Hari sebelumnya....
Ruangan luas itu sekarang sudah berisi empat manusia. Frans hanya memandang malas pada Anya yang masih sempat-sempatnya melirik genit padanya!
"Apaan sih?!" Frans merasa risih dengan sikap Anya.
"Sayang, jangan gitu sama Anya dia kan cuman ngelirik kamu doang" nasehat Emily.
"Iya deh Ma" ucap Frans pasrah.
"Jadi Ibu Tari ada apa kesini yah?" Tanya Emily sopan.
"Gini loh say, anak saya mau kalau Anya sama Frans itu tunangan. Frans belum ada yang nyalon kan?" Goda Tari yang merupakan Ibu Anya.
"Nyalon lagi dikata gue mau salonan apa!" batin Frans kesal.
"Oh, saya setuju. Sih Frans juga enggak mau deket sama cewek, lebih baik ditunangin aja kan. Biar saya dapet cucu" ucap Emily sambil tertawa. Tari hanya tertawa mendengar ucapan Emily.
"Hah?! Ditunangin?! Frans enggak mau sama nenek lampir ini! Frans masih mau jomblo mah! Sekarang bukan zamannya Siti Nurbaya ma" tolak Frans mentah-mentah. Emily melotot pada anaknya yang menyebut Anya nenek lampir.
"Enggak apa-apa kok tan, anggapan Frans gitu kan sama saya. Nenek lampir kan suka membuat ramuan saya juga suka membuat ramuan di hati Frans" goda Anya.
"Najis" gumam Frans pelan.
"Anya setuju?" Tanya Tari.
"Setujuuu! Seribu persen dong ma pastinya" jawab Anya semangat.
"Target semakin dekat" batin Anya senang.
"Udah ah Frans mau kekamar dulu, bisa gila Frans lama-lama disini" pamit Frans pada Emily.
"Kamu setuju gak kalau tunangan sama Anya?" Tanya Emily.
"Kalau Frans jawabannya enggak pastu mama ngelarang, tapi kalau Frans jawab yes si nenek lampir ini bakalan seneng. Mendingan Frans pikir dulu" jawab Frans seadannya.
"Ta--"
"Enggak apa-apa Tan" ucap Anya.
"Cih... Sok jaga image banget nih anak" batin Frans kesal. Frans melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
...
"Pagi sayang" sapa Rayhand. Vanila melototkan matanya pada Rayhand. Yang ditatap malah nyengir kuda.
"Sayang, kalian pacaran?" Tanya Dea yang kebetulan lewat.
"Sayanggg, opo kuwe kerunguu. Jeritnya atiku berharap engkau kembali" Rayhand malah nyanyi gak jelas.
"Malah nyanyi lu somplak!" Dea menabok Rayhand dengan tangannya yang sudah sekeras beton.
"Kesialan apa lagi aku hari ini? Sampai.... Kalian tega menyakiti aku. Inikah namanya cobaan hidup yang berat, jangan.... Jangan sakiti aku" ucap Rayhand sok dramatis.
"Eh kunyuk lo belum pernah gue lempar pake bukunya Harry Potter yah?" canda Vanila.
"Belum" jawab Rayhand polos.
"Mau gue lemparin detik ini juga?" Tanya Vanila galak.
"Mau lempar mana? Pipi boleh, muka boleh, tangan boleh, kaki bol--"
"Mampus lu" tukas Dea sambil menginjak kaki Rayhand. Cowok itu meringis kesakitan.
"Rasain lu ulekan kaki super ala Dea, hahaha" tawa Vanila.
"Awh sakit cuy" ringis Rayhand sambil mengusap kakinya.
"Gue masukin medsos enak nih kayaknya yah?" goda Vanila.
"Gue tabok lu" ancam Rayhand.
"Mau nabok pacar lu? Kejem! Mana romantis lu yang kemarin?!" ucap Vanila galak. Semua yang berada diruangan itu langsung terdiam tak berucap, tak mengucapkan kata. Melihat semuanya diam, Vanila langsung menutup mulutnya.
"Ups, keceplosaan hehehe"
"OH MY GODD! ELO PACARAN SAMA COWOK TENGIL DAN PENGOLES BAMBU INI! VAN, ELO MILIH PACAR YANG BENER DONG MUKA GUE SEBAGAI SAUDARA ELO MAU TARUH DIMANA?! OH IYA PJ NYA JANGAN LUPA KARENA ELO PACARAN YAH" teriak Dea yang suaranya bagaikan toa masjid.
"Cih, awalnya marahin akhirnya minta PJ¹ kan lu" decak Rayhand sebal.
"Iyalah, kebahagian itu harus dibagi-bagi jangan disimpen sendiri kena karma syukur lu" canda Dea yang langsung dapat decakan sebal dari Rayhand dan Vanila.
...
Dea berjalan mondar-mandir di taman menunggu kehadiran Lion yang biasanya nangkring manis ditaman itu dan duduk disebuah bangku panjang.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya Dea memutuskan untuk pergi ke danau belakang. Disana udaranya sangat sejuk. Dea duduk dibawah pohon yang rindang, pohonnya agak tertutup sehingga tidak terlihat oleh siapapun.
Karena kehadiran Lion tak kunjung datang akhirnya Dea memutuskan untuk menaiki perahu yang dapat disewa disekitar danau.
Dea mengayuh perahu dengan lincah, sesekali ia memotret dengan kamera ponselnya. Foto dirinya yang berlatar belakang pemandangan, ataupun foto-foto pemandangan disekitar danau.
Danau itu dekat dengan gunung yang tampak terlihat jelas dari kejauhan. Dea tahu sesungguhnya gunung itu jauh, sangat jauh seperti Dia yang tak mudah digenggam(hehehe).
Setelah lama mendayung perahunya, akhirnya Dea memutuskan untuk istirahat sejenak diatas perahu dan menikmati pemandangan disekitarnya.
Matanya membelak saat ia menemukan seorang pria yang mirip dengan Lion sedang memeluk wanita lain. Hatinya hancur berkeping-sangat-sangat hancur.
Tak terasa air mata Dea mengalir deras, namun segera diusapnya oleh Dea dan Dea kembali ke tempat penyewaan perahu.
Disisi lain, Lion merasa ada yang mengamati mereka berpelukan dengan Ana. Frans mengedarkan pandangannya, matanya berhenti pada sebuah perahu yang sedang mengamati perahunya.
Didalamnya ada penumpang, dan penumpang itu wanita. Ia sangat mirip dengan Dea, Dea Erinanya. Lion melihat wanita itu menangis pelan. Lion yakin bahwa wanita itu Dea.
Dea memutarbalikaan perahunya, Lion melepaskan pelukannya.
"Kenapa di lepas?" Tanya Ana. Lion tak menjawab.
"Dea" lirihnya pelan.
...
Curhat authorr
Makasih yah yang mau baca cerita ini. Thanks.
Salam penulis
Elsaday Rombetasik

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
Художественная прозаVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...