"Ada apa?" Tanya Vanila, perasaanya menjadi sangat berbunga-bunga.
"Kamu suka sama aku yah?" Tanya Frans, Vanila merasakan bahwa ia akan ditembak oleh Frans. "Kalau diam berarti iya".
"Emang kenapa?" Tanya Vanila.
"Lebih baik jangan suka sama aku" jawab Frans, Vanila tercekat maksud Frans apa.
"Kenapa?" Tanya Vanila.
"Karena udah ada seseorang di hati aku" jawab Frans.
"Siapa?" Tanya Vanila, Vanila berusahan menahan tangisnya agar tidak turun.
"Kamu nanti akan tau" jawab Frans.
"Dea?" Tanya Vanila, Vanila menghela nafas sesaat.
"Iya" jawab Frans singkat, namun berhasil membuat Vanila diam.
"Kenapa bukan aku? Kenapa harus Dea?" Tanya Vanila, sekarang Vanila sudah tak dapat menahan tangisnya. Vanila menangis terisak-isak.
"Maaf, tapi cinta itu gak bisa dipaksain. Cinta itu gak bisa memlilih dari antara dua wanita yang tidak dicintainya" jawab Frans asal, Frans segera masuk kembali kedalam rumah Mbak Dya yang mulai ramai oleh para kerabat.
'Kenapa aku gak bisa memiliki Frans?' batin Vanila, hatinya sangat terpukul mendengar pertanyaan Frans. Vanila segera menghapus air matanya, dan kembali masuk kedalam rumah Mbak Dya.
'Aku benci Dea'
...
Vanila menatap sinis pada Dea yang masih terengah-engah, rambutnya yang berantakan karena berlari-lari menuruni tangga. Vanila menatap benci pada Dea, sorot mata Vanila yang tajam menyimpan dendam yang panjang.
Entah kenapa rasa persaudaraan yang telah dibangun Vanila dan Dea selama bertahun-tahun hilang begitu saja karena cinta ditolak. Vanila merasakan terlalu banyak Dea mendapatkan kenikmatan yang berlimpah, sedangkan Vanila dari kecil dirinya hanya merepotkan orang lain saja.
Sekarang sudah diacara pemotretaan acara keluarga besar dari kedua mempelai, Vanila berjalan gontai menuju tempat kedua mempelai sedang berdiri.
"Vanila" panggil Dea, Vanila menoleh namun hanya sebentar. Malas sekali rasanya bergabung dengan perebut hati orang ini.
"Apa?" Tanya Vanila, hanya tiga kata itu yang diucapkan.
"Ayo bareng sama gue disitu" tunjuk Dea, Dea menunjuk tempat disebelah Frans. Vanila tertunduk lesu melihat Frans.
"Enggak lu aja" tolak Vanila, Dea merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati Vanila.
"Kenapa?" Tanya Dea.
"Gue disebelah Tante Monik aja" lagi-lagi Vanila menghindar dari pertanyaan Dea.
"Udah ikut aja yuk" ucap Dea, Dea menarik lengan Vanila dengan gerakan paksa. Vanila merasa gugup didekat Frans, kegugupan yang tak pernah dirasakannya.
"Gue sini aja yah" ucap Vanila, lagi-lagi Vanila berusaha menghindar.
"Enggak, lu sini aja samping Frans, nah gue disamping elu" ucap Dea, Dea langsung menarik Vanila agar disebelah Frans.
'Gue rasanya makin membenci lu Dea, pemaksa, sok ngatur-ngatur orang, entah kenapa gue bisa ketemu sama elu. Apalagi lu perebut hati milik orang lain, Frans itu milik gue bukan milik elu' suara hati Vanila terus menggema didalam pikiran Vanila. Dengan enggan Vanila duduk disebelah Frans yang sudah siap untuk pemotretaan keluarga besar.
"Siap yah satu dua ti.....ga piis" teriak seorang juru foto memberikan arahan.
"Ok, sekali lagi satu dua ti....ga" teriak juru foto lagi.
Cekrek cekrek cekrek
Foto diambil banyak oleh juru foto, setelah acara potret-memotret selesai acara dilanjutkan dengan makan-makan. Vanila menuju keatas untuk menuju kamarnya disela-sela sibuknya orang makan, Vanila melepaskan sepatu haknya yang terlalu tinggi itu. Vanila mengurut-urut kakinya yang kesakitan karena sepatu hak nya yang terlalu tinggi itu, ditengah sela kesibukannya mengurut-urut kakinya Dea masuk seorang diri.
"Vanila" sapa Dea ceria, Vanila hanya cemberut mendengarnya.
"Gue pengen nanya nih, tadi kenapa elj ngehindar banget dari gue?" Tanya Dea serius, Dea duduk disebelah Vanila.
"Enggak kok" elak Vanila.
"Iya, tadi gue yakin banget elu ngehindar" ucap Dea.
"Kata?" Lagi-lagi Vanila mengelaknya.
"Iya, kasih tau dong kenapa alasannya" desak Dea, Vanila enggan memberikan jawabannya.
"Ayo dong kasih tau" desak Dea lagi, namun Vanila tetap enggan memberikan jawaban. Akhirnya Vanila sudah tidak tahan lagi mendengar desakaan Dea, akhirnya Vanila mulai angkat bicara.
"Denger yah De, gue itu benci sama elo. Elo itu selalu aja mendapatin semua yang gue mau, waktu kecil elo yang paling sering dapet kasih sayang dari tante!" teriak Vanila persis didepan wajah Dea, Dea tercekat mendengar perlakuan seperti itu dari Dea.
"Gue tau, kan gue yang pu---".
"Gue tau lo yang punya rumah, blablabla itu udah basi De. Gue benci banget sama elo, elo itu udah ngerusak harapan gue yang udah melambung tinggi Dea. Semuanya itu rusak semenjak lo hadir di kehidupan gue, elo itu jahat De. Gue benci sama elo, Frans juga. Lo juga bisa dapetin Frans, sedangkan gue hanya bisa mandangin kalian berdua sambil cemburu. Gue tau elo juga suka sama Frans, elo sengaja ngalah sama gue biar elo keliatan baik didepan Frans. Dan gue juga tau kalo Frans itu memang udah bener-bener terpikat ama elo De, sampah lo Dea!" teriak Vanila lagi, Vanila sudah tak tahan menahan air mata. Dengan terisak-isak Vanila mengucapkan kata-katanya.
"Sampah lo Deaaa!" Teriak Vanila dengan kencang, Dea hanya diam tak berkutik sedikitpun. Namun diam-diam Dea menangis.
"Maaf Vanila, gue.... Gue gak tau sama perasaan elo" isak Dea.
"Elo emang gak pernah tau soal gue, elo itu egois!" Teriak Dea lagi yang disusul dengan tangisan dari Vanila, Dea hanya diam memeluk bantal sambil menangis menatap sahabat karib-nya itu membenci dirinya.
Minta vote dan komentnya dong, follow akun juga yah kalau mau

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
Ficção GeralVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...