Vanila.

...

Vanila berlari sangat kencang, hingga tak memperhatikan sesosok laki-laki yang menatapnya bingung. Vanila berharap bahwa kesempatannya sampai dirumah tepat waktu, dan tidak menyia-nyiakan tenaganya yang telah terkuras banyak.

Selang beberapa menit akhirnya Vanila sampai dirumah, namun berharap tepat waktu tidak terkabul. Vanila berlari kedalam rumahnya, dan langsung memeluk boneka kesayangannya, boneka beruang madu.

Seakan semua rasa lelah telah hinggap dirongga-rongga keringatnya, Vanila menyeka keringatnya dengan selembar tisu. Tepat tanggal 4 September, adalah hari ulang tahun Vanila. Namun semuanya telah melupakan hari spesial itu dalam hidup Vanila.

Dalam sekejep mata lampu dalam kamar Vanila mati, Vanila merasa ketakutan, mengeluarkan keringat dingin yang menyelimuti semua tubuhnya.

"Ibu" teriak Vanila. "Ayah" teriak Vanila kembali, tak ada jawaban. "Jangan buat aku takut" teriak Vanila, namun tak ada jawaban. Vanila seakan mau membenamkan diri dalam tanah saking takutnya.

Namun dalam sekejap lampu menyala kembali, Rena dan Dimas membawa kue kecil serta pot bunga mawar merah yang besar.

"Happy Birthday sayang" ucap Rena dan Dimas bersamaan. Vanila tersenyum bahagia melihatnya.

"Terimakasih ayah ibu" ucap Vanila senang.

"Sama-sama, ini hadiah dari ayah dan ibu" ucap Dimas.

"Wah, cantik banget bungannya" senang Vanila.

"Kayak kamu dong" puju Dimas.

"Makasih ayah ibu" senang Vanila.

"Sama-sama" ucap Rena dan Dimas bersamaan.

...

Vanila menyeka air matanya yang sudah mulai turun, mungkin saat-saat bahagia seperti ini tidak akan ada lagi untuknya.






Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang