"Permisi" ucap seseorang. Dea mendongkak mendapati Dea, Rayhand, dan Lion iya LION dihadapannya.
"Wah, ada Lion sini Lion duduk" ucap Dea sambil menunjuk sebelah tempat tidurnya.
"Gue duduk di sofa aja" tolak Lion halus. Dea tersenyum senanh mendapati Lion ada didekatnya.
"Kalian ketemu dimana?" Tanya Dea.
"Engg... Kita ketemu di minimarket" dusta Rayhand. Lion memelototkan matanya sebal.
"Hai Lion" sapa Dea.
"Hai De" balas Lion.
"Ini, aku bawain kue coklat sama ketoprak kesukaan kamu" ucap Lion sambil memberikan sekantung plastik, "maaf yah kecil, aku enggak bisa bawa banyak-banyak"
"Enggak apa-apa, hadiah yang tulus bukan hadiah yang mahal tapi seberapa besar tulusnya ia memberikan" ucap Dea bijak.
"Dea sekarang bijak yah" goda Rayhand.
"Lion aku pengen makan gulali tapi enggak boleh sama Vanila" rengek Dea manja. Lion menghela nafas panjang.
"Benar kata Vanila, kamu enggak boleh makan gulali" ucap Lion.
"Yah, kamu mah gitu aku kan udah lama enggak ketemu kamu dan makan gulali" rengek Dea manja.
"Engg...gimana yah De, aku juga ada urusan" tolak Lion secara halus.
"Yah, yaudah deh kamu duduk disini aku pengen ngobrol sama kamu" ucap Dea, sambil mempersilahkan Lion duduk disebelahnya. Mau tak mau Lion menurut.
"Mabar yuk" teriak Rayhand pada Vanila.
"Ogah" balas Vanila.
"Harus mau!"
"Enggak mau!"
"Harus!"
"Gue mau selpi ria dulu, ntar yah gue kagak ada kuota"
"Enggak ada kuota? Gak salah? Baru beberapa menit yang lalu lu update statusmu di Instastory"
"Gak mood maen"
Pertengkaran kecil terjadi diantara Vanila dan Rayhand. Dea tertawa kecil melihatnya.
"Anjir"
"Rey ngomong kasar"
"Bodo"
"Aku bilang Tante Mutia lho"
"Yah, Vanila maennya ngadu ama tante" ejek Rayhand.
Liom takjub akan kelakuan mereka.
"Temen-temen lo aneh-aneh semua loh" ucap Lion takjub.
"Emang mereka gitu, semenjak ketemu mereka selalu berantem layaknya anjing dan kucing" ucap Dea kemudian terkekeh pelan.
"Dea" panggil Lion.
"Apa?" Tanya Dea.
"Kamu cuman inget sama aku doang?" Tanya Lion.
"Iya, tapi enggak tahu kenapa aku merasa kalau mereka berdua orang terdekat aku" Dea menunjuk Rayhand dan Vanila.
'Kenapa gue harus terjebak dalam dilema ini sih' batin Lion.
"Aneh aja yah" Lion tertawa getir.
"Aku sebelumnya juga berpikir begitu, aku berpikir mereka cuman mempermainkan aku ternyata dugaan aku salah mereka meamng teman dekat aku" ucap Dea sembari tersenyum melihat keduanya.
"Punya ikatan batin dong?" Canda Lion, Dea tertawa mendengarnya.
"Mungkin, tapi aku punya pertanyaan untuk kamu. Pertanyaannya singkat kok, tapi kamu harus jawab yang jujur" ucap Dea.
"Ok, pertanyaan nya apa?" Tanya Lion.
"Kamu punya perasaan ke aku gak?" Tanya Dea. Lion diam.
"Aku enggak tahu, pertanyaan itu terlalu susah dijawab bagi aku" jawab Lion.
"Enggak masalah" ucap Dea. Namun, dalam hati ia menerima kenyataan dan meyakini bahwa Lion tidak pernah menyukainya, tidak akan pernah.
"Sekarang aku yang nanya"
"Nanya apa?"
"Kenapa harus aku yang kamu ingat?" Tanya Lion. Dea tersenyum tipis kearah Lion.
"Aku merasa kalau hanya kamu yang ada di otak aku saat kecelakaan itu, yang aku ingat hanya tatapan sama senyuman kamu. Waktu itu aku benar-benar enggak ingat siapa orang itu, yang aku tahu dan ingat kamu selalu menghadang aku dan menertawakan aku, entah tawa apa yang kamu maksud tapi tawa kamu seperti sesuatu yang aneh bagi aku" ujar Dea.
'Sumpah, ini dilema banget bagi gue. Disisi lain gue benci sama Dea tapi disisi lain gue merasa kasihan sama Dea. Gue ngerasa aneh banget pas Dea cerita begitu, seperti aneh aja rasanya. Kenapa harus gue yang dia ingat? Kenapa enggak orang lain aja? Yah.... Walaupun gue sadar kan gue mantan preman sekolah dan wajah tampan gue yang sulit dilupakan tapi kenapa harus gue yang dipilih?' batin Lion.
Melihat Lion yang sedari tadi bengong, membuat Dea mengibaskan tangannya depan wajah Lion namun cowok itu mengabaikannya.
"Lion kamu enggak apa-apa?" Tanya Dea.
"Eh" Lion yang merasa dipanggil langsung menghentikan aksi lamunanya.
"Enggak apa-apa?" Tanya Dea.
"Iya, aku enggak apa-apa tadi lagi ngeliat Vanila sama Ray aja" dusta Lion padahal Lion sedang melamunkan Dea.
"Ok, enggak masalah" ucap Dea. Hening tercipta di ruangan itu, yang terdengar hanya suara teriakan Ray yang mengumpatkan kata-kata kasar.
"OH MY GOD! MATA GUE SALAH LIAT NIH!" teriak Vanila histeris hingga membuat ketiganya menutup telinga mereka.
"Berisik deh!" ucap Rayhand.
"Liat nih Ray!" ucap Vanila yang memberikan ponselnya kepada Ray. Ray membelakan matanya tak percaya.
"Kalian kenapa?" Tanya Dea.
"Nih, liat deh De" titah Rayhand. Rayhand memberikan ponselnya kepada cewek itu, cewek itu hanya mengernyitkan dahinya.
"Emangnya kenapa? Ini kan cowok yang gue temuin dirumah sakit kan?" Tanya Dea.
"Iya" jawab Vanila singkat.
"Apa masalahnya?" Tanya Dea.
"Enggak kok" Vanila langsung menarik kembali ponselnya.
'Cewek ini siapa? Kata Frans dia akan setia sama Dea. Baru sebulan Dea dirumah sakit dia udah nempel aja sama cewek lain. Gimana mereka pacaran? Pokoknya gue enggak menyetujui mereka untuk pacaran apalagi menikah, naif. Emang cowok playboy kelas kakap' batin Vanila.
Lion yang dari tadi bengong, bingung siapa orang yang ada di ponsel Vanila. Banyak pertanyan-pertanyaan yanh terus memenuhi otak Lion. Namun segera digubrisnya pertanyaan itu sebelum mendapatkan jawaban yang sebenarnya.
Tolong tekan tanda bintang sebelah kanan, dan ajak teman-teman yang lain untuk baca cerita 'Vanila' terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
General FictionVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...