"Lalalah trilili kita kerumah Lion padahal aslinya kagak tau rumahnya Lion" nyanyian itu dibuat Rayhand dengan asal dengan sekejap.
"Iya juga sih, lu mikir kagak kita ini kan tolol, mau nyari Lion, mau nyamperin Lion tapi kagak tau rumahnya dimana" ucap Vanila.
"Ih!" Rayhand bergidik ngeri, "gue kagak mau disamain tolol kayak lu"
"Memo!" umpat Vanila yang sebelas dua belas dengan 'kurang ajar'
"Apaan tuh?" Tanya Rayhand.
"Kurang ajar!" umpat Vanila.
"Galak amat neng" ucap Rayhand, kemudian Rayhand tertawa geli.
"Napa lu tawa-tawa seneng atas umpatan gue tadi hah?!" ucap Vanila galak.
"Ciaelah galak amat, ngomong 'kurang ajar' doang sok berkelas" ucap Rayhand.
"Iyalah, ngomong kurang ajar doang terlalu banget kayak 'bangsate!" ucap Vanila.
"Hah?! Bangsate? Ada abang-abang sate disini mana dong gue pengen beli?" Tanya Rayhand polos sambil celingak-celinguk entah apa yang dicarinya.
"Gak berkelas banget sih, katanya si ganteng Rayhand yang tau segalanya, bangsate aja kagak tau" cibir Vanila.
"Dasar kids jaman now" cibir Rayhand.
"Daripada kids jaman old tua banget kayaknya" cibir Vanila.
"Kok makin lama kagak nyambung sih" ucap Rayhand. "Berangkat yuk, kapan berangkatnya nih kalau ngobrol terus?"
"Hehehe, udahlah yuk berangkat" ucap Vanila. Rayhand mengganguk, diambilnya kunci motor miliknya lalu menyalakannya. Vanila duduk dibelakang memegang samping motor.
"Awas motor gue rusak loh" ancam Rayhand yang sepertinya terlalu berlebihan.
"Ih, dikata gue apaan" ucap Vanila kesal.
"Cih!" umpat Rayhand.
"Jalan! Kelamaan lu! Cepetan! Gue tarik nih telinga lu!" ancam Vanila.
"Iye, dasar nenek sihir" umpat Rayhand pelan. Rayhand menjalankan motornya, membelah jalanan kota Jakarta.
...
Frans duduk di sebuah kursi dibalkon rumahnya. Sudah sejak lama Frans diizinkan untuk pulang dari pihak rumah sakit, padahal Frans berharap bisa berlama-lama dirumah sakit dan melihat Dea.
Kejadian itu sangat sudah begitu lama namun terasa singkat, semenjak kejadian kecelakaan itu. Namun, yang membuat Frans miris adalah sosok masa lalunya datang kepadanya dan meminta-minta saat dia sedang merasakan jatuh cinta.
...
"Den Frans ada tamu diluar" teriak Bik Ari.
"Siapa Bik?" Tanya Frans. Frans yang sedang berkutat dengan layar ponselnya menghentikan aktifitasnya.
"Enggak tau, Bibik Ari juga enggak pernah lihat" jawab Bik Ari. Frans mengganguk. Frans memaklumi karena Bik Ari baru bekerja beberapa bulan yang lalu menggantikan ibunya yang lebih lama, Bik Ami.
Frans berdiri dari sofa di ruang keluarga. Frans membuka pintu rumahnya, Frans terbelak seperti tak percaya pada sosok didepannya ini.
"Anya" lirih Frans.
"Hai Frans" ucap Anya dengan nada ceria
"Mau ngapain lo kesini?" Tanya Frans dingin.
"Dingin amat lu kayak es" ucap Anya kemudian tertawa cengegesan.
"Elu ngapain mau kesini?! Kalau yang gak penting enggak usah dateng kesini!" ucap Frans kasar+ketus.
"Ciaelah galak amat Ans" ucap Anya sambil tertawa cengegesan.
"Jangan pernah manggil gue panggil pake kata ANS" Frans sengaja menekankan pada kata Ans.
"Kenapa? Itu kan panggilan aku sayang sama kamu beb" ucap Anya.
"Geli gue dengernya" ucap Frans dingin.
"Ih, say---"
"TUJUAN ELU KESINI MAU NGAPAIN? KALAU GAK PENTING SILAHKAN ANGKAT KAKI DARI RUMAH GUE!" emosi Frans tersulut. Anya diam seribu bahasa. Helaan nafas panjang tercipta diantara Frans dan Anya.
"Aku mau balikin sama kamu" ucap Anya. Frans membanting pintu dengan keras, sehingga cewek itu diam tak berkutik sedikitpun. Bik Ari yang menyaksikan kejadian itu diam seribu bahasa.
"Frans tolong buka pintunya!" ucap Anya. Frans diam. Frans memunggungi pintu putih itu.
"Ada apa Frans?" Tanya sang Mama yang baru turun dari lantai 2.
"Enggak apa-apa ma" dusta Frans.
"Itu diluar siapa? Tadi mama dengar pintunya dibanting? Ada apa sayang?" Tanya Emilia, sang Mama dari Frans.
"Bukan siapa-siapa ma, tadi ada orang iseng makanya Frans banting pintunya" dusta Frans.
"Frans!" Anya memanggil dari luar. Membuat Emilia semakin penasaran apa yang terjadi.
"Itu ada yang manggil nama kamu sayang" ucap Emilia lembut.
"Bukan siapa-siapa kok ma! Cuman anak-anak iseng depan komplek" dusta Frans. Emilia semakin penasaran, namun melihat sikap Frans membuat Emilia enggan untuk mencampuri Frans lebih dalam lagi.
"Yaudah, mama mau keatas nanti kalau ada papa kamu datang buka pintunya yah" pesan Emilia.
"Iya mah" ucap Frans. Emilia mengganguk, menuju lantai 2.
"Frans, aku tahu kamu enggak bakalan maafin aku. Tapi tolong aku pengen banget balikan sama kamu Frans" ucap Anya dari luar. Frans diam seribu bahasa.
"Shit!"
Hai, terimakasih buat kalian yang udah mau baca. Kalian boleh tekan tanda bintang sebelah kiri, yang ada tulisan 'Beri Suara'
Salam penulis
Elsaday Rombetasik

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
Fiction généraleVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...