Persiapan

337 7 0
                                    

Buku yang dipegang Dea langsung lepas secara cepat. Ia mendengus kesal pada orang yang tadi menarik buku nya.

"Apaansih Li?" dengus Dea kesal. Lion hanya cengir kuda.

"Besok jalan yuk, besok kan malming" ajak Lion yang langsung duduk sebelah Dea.

"Enggak ah, emang kita pacaran?" Tanya Dea cuek. Lion tersenyum kecut.

"Yaelah, besok Rayhand sama Vanila jalan-jalan ke Dufan, masa kita enggak ja-- hmfttt" Dea membekap mulut cowok itu hingga ucapannya terhenti seketika.

"Kita gangguin acara jalan mereka" usul Dea.

"Ha-ha! Idemu tepat sekali teman. Mari kita menggangu mereka" setuju Lion. Keduanya pun tersenyum licik.

...

"Persiapannya sudah siap semua Tari?" Tanya Emily.

"Sudah Emily, pernikahan mereka tinggal beberapa hari lagi" jawab Tari senang.

"Ralat tan, masih tu-na-ngan" ucap Frans memperbaiki. Sebenarnya ia sangat tidak suka namun apa boleh buat. Ia sudah menandatangani perjanjian itu.

"Sama aja Frans, bentar lagi kita kan tunangan" ucap Anya sambil bergelayut manja ditangan Frans. Frans memandang jijik padanya.

"Nah, kalian pergi gih ke Dufan. Hari ini kan hari sabtu" ucap Emily. Frans memandang mamanya tajam, namun tatapan menyebalkan itu tak dibalas oleh mamanya.

"Nah ayok sayang, kita ke Dufan" ajak Anya. Frans semakin ilfeel dengan tingkah Anya yang makin hari makin ngawur-ralat deh. Berlebihan.

...

Kini mereka telah sampai pada tempat mereka. Dea dan Lion melihat Vanila dan Rayhand bermesran ria.

"Enak banget yah mereka, kapan gue kayak gitu yah?" gumam Dea pada dirinya sendiri. Lion mendengar namun tak ada jawaban dari mulut Lion.

"Kita gangguin mereka!" perintah Lion. Dea hanya mengganguk. Keduanya berjalan mengendap-ngedap di belakang Vanila dan Rayhand.

"DORRR!" teriak Dea dan Lion bersamaan. Keduanya berbalik. Kaget kayak ketahuan maling.

"Si kampret, elu ngapain kesini?" Tanya Rayhand galak.

"Eitsss, jangan marah dong. Kita kan disini mo liburan eh ketemu elo, bareng yak" ucap Lion penuh harap. Dea tertawa cengegesan. Vanila mengurucutkan bibirnya.

"Terpaksa, kehadiran elo juga enggak gue harapkan sih" ucap Rayhand jutek.

"Macih" ucap Lion lebay.

...

"Ayo kerestoran situ, aku mau pesen makanan. Laperrr!" manja Anya.

"Iya" dengan berat hati Frans mengucapkan 3 kata itu. Mereka berdua berjalan memasuki salah satu restoran di kawasan Dufan. Ia duduk di tengah-tengah. Di tempat duduk berisikan 6 orang, karena cuman itu meja yang tersisa.

"Mesen apa?" Tanya Frans singkat.

"Salad, taro-latte, spagheti" jawab Anya. Frans mengganguk, lalu memanggil pramusaji. Sambil menunggu pesanannya Frans memainkan ponselnya.

Bermain game balap-balapan adalah hal yang menyenangkan bagi Frans. Keheningan terjadi diantara mereka. Keheningan terpecah karena sebuah suara mengagetkan mereka.

"Eh, elo kan cewek nyebelin itu" ucap seseorang. Frans mendongak. Matanya membulat. Kaget. Sangat kaget. Vanila, Rayhand, dan cowok bersama Dea, dan Dea.

Menyebutkan nama terakhir itu membuat dada Frans semakin sesak. Dea Erinaya. Yang lupa ingatan dan hanya mengingat satu nama. Dan nama itu bukan dirinya. Melainkan LION.

"Eh lo cowok rese ngapain disini?" Tanya Anya galak.

"Gue numpang yah disini, meja dah penuh" pinta Lion. Anya melihat sekeliling dan melihat semua meja memang sudah penuh, kecuali meja dirinya dengan Frans.

"Yaudah, tapi jangan banyak ngebacot loh" pesan Anya. Lion dan kawan-kawan duduk berhadap-hadapan. Dea dengan Frans, Lion dengan Anya, Vanila dengan Rayhand. Frans menutup wajahnya dengan buku menu agar tidak ketahuan.

"Loh kamu kan, yang aku temui kan di rumah sakit" ucap Dea tiba-tiba.

"Sa...salah orang kali lo" bantah Frans.

"Iya, aku inget banget mukanya" ucap Dea yabg terus memperhatikan wajahnya. Frans diam. Untung pramusaji menyelamatkannya dengan mengantarkan pesanannya.

Semuanya makan dalam diam. Tidak ada yang bersuara. Hanya suara dentingan sendok yang mengisinya.

Entah kenapa kepala Dea terasa pusing. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Dea kenapa?" Tanya Lion sambil memegang tangan Dea. Frans mendengus kesal. Pacaran didepan mantannya-eh ralat didepan TTM (Teman Tapi Mesra) nya.

Namun ia khawatir dengan Dea.

"Kenapa?" Tanya Frans berusaha sedatar mungkin. Anya mengerucutkan bibirnya.

"Sok dramatis" dengusnya kesal.

"Dia bukan dramatis! Dia lagi sakit!" ucap Vanila tajam.

"Bawa kerumah sakit!" titah Rayhand.

"Awhhh.... Kepala gue sakit bangett" ringis Dea. Sebuah gambar orang terekam jelas di otaknya. Selerti sebuah kaset rusak yang terus diputar berulang-ulang. Dan gambar itu merekam gambar seorang pria. Pria itu adalah.....

Frans

...

Mika menelpon Rayhand berungkali namun panggilan tak kunjung diangkat.

"Kamu dimana sih Ray?" Tanya Mika pada dirinya sendiri. Ia ingin mengucapkan selanat tinggal kepada Rayhand sebelum ia keluar negeri. Baru saja dua kali mereka bertemu, namun Mika harus ke Australia untuk melanjutkan bisnis papanya. Dan ia akan tinggal disana selamanya.

Ia menghubungi nomor Rayhand namun panggilan tidak juga dijawab. Lalu ia mengetik sebuah pesan untuk Rayhand.

Hari ini aku balik ke Australia, kamu enggak mau bilang salam? Atau kangen ke aku?

Beberapa menit kemudian ada balasan dari Rayhand. Mika tersenyum senang.

'Pasti Rayhand akan bilang aku akan kangen kamu' batin Mika senang.

Ngapain juga gue kangen elo. Elo siapa gue? Gw malahan senang banget elo balik ke Aussie

Mika hanya tersenyum kecut membacanya.

...

Hai update lagi nih. Pastikan ngevote yah. Akhirnyaa cerita Vanila tinggal beberapa part lagi. Semoga suka yah.

Byee

Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang