"Dea" teriak Lion. Dea hanya membalikaan badannya kemudian tersenyum lalu kembali memutar badannya.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Lion sambil mencekal tangan Dea.
"Aku kenapa? Aku enggak apa-apa" dusta Dea. Mungkin diluar dia bisa berkata begitu, tapi didalam hati siapa yang tahu perasaan sebenarnya. Hanya Tuhan yang tahu semuanya
"Aku serius De, dari tadi kamu ngehindar terus dari aku" ucap Lion.
"Enggak, aku enggak ngehindar dari kamu. Perasaan kamu aja kali" ucap Dea.
"Aku serius Dea" ucap
"Aku dua rius malah" ucap Dea berusaha mencairkan suasana.
"Dea, dengerin aku. Soal itu kamu salah paham, salah paham banget kemarin Dea" ucap Lion menjelaskan.
"Salah paham? Apaan sih maksud kamu?" Tanya Dea pura-pura bego. Padahal dia tahu persis, itu yang membuatnya menangis semalam.
"Aku tau, kamu bohong Dea. Kamu pasti ngeliat aku sama Ana. Kita cuman temen itu doang!" ucap Lion menjelaskan.
"Maksud kamu?" Tanya Dea pura-pura bingung.
"Cewek kalau bilang gitu, berarti dia tau semuanya yang sebenarnya" ucap Lion.
"En...ggak, a....ku en....gg...ak ta...u kok" ucap Dea tergagap.
"Biasanya cewek kalau dia tergagap ataupun terbata-bata dia pasti bohong" ucap Lion mengeluarkan semua teori cewek selama menjadi playboy. Dea menunduk, menahan agar air matanya tidak tumpah.
"Kalau aku tahu, apa aku bisa menjamin kalau kamu bisa menghilangkan rasa sakit hati aku" ucap Dea pelan, namun dapat didengar jelas oleh Lion.
"Dea aku tahu, aku enggak bakal bisa menghilangkan rasa sakit hati kamu. Tapi setidaknya aku bisa membuat kamu melupakan rasa sakit hati kamu" ujar Lion. Dea menundukaan kepalanya.
"Maaf" lirih Dea pelan. Singkat, terdiri dari empat huruf, namun mempunyai sejuta makna.
"Dea, itu kemarin Ana. Dia itu mantan pacar aku, tapi aku enggak suka lagi sama dia. Dia kemarin cuman minta begitu karena dia pengen keluar negeri Dea!" ucap Lion menjelaskan.
"Tapi kenapa harus kamu?" Tanya Dea yang mulai berani mengangkat wajahnya.
"Karena itu permintaan dia! Aku enggak bisa berbuat apa-apa!" jawab Lion sejujurnya.
"Aku takut, kamu deketin aku karena aku orang enggak berguna, orang sakit-sakitan! Bahkan aku orang yang enggak punya ingatan! Aku enggak punya ingatan Lion" ucap Dea sambil meneteskan air mata bening yang jatuh menetes pelan ke pipinya.
"Aku enggak bakal ninggalin kamu, aku janji Dea" ucap Lion sambil menguraikan pelukannya untuk Dea. Cewek itu hanya diam tak mampu menjawab apa-apa, beberapa detik kemudian Dea membalas pelukan ith sambil menangis dalam pelukan Lion.
"Lebih baik, gue menerima tunangan itu"
...
Surat perjanjian itu sudah ditandatangani sendiri oleh Frans Wijaya. Tertera jelas nama dan tanda tangan itu.
Anya tersenyum senang, bahkan ia ingin berjingkrak-jingkrak sekarang. Tapi, mengingat dirinya berada dirumah Emily atau mamanya Frans ia masih bisa menjaga etika.
"Bagaimana kalau kita percepat saja pertunangan itu" usul Tari.
"Wah, lebih cepat lebih baik, iya gak Frans?" Tanya Emily pada Frans yang masih sibuk melamun.
"Hah? Oh iya" jawab Frans asal. Padahal dia tidak tahu mamanya menanyakan apa.
"Oke, semuanya beres. Kita ngadain pertunangan minggu depan dengan acara makan barengan denga keluarga besar" ucap Tari yang langsung dapat pelongoan dari Frans.
"Minggu depan Tan? Enggak salah?" Tanya Frans kaget sangat kaget.
"Enggak Frans" jawab Tari tenang.
'Waktu gue sisa 7 hari dan gue harus meyakini Dea tentang semuanya" batin Frans dalam hati.
...
Baju-baju dihamburkan dengan cepat oleh Vanila. Ia merasa bajunya kurang bagus untuk dipakai untuk acara dinner pertama dengan Rayhand semenjak 2 hari yang lalu mereka pacaran.
"Aduhh! Gue pake baju apaan yah? Baju gue masa ginian semua! Ini lagi kemeja kotak-kotak punya cowok, terus ini lengan panjang warnanya putih dikata gue mo pergi ke acara dansa! Terus ini dress putih aduhh enggak banget deh!" gerutu Vanila sedari tadi.
"VANILAAA YUDIANAAA! INI KENAPA BAJU BERANTAKANN?! NANTI GUE NGEBERESIN TUH SUSAH NYA MINTA AMPUNN!" protes Dea bagaikan toa yang baru pulang entah dari mana.
"Udah ah! Gue lagi pusing nih!" protes Vanila. Karena Vanila malas juga berurusan dengan mulut toa seperti Dea
"Napa sih stress? Lagian biasanya lu cuek kok sama dandanan" Tanya Dea.
"Gimana gue enggak stresss tingkat atas?! Gue lagi pusing mikirin buat make baju dinner sama Rayhand" ucap Vanila sambil menggaruk kepalanya. Hanya satu kata yang bisa menjelaskan semua keadaan Vanila. Frustasi.
"Baju lu banyak yang bagus kok, kenapa mesti pusing?" Tanya Dea.
"Aduh Dea, bajunya tuh udah pada gak gaol bangett!" ujar Vanila. Dea hanya bisa melengos kesal.
"Bagi Rayhand dia menyatakaan perasaanya ke elo bukan berarti dia enggak nerima lo apa adanya! Ini kan cuma makan malam biasa" ujar Dea.
"Yaudah deh, gue pake baju yang biasa aja" ucap Vanila pasrah.
...
Dentingan sendok dan garpu mulai berbunyi menandakan makan malam sudah mulai. Rayhand dan Vanila hanya saling menatap lewat senyuman. Setelah selesai makan akhirnya Rayhand mengangkat suara.
"Baju kamu cantik" puji Rayhand. Vanila ingin tersipu malu, namun ia mengingat prioritasnya
'CEWEK SELALU BENAR DARIPADA COWOK'
"Berarti aku nya enggak cantik?" Tanya Vanila.
"Kamu cantik kok, pokoknya menyangkut semua tentang kamu cantik" goda Rayhand. Vanila hanya bisa tersenyum mendengarnya.
"Thanks" balas Vanila. Vanila memandang sekeliling untuk mencari sesuatu yang baru. Namun ia menoleh, bukan karena orang memanggilnya ataupun suara dering telepon. Tapi suara wanita dan wanita itu bukan dia.
"Mi...ka?" Rayhand terbata-bata.
...
Curhat authorrr
Akhirnya setelah sekian lama bisa nge up date. Wkwkw. Makasih yah buat semuanya, thank youu. Tinggalkan vote di setiap cerita.
Thankkk you guysss
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
General FictionVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...