Vanila mengepak semua barang-barangnya yang ia taruh dalam koper hitamnya, Dea melakukan hal yang sama seperti Vanila, yaitu mengepak barang dan memasukannya dalam koper.
"Udah siap?" Tanya Vanila, tangannya masih sibuk membungkus alat kebersihan ditas kecilnya.
"Udah dong" jawab Dea, Dea mengamati Vanila yang masih sibuk membungkus alat-alat kebersihan.
"Ok, yuk berangkat" ajak Vanila, kini Vanila menyelempangkan tas kecil dipundaknya.
"Yuk, tapi tunggu" Dea menghentikan langkah kaki Vanila. "Kita naik kereta?".
"Iyalah, mao naek apa sayang?" Canda Vanila.
"Kirain kan naek pesawat" sewot Dea.
"Yaudah, ada duitnya?" Tanya Vanila yang diikuti tawa kecil dari Vanila.
"Gak ada lah" jawab Dea jujur. "Gini-gini kan bokek, ciri tipe anak kuliah".
"Hahaha, yaudah nah makanya berangkat yuk. Keburu berangkat keretanya" ajak Vanila.
"Iye" Dea mengambil ponselnya dari atas meja rias, dan mereka berdua menuju ke stasiun menggunakaan angkot.
...
"Lama banget nyampenya" gerutu Dea.
"Sabar, kalo udah nyampe namanya bukan naek kereta dong" ucap Vanila dia juga masih sibuk dengan ponselnya.
"Terus naek?" Tanya Dea, Vanila tampak berusaha memikirkan jawaban.
"Naek? Lariii!" Canda Vanila yang walaupun terdengar tampak garing.
"Ha-ha-ha, gak lucu" Dea kembali mengamati jendela kereta itu.
"Napa tawa tadi?" Tanya Vanila menantang.
"Menghargai aja" jawab Dea enteng.
"Gak usah dihargain" jawab Vanila ketus.
"Yasudah" ucap Dea enteng. Dea dan Vanila menaiki kereta cepat menuju Surakarta. Mereka lama di perjalanan kira-kira 11 jam lebih, dikereta mereka disediakan gerbong makanan dan minuman.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Dea pada Vanila yang masih sibuk mendengarkan musik melalui earphone.
"Hah?" Vanila yang masih asyik hanya mengeluarkan 3 kata.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Dea lagi.
"Apa sih?" Tanya Vanila yang masiu sibuk dengan earphonenya.
"KAMU MAU MAKAN APAA?" Teriak Dea sambil mencopot earphone dari telinga Vanila.
"Sakit tauk" gerutu Vanila. "Apaan sih Dea?"
"Mau makan apa atuh nak?" Tanya Dea.
"Ayam aja" jawab Vanila, Vanila memasang lagi earphonenya.
"Ok" baru saja Dea hendak berjalan dua langkah, Vanila sudah berkata.
"Tambahan nasi sama jus jambu" ucap Vanila.
"Ye" baru saja Dea hendak berjalan lagi, Vanila kembali berkata.
"Ayam nya yang pedes banget yah" sambung Vanila.
"Hm" baru saja Dea kembali berjalan Vanila sudah memanggilnya.
"Dea" panggil Vanila.
"Apaan lagi sih?" Tanya Dea yang kekesalannya sudah dipuncak.
"Jangan lama-lama, laper" sambung Vanila, kemudian Vanila sibuk dengan earphonenya.
"Pesen dewek" ucap Dea lalu pergi dengan langkah kaki kesal, saking kesalnya Vanila. Vanila tidak melihat seorang laki-laki sedang berjalan dengan arah yang berbeda.
"Awh" rintih Dea.
"Maaf" jawabnya.
"Maaf maaf loh pikir dengan kata maaf gue bisa sembuh hah?" Marah Dea, Dea mengambil ponsel yang ada ditangan laki-laki itu.
"Gue ambil handphone lu" ucap Dea, lalu pergi dengan rasa kesal.
"Eh mbak barang berharga mbak" teriaknya, namun Dea seolah tidak ingin mendengar panggilannya. Kalau dibilang cowok itu cukup tampan, dengan alis mata yang tebal, badan yang gagah, rambut yang mirip artis populer tampan, dan otaknya... sih gak tau yah.
Laki-laki itu berlari menghampiri Dea yang menuju gerbong makanan dan minuman, untuk memesan makanan untuk dirinya dan Vanila.
"Nasi kuning sama ayam ples sama nasinya yah mbak" ucap Dea yang memesan makanan pada pelayan kantin gerbong tersebut.
"Minumnya apa mbak?" Tanya pelayan.
"Minumnya jus jambu sama teh lemon aja mbak" jawab Dea, Dea mengamati ponsel laki-laki tadi. Dea duduk disalah satu kursi yang disediakan digerbong itu.
"Eh, balikin dong handphone gue. Harta berharga tuh" ucap laki-laki tadi yang tiba-tiba muncul. Dia memegang bahunya Dea.
"Gak, terus nih jangan megang-megang. Bukan peraturannya!" ucap Dea kasar. "Awas suka sama gue"
"Maaf" ucapnya, lalu melepas tangannya dari bahu Dea. "Balikin dong handphone gue" pintanya.
"Ogah" ucap Dea ketus.
"Mbak pesannya mbak" panggil pelayan. Dea menghampiri pelayan dan mengambil uang dari saku bajunya.
"Makasih ya mbak" ucap Dea.
"Sama-sama" ucap pelayannya, lalu ia kembali sibuk melayani pembeli lain. Dea dengan langkah cepat-cepat menuju kursinya kembali dan makan bersama Vanila, laki-laki tadi dengan cepat kebingungan mencari jejak Dea.
...
"Nih, udah gue beliin" ucap Dea seraya memberikan pesanan Vanila.
"Makasih Mbak Dea" ucap Vanila yang diikuti dengan tawa kecil dari Vanila.
"Mbak, mbak, dikata gue udah tua apa" protes Dea. "Misi, gue pengen duduk.
"Silahkan mbak ku" canda Vanila.
"Udah ah" protes Dea kembali. Dea dan Vanila segera membuka makanan mereka masing-masing, sebelumnya mereka berdoa terlebih dahulu. Vanila melihat sebuha ponsel yang ditaruh Dea dekatnya.
"Handphone siapa tuh?" Tanya Vanila yang keponya berlebihan. Baru saja Dea mengucapkan T seseorang sudah berteriak.
"Punya gue" ucap seseorang, Vanila yang merasa penasaran langsung menolehkan wajahnya kesamping. Dan.... Respon, jantung Vanila serasa mau copot. Melihat penyegaran mata didepan mata, yaitu cowok ganteng.
"Ganteng banget Dea" ucap Vanila yang lansung meleleh.
"Ganteng, ganteng dari Hongkong! Jelek macam kali got!" protes Dea. "Heh! Enak aja minta-minta handphonenya".
"Adek elo aja bilang nyadar gitu, masa kakaknya gak menyadari secara langsung ketampanan gue ini sih" ucapnya sambil bergaya layaknya orang yang gantengnya semiliar.
"Hoek! Ganteng dari Hongkong" ucap Dea seakan ia orang paling jelek didunia.
"Balikin handphone gue" pintanya kembali.
"Gak" ucap Dea tetap pada pendiriannya, Dea mengambil earphone dari tasnya kemudian memasangnya ditelingannya, Dea menyalakan walkam miliknya, kemudian mendengar lagu dari walkam itu.
Balikin handphone gue, hanya itu kata yang didengar Dea. Selanjutnya Dea sudah terlelap dalam alam mimpinya.
Minta vote dan komentnya dong yah. Sekalian juga kalau mau follow akun aku yah. Hehehe😅
Yaudah, thanks yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanila
Ficción GeneralVanila (Completed) Part lengkap Nama gadis itu adalah Vanila Yudiana harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat. Dia dititipkan oleh Tante dan sepupunya sendiri. Vanila memusuhi kakak sepupunya sendiri, karena ia iri kepada kakak sepupunya itu...