Rayhand Wijaya

1.1K 37 0
                                    

Vanila memutarkan bola mata jengkel melihat Ray, lebih baik harusnya ia tidak ikut dengan Dea. Vanila hanya menjadi nyamuk diantara hubungan persahabatan Ray dan Dea.

Ray dan Vanila tidak terlalu dekat, seperti Dea dan Ray yang memiliki hubungan sahabat yang sangat dekat. Sesekali Dea dan Ray tertawa senang melihat berbagai hal yang lucu.

...

Ray dan Dea berkenalan saat awal masuk SMP, Ray yang memulai terlebih dahulu perkenalannya dengan Dea. Ray selalu mendatangi kelas Dea dan selalu berkata hal yang sama.

"Hai kamu Dea yah, aku yakin pasti kita akan ketemu lagi" sesudah itu Ray pergi.

"Gimana enggak ketemu orang tiap hari nyamper kekelas mulu" gerutu Dea, tapi entah kenapa pertemuan mereka membuat Ray dan Dea semakin dekat, yaitu sebagai hubungan sahabat.

...

"Dea" panggil Ray.

"Apa?" Tanya Dea.

"Mmm kita nonton bioskop yuk" ajak Ray.

"Yaudah, terus Vanila gimana?" Tanya Dea yang melirikku, menatap aku yang sedang lesu.

"Vanila ikut aja" saran Ray.

"Gak ah" ucap Vanila sambil memandang Dea tajam.

"Serius?" Tanya Ray.

"Iya" jawab Vanila.

"Terus kamu kayak gimana?" Tanya Dea.

"Aku ke toko buku aja" jawab Vanila.

"Kamu ikut aja yah Van" mohon Dea.

"Iya Vanila" ucap Ray.

"Emang kenapa kalau aku gak ikut?" Tanya Vanila.

"Aku kan gak mungkin biarin kamu sendiri" jawab Dea.

"Terus alasan Ray?" Tanya Vanila.

"Sama kayak Dea" jawab Ray agak tampak kikuk.

"Hmm, aku ketoko buku aja deh" ucap Vanila memutuskan.

"Jangan lah Vanila" mohon Dea.

"Gak ah" jawab Vanila.

"Hmm.....gimana ketoko bukunya nati aja habis nonton bioskop"saran Ray, Vanila tampak berpikir keras.

"Enggak mau, waktunya gak bakal cukup" jawab Vanila.

"Yaudah terserah kamu" ucap Dea.

"Makasih Dea dan Ray" ucap Vanila, Vanila tampak memamerkan gigi putihnya yang bersih.

"Tapi kamu tunggu kita jemput kamu ditoko buku lantai atas yah" ucap Dea.

"Ok bos" ucap Vanila sembari memberi tanda hormat kepada Dea.

"Udah, kita nganterin kamu dulu yah ketoko buku" saran Dea.

"Gak usah Dea, aku bisa sendiri kok" ucap Vanila sambil mengikat tali sepatunya yang lepas.

"Serius?" Tanya Ray.

"Iya, yaudah bye" jawab Vanila lalu langsung pergi meninggalkan Ray dan Dea yang masih kebingungan.

...

Vanila menatap buku-buku yang tersusun rapi ditoko buku, banyak buku yang dipajangkan di etelase toko buku. Mulai dari komik, novel, buku pengetahuan, RPUL, kitab suci, dan lain-lain.

Vanila mengambil salah satu buku novel yang berjudul 'Surat Kecil Untuk Tuhan', Vanila merasa geram dengan semua cerita yang ada dinovel. Semua cerita itu tampak bagus dengan kisah akhir yang bahagia, beda dengan kisah hidupnya yang dibuang dan dibiarkan sendiri.

"Kenapa sih?" Lirih Vanila sambil melipat tangannya. Vanila merasa geram dengan semua ini, hanya Dea yang bisa mengerti perasaanya. Yang lain tidak ada yang pernah memahami perasaan Vanila.

Vanila menjejakaan kakinya disamping etelase toko kue, Vanila melirik kekanan dan kekiri untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Namun satu pamdangan menarik perhatian Vanila, dua orang sedang memperhatikannya. Satu perempuan yang tinggi semampai, serta satu orang lagi badannya mungil.

Vanila melihat mereka menghampiri Vanila yang masih kebingungan melihat sosok mereka.

"Ada apa?" Tanya Vanila.

"Kamu harus ikut kami" jawabnya.

"Kenapa?" Tanya Vanila.

"Sudah, jangan banyak alasan" ucap mereka, kemudian mereka menarik tangan Vanila dengan sangat kasar. Membuat beberapa orang menoleh, tak ada satupun inisiatif dari mereka untuk menolong Vanila. Mereka hanya meringis kebingungan melihat Vanila.

Vanila ditarik oleh mereka hingga menyisakan sebuah tas berwarna biru muda, dengan bernamakan 'Vanila' terjatuh didekat lift toko buku lantai atas.

...

Dea dan Ray saling pandang karena ketakutan.

"Ray" panggil Dea.

"Ada apa?" Tanya Ray.

"Aku khawatir dengan Vanila" jawab Dea.

"Aku juga" ucap Ray.

"Lebih baik kita ketoko buku melihat keadaanya" saran Dea.

"Baik" ucap Ray, Ray dan Dea berdiri dari bangku bioskop dan keluar menuju toko buku lantai atas.

Dea menatap kebingungan mencari sesosok Vanila ditoko buku, begitupun dengan Ray.

"Dea" panggil Ray.

"Ada apa?" Tanya Dea menghampiri Ray yang berada disamping lift toko buku lantai atas.

"Ini bukannya tas Vanila?" Tanya Ray sambil menggambil tas berwarna buru muda itu.

"Ini tas Vanila yang dia pesan di Bandung" jawab Dea.

"Apa yang terjadi sama Vanila?" Tanya Ray.

"Oh Tuhan! Vanila telah diculik" jawab Dea, Dea tampak berusaha menahan tangis.

"Siapa yang menculiknya?" Tanya Ray.

"Siapun itu aku tidak tahu" jawab Dea. "Aku telah gagal menjaganya".

"Sudahlah, mari kita cari sama-sama ya Dea" hibur Ray, Dea mengganguk.

Semoga Vanila baik-baik saja

Hai, thank you yah yang udah baca cerita aku trims. 😀😀😀







Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang