Mobil jeep dengan gaya mobil Belanda sudah terparkir manis didepan rumah Dea, Frans memutar kunci mobilnya sembari menunggu Dea ganti baju. Tak lama kemudian keluar Dea dengan dress berwarna merah terang, sepatu hak tinggi. Frans terkesima melihat kecantikan Dea.
"Ayo berangkat" ajak Dea.
"Hah? Ayo berangkat" Tanpa sadar Frans menjadi gugup saat dekat dengan Dea, mobil jeep meluncur mulus kelokasi tujuan. Alunan lagu rock bergema dalam mobil, keduanya sama-sama diam tidak membuka percakapan.
"Lu kapan balik dari Surakarta?" Tanya Dea menghisi keheningan.
"Seminggu yang lalu" jawab Frans.
"Oh, elu doang yang balik?" Tanya Dea.
"Enggak, ada Bang Zaka sama Bang Yudi" jawab Frans santai, karena Frans hanya menjawab Dea berhenti berbicara.
Beberapa menit kemudian....
"Udah sampai yuk turun" ajak Frans, Dea menurut turun dari mobil termasuk hal yang mudah. Frans menutup mobilnya dengan gerakan kasar, kemudian menguncinya yang berakhiran dengan bunyi 'Pip'.
Hotel Raffles Jakarta hotel yang mewah. Gedungnya yang indah ditengah malam membuat bagian depan hotel tampak cantik.
"Dilantai berapa?" Tanya Dea.
"Oh dilantai berapa yah? Ntar yah aku tanya Satria dulu" jawab Frans yang langsung mengambil ponselnya dari dalam jaketnya.
"Bagus banget hotelnya" gumam Dea pada dirinya sendiri.
"Ok dilantai 13" ucap Frans setelah selesai telepon dengan Satria.
"Masuk?" Tanya Dea.
"Enggak diluar yaiyalah masuk" canda Frans.
"Kan siapa tau" Dea terkekeh kecil mendengar jawaban Frans, mereka berdua kelantai 13 menggunakaan lift. Dea memikirkan bagaimana dan apa yang harus dilakukannya?
...
Vanila sibuk mendengarkan musik dari ponselnya, lagu berjudul heaven bergema dalam ruangan.
"Cih Dea asyik-asyikan pergi sama Frans yah gue kayak mahasiswa gak jelas, gue cuman dengerin musik nasib jomblo nih" gerutu Vanila.
Oh, thinkin' about all our younger years
There was only you and me
We were young and wild and free
Now nothing can take you away from me
We've been down that road before
But that's over nowYou keep me comin' back for more
Tok tok tok
Vanila segera mematikan musiknya, Vanila diam dirumah tidak ada siapa-siapa, tidak ada Dea, tidak ada Mbak Marni. Jangan-jangan maling? Vanila langsung berpikiran buruk tentang orang yang mengetuk pintu. Disibakaannya tirai berwarna kuning keemasaan dari situ ia bisa melihat pria tinggi menggunakaan pakaian berwarna biru yang terlihat dari belakangnya saja. Vanila langsung membuka pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Maaf siapa yah?" Tanya Vanila, pria itu berbalik. Vanila kaget bukan main, dia adalah......
"Vanila" sapa pria itu dengan suara berat.
"Lu ngapain kesini? Jangan deket-deket ama gue, yang ada nanti gue jadi korban selanjutnya" ucap Vanila tajam, pria itu diam tak mampu bergerak.
"Gue mau minta maaf Vanila" ucap pria itu dengan suara berat.
"Udahlah Cak gue gak akan maafin elu gue takut nanti gue yang jadi korban selanjutnya Cak" pinta Vanila, pria itu diam.
"Vanila maaf gue gak tau kalau itu sahabat elu" mohon pria itu.
"Udahlah Cak lu pergi aja Cakra!" usir Vanila.
"Vanila kamu maafin aku kan? Masa lalu jangan diungkit-ungkit lagi Van" pinta Cakra lagi.
"Enggak, sampai kapanpun gue enggak akan maafin elu Cakra!" tolak Vanila.
"Elu liat gue Vanila" ucap Cakra sambil memegang kedua bahu Vanila dengan erat. "Gue udah jadi pengusaha sukses gue tadi masuk TV dan gue nyebut nama elu sebagai sahabat gue Van"
"So?....." Vanila hanya mengucapkan dua kata.
"Elu bakalan jadi terkenal jadi artis karena elu sahabat gue Van" jawab Cakra.
"Gue gak mau" tolak Vanila lagi.
"Bukannya itu impian elu yah?" Tanya Cakra.
"Udahlah Cak gue capek" teriak Vanila, Vanila langsung masuk kedalam rumah dengan langkah kaki seribu. Dengan keras Vanila membanting pintu meninggalkan Cakra yang masih diam tak tahu harus berbuat apa.
...
Pesta ulang tahun yang mewah dan meriah, berbagai makanan dan camilan dihidangkan disini juga mengindangkan makanan Von Essen Platinum Club Sandwich yang harganya sangat menakjubkan.
"Yuk pulang" ajak Frans.
"Boleh gak aku makan sandwich dulu kan jarang-jarang makan mahal" tawar Dea, Frans terkekeh kecil.
"Yaudah, tapi jangan lama-lama udah jam setengah sembilan" pesan Frans, Dea mengganguk. Dea segera menuju bagian sandwich.
"Pacar elu?" Tanya Satria yang tiba-tiba datang.
"Enggak" jawab Frans santai.
"Terus?" Tanya Satria.
"Sepupu" jawab Frans.
"Oh, lumayanlah cantin pacarin aja lah" saran Satria, Frans mencubit pipi sahabatnya itu.
"Emang gue kayak elu" goda Frans, Satria terkekeh kecil.
"Yaudah bye" ucap Satria yang pergi meninggalkan tanda jari jempol, tak lama kemudian datang Dea yang sudah selesai memakan sandwich nya itu.
"Ayo pulang" ajak Dea, Frans mematuhi diambilnya kunci mobil dan segera turun ke parkiran.
...
Dea dan Frans saling diam hanya alunan musik yang mengiringi mereka berdua.
"Rame kan yah tadi?" Tabya Frans.
"Iya rame banget" jawab Dea.
"Enak gak makanannya?" Tanya Frans.
"Wihh enaknya bukan main pasti mahal-mahal apalagi sandwich nya tuh, makanan Jepang wah enaknya bukan main" ucap Dea dengan semangat.
"Sip nanti kalau ada lagi gue ajak dah" janji Frans.
"Trims" ucap Dea, kemudian keduanya sama-sama hening.
"Ngantuk" gumam Frans pada dirinya, namun matanya harus terjaga demi keselamatan Vanila. Mata Frans hampir mencapai alam bawah sadar, ketika Dea berteriak.
"Awassss Franssss!" teriak Dea sebelum semuanya hilang dalam ingatan dan tidak melihat apa-apa lagi, hanya suara pecahan kaca yang bergemuruh dalam telinga mereka.
Penasaran gak? Kenapa Dea sama Fransnya, baca lagi dong yah
Semoga baik-baik aja yah mereka
Terimakasih sama kalian yang udah mau komentar, read, sama votenya baca terus yah kelanjutan cerita Vanila.Terimakasih
Salam penulis
Elsaday Rombetasik
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
General FictionVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...