Kecelakaan

405 17 2
                                    

Bunyi sirene ambulans terus meraung-raung ditengah heningnya malam, dua orang pasien tergelatak kaku diatas tempat tidur pasien, selang infus terlingkar ditangan mereka.

"Telepon pihak rumah sakit!" perintah salah seorang perawat.

"Baik" patuh seorang lagi yang langsung mengambil ponsel dari saku bajunya.

"Kita kekurangan stok darah" ucapnya setelah selesai menelpon.

"Stok darah apa?" Tanya yang lain.

"Stok darah A dan O" jawabnya.

"Cepat berikan dia penahan saluran pernafasan!" perintahnya.

"Baik" patuh sesorang, ia segera melakukan apa yang diperintahkan temannya itu.

...

Pukul 23.50

Vanila berjalan mondar-mandir didalam kamarnya, ia cemas dengan keadaan Dea yang tak kunjung memberinya kabar. Vanila menelpon untuk kedua kalinya namun sambungan sedang diluar jangkauan, tiba-tiba telepon rumah berdering nyaring. Vanila langsung keruang tamu dan mengangkat telepon.

"Halo dengan Vanila Yudiana" ucap Vanila.

"Dengan keluarganya Dea Erinaya?" Tanyanya.

"Iya, saya adiknya ada apa yah dengan Dea?" Tanya Vanila.

"Saya dari pihak Rumah Sakit Medistra ingin mengabarkan kabar buruk" jawabnya.

'So what?'

"Saudari Dea Erinaya mengalami kecelakaan lalu lintas bersama Frans Wijaya" ucap orang diseberang telepon. "Saat ini keduanya sedang dirawat di Rumah Sakit Medistra"

Tanpa menunggu aba-aba Vanila langsung tancap gas menutup telepon, mengambil jaket masa bodo kalau celana yang dipakainya adalah celana olahraga sekolahnya. Diambilnya motor matic milik Dea dan langsung tancap gas kerumah sakit, Vanila tak peduli klakson mobil dan motor yang mengatainya 'GILA!'. Yang penting baginya hanya satu yaitu keselamatan Dea, Vanila sudah lupa bahwa ia membenci Dea.

...

Vanila terengah-engah memasuki lorong rumah sakit yang tampak begitu kelam.

"Mbak korban kecelakaan bernama Dea Erinaya dikamar berapa yah mbak?" Tanya Vanila dengan terengah-engah.

"Mbak siapanya saudari Dea Erinaya?" Tanya susternya.

'Mierda' Vanila mengumpat dalam hati yang artinya 'sialan'.

"Saya adiknya cepetan mbak" pinta Vanila.

"Di UGD dilantai 12" ucap sang suster, Vanila langsung berlari ke lift dan memencet angka 12 tanpa peduli tatapan sinis dari orang-orang yang memandangnya. Vanila segera mencari ruang UGD.

"Dok" panggil Vanila, dengan seketika dokter yang membawa Vanila dan Frans menoleh.

"Ada apa?" Tanya dokter.

"Korban kecelakaan Dea Erinaya Frans Wijaya?" Tanya Vanila.

"Iya" jawab dokter singkat.

"Mau diapakan kakak saya?" Tanya Vanila.

"Kakak kamu membutuhkan perawatan khusus saat ini kakak kamu mengalami pendarahan yang luar biasa di otaknya, kemungkinan besar kakak kamu akan mengalami geger otak" jawab dokter panjang lebar.

"Terus kakak saya akan kehilangan ingatan dok?" Tanya Vanila panik.

"Kemuningkan besar iya sangat sedikit sekali kemungkinan kalau kakak kamu dapat mengingat semuanya" jawab dokter.

"Semuanya dokter?" Tanya Vanila tidak percaya.

"Iya, dia harus mendapatkan perawatan khusus" jawab dokter.

"Terus bagaimana dengan Frans?" Tanya Vanila.

"Kalau saudara Frans Wijaya tidak mengalami geger otak tapi ia mengalami luka sedang di tangannya" jawab dokter.

"Butuh berapa lama untuk Dea kembali seperti semula?" Tanya Vanila.

"Tergantung, sesuai dengan ingatan yang dilaluinya kuat apa tidak" jawab dokter, Vanila merasakan otot-otot kakinya lemas tak mampu menopang berat badannya. Akhirnya Vanila memilih duduk.

"Makasih dok" ucap Vanila lirih, Vanila menutupkan wajahnya melupakan semua rasa benci kepada Dea.

...

"Dok, tolong saya mau ketemu sama Vanila" pinta Frans yang semakin hari semakin membaik.

"Tidak bisa saudara Frans saat ini saudari Dea belum bangun dan belum stabil kesadarannya" ucap Dokter Andoko.

"Kapan saya ketemu sama Dea dok?" Tanya Frans.

"Sampai Dea sadar dan kesadarannya sudah stabil" jawab Dokter Andoko.

"Kenapa Dea lebih parah dok lukanya daripada saya sampai dia harus mengalami geger otak sedangkan saya hanya mengalami luka sedang?" Tanya Frans.

"Sulit dijelaskan Frans ini tidak bisa dikatakan oleh para ilmuwan hanya Tuhan yang tau" jawab Dokter Andoko.

"Harus dia yah dok?" Tanya Frans.

"Mungkin udah takdir Tuhan supaya dia lupa sama semua masalah hidupnya" hibur Dokter Andoko, Frans diam tak mampu berkata apapun dia bingung memilih diam atau bertindak.

...

Vanila duduk disebelah Dea yang masih lengkap dengan peralatan rumah sakit, Vanila sedih akan kecelakaan yang dialami sepupunya sendiri.

"Cepat sembuh yah De" bisik Vanila ditelinga Dea, tak terasa bulir air mata jatuh kepipi Vanila.

"Gue gak cemburu lagi sama elu De, gue gak marah lagi sama elu De, gue gak benci sama elu lagi De, gue pengen gak ada rasa benci diantara kita De, gue pengen kita kayak dulu" isak Vanila. "Tapi tolong elu sadar De hanya itu yang gue butuhin"

Tak ada yang menjawab hanya suara angin semilir yang berasal dari luar mendengar isakan dan tangisan Dea.

"Bangun De gue mohon" pinta Vanila lagi, Vanila menggengam dengan erat tangan sepupunya itu seolah ia tak pernah mau kehilangan Dea untuk selamanya. Vanila memejamkan mata berharap ia akan mendapatkan kehebatan dan muzizat Tuhan yang luar biasa, dan berharap bahwa Dea akan sembuh dan memulai lembaran hidup baru.





Selamat gak yah kira-kira Vanilanya? Penasaran kan? Kalau selamat siapa aja yang diingatnya? Apa semua orang dilupakannya? Penasaran kan? Ayo baca terus kelanjutan cerita Vanila.

Makasih yah buat kalian yang udah mau baca cerita aku, minta vote dan komentarnya karena aku butuh kritik dan saran kalian

Thanks


Salam penulis
Elsaday Rombetasik

Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang