Sebuket Bunga Mawar

1.1K 36 0
                                        

8 Tahun kemudian....

Vanila menggengam sebuket bunga mawar yang ia terima didepan kamar miliknya. Vanila sekarang sudah kelas 3 SMP, sekolah di SMPN 31 Jakarta. Vanila mengekos sebuah kontrakan kecil didaerah Sudirman, bersama dengan Dea yang mengontrak bersamanya

Vanila menoleh kearah sebelah kontrakan dan disebelah arah jalan, namun hanya ada kendaraan yang lalu lalang lewat.

"Hayo kenapa tuh?" Dea yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah berhasil menggagetkan Vanila.

"Apaan sih Dea" ucap Vanila kesal, namun Vanila hanya tersenyum saja.

"Hah! Dapet bunga mawar dari mana tuh? Gue aja yang lebih tua dari lo gak pernah dapet bunga!" protes Dea.

"Hehehe beruntung gue" tawa Vanila.

"Sialan lu" umpat Dea."Coba buka kertasnya dari siapa!" perintah Dea, Vanila menurut diambilnya kertas yang didalam bunga. Yang dilipat menjadi dua, kemudian membukannya.

Teruntuk Vanila Ku yang Cantik

"Caelah gue dibilang cantik Dea" ucap Vanila senang.

"Lagi beruntung aja lo" ucap Dea.

"Jangan marah Dea Erinaya" ucap Vanila.

"Serah lu" ucap Dea yang wajahnya ditekuk kayak kertas.

"Hehehe" tawa Vanila, kemudian datang seorang pengatar barang, lalu menghampiri Vanila.

"Maaf mbak saya salah alamat" ucapnya.

"Maksud mas?" Tanya Vanila bingung.

"Iya saya salah kirim" jawab pengantar barang.

"Kenapa mas?" Tanya Vanila semakin bingung.

"Harusnya saya kirim ke alamat bernomor 162, tapi saya malah ngirim kealamat mbak" jawabnya.

"Tapi ini kan namanya Vanila" protes Vanila.

"Iya mbak Vanila apa?" Tanyanya.

"Vanila Yudiana" jawab Vanila.

"Nah, Vanila yang saya maksud Vanila Arinda" jawabnya.

"Jadi bukan milik saya ini?" Tanya Vanila.

"Iya mbak" ucapnya, lalu mengambil sebuket bunga mawar ditangan Vanila yang masih mematung. Kemudian pergi tanpa mengenal kata permisi terlebih dahulu.

"Hahaha kena lu" ucap Dea.

"Jahat lu Dea" ucap Vanila seakan tak percaya.

"Hahaha" ucap Dea, lalu masuk kedalam rumah meninggalkan Vanila yang masih bengong dalam kebingungan.

"Deaaaa!" teriak Vanila, kemudian berlari menyusul Dea memasuki rumah kontrakannya.

"Apa? Baru beberapa detik gue tinggalin udah kangen aja" goda Dea.

"Wee" Vanila memutarkan bola mata jengkel.

"Kenapa?" Tanya Dea.

"Jadi jalan sama Ray?" Tanya Vanila.

"Jadilah, Ray kan sahabat baik gue" jawab Dea.

"Terus gue gimana?" Tanya Vanila.

"Mmm derita lo" jawab Dea.

"Serius ih?!!" Vanila tampak kesal.

"Yah elo dirumah lah" balas Dea.

"Ai jahat banget" ucap Vanila tampak memikirkan nasibnya jika berada dirumah.

"Makanya punya sahabat dong" balas Dea.

"Masih ada lo" balas Vanila.

"Yaudah, serahmu" ucal Dea, kemudian masuk kedalam kamar sambil menenteng jaket biru miliknya.

...

Dea sudah keluar dari kamarnya, Dea menggunakaan kemeja bluss berwarna biru putih, rok hitam selutut, serta sepatu santai berwarna merah tua.

"Cantik gak?" Tanya Dea kepada Vanila.

"Gak" jawab Vanila ketus.

"Serius?!" ucap Dea, kemudian duduk disamping Vanila yang masih sibuk mengutak-atik remote.

"Au" ucap Vanila ketus.

"Marah dah" ucap Dea, yang diikuti tarikan nafas panjang. "Yaudah lu boleh ikut" ucap Dea memberikan keputusan.

"Makasih Dea" ucap Vanila lalu memeluk Dea.

"Giliran ada maunya aja" ucap Dea.

"Hehehe" Vanila hanya tertawa kecil memandangi sahabatnya yang masih tersenyum memandangi dirinya.

Hai guys, cerita menarik gak? Semoga menarik yah. Promet cerita sama akun aku dong. Sekalian kalau ada yang ikutin aku di Instagram ataupun di Wattpad. Hehehe

Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang