Pernikahan Mbak Dya 2

383 10 0
                                    

'Apa memang gue harus bersaing sama suadara gue sendiri?' Pertanyaan itu terus tergiang-giang di telinga Dea, walaupun Dea sudah menghapusnya jauh-jauh dari memorinya. Pertanyaan beserta pernyataan itu terus tergiang-giang di telinga Dea, suara itu semakin membesar-membesar sedikit demi sedikit suara itu menjadi besar dan terus menggema di dalam pikiran dan telinga Dea.

...

Dea menarik nafas panjang, suara merdu dari burung pipit berhasil membuatnya merasa lebih tenang dari sebelumnya. Dea melirik pada Vanila yang masih didandani oleh juru perias yang sudah dipesan oleh Mbak Dya, Dea kembali menatap dirinya sendiri.

'Haruskah aku melakukan seperti kata hatiku? Atau menjauhi Frans, dan mengalah pada Vanila seutuhnya?' Pertanyaan itu serasa memabukaan pikiran Dea, seperti pertanyaan itu terus menghantuinya setiap saat.

"Dor" teriak Frans, Dea menoleh. Tampak Frans didepannya yang tersenyum cengegesan, Dea melirik Vanila. Vanila sedang tersenyum kecut memandangi dirinya dan Frans yang sedang tertawa, Dea kembali melihat Frans yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Apaan sih lo Frans?" Tanya Dea sambil tersenyum kecut.

"Maaf" ucap Frans, lalu Frans duduk disamping Dea. Vanila semakin menjadi-jadi saja cemberutnya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Dea dengan ketus.

"Yah suka-suka gue, emang ini hak milik lo apa. Emang di UUD 1945 ada landasan tentang hak dimana seorang sepupunya tidak boleh memasuki kamar sepupunya yang lain apa" ucap Frans layaknya orang pemberi ceramah.

"Yaudah, tapi jangan duduk samping gue dong" protes Dea, lagi-lagi Dea melirik Vanila, Vanila hanya menatapnya nanar.

"Lah terserah gue lah, emang gue tanya gue mau duduk dimana? Penuh nih tempatnya" ucap Frans, Dea memandang sekeliling memang ruang rias itu penuh dengan banyak barang. Mulai dari baju-baju kebaya, aksesorisnya, baju adat Jawa pria, blankon, make up, dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Tau gak?" bisik Frans.

"Hm?" Tanya Vanila balik dengan enggan.

"Gue sebenarnya suka sama loh Dea" bisik Frans pelan, Dea tertegun sesaat.

"Maksud loh?" Tanya Dea, Dea menyipitkan matanya, namun Frans sudah terlanjur pergi dari hadapan Dea. Dea yakin pasti ia salah mendengar pernyataan itu dari Frans, Frans mungkin hanya bercanda.

...

Semua saudara dari Bang Aditya dan Mbak Dya sudah didandani, terkecuali untuk Dea. Tadi Dea ketiduran hingga berjam-jam di kamar Mbak Farah, sebenarnya ada sebersit kata enggan dari Dea untuk didandani, dari tadi Dea tidak melihat Vanila berada diacara pernikahan Mbak Dya.

'Udah ah masa bodoh' batin Dea, Dea langsung melesat kekamar rias. Disana sudah ada Mbak Dya yang berdiri gelisah berhadapan dengan juru rias, saat Mbak Dya menoleh ia kaget bukan main. Mbak Dya berjingkrak-jingkrak bagaikan seorang anak kecil.

"Aduh kamu ini, dari mana sih juru riasnya protes tuh" tegur Mbak Dya, Dea hanya terkekeh kecil mendengar pernyataan dari Mbak Dya. Dengan cepat Dea langsung duduk di kursi juru rias.

"Cepetan mbak" ucap Dea tergesa-gesa.

"Lha itu bangku saya atuh" protes juru rias, masa bodoh lah buat Dea.

"Udah mbak kan bisa berdiri, saya kan yang mau didandani bukan mbak nya, masa saya didandanin sambil berdiri sih mbak" elak Dea, akhirnya juru riasnya menyerah untuk duduk.

"Yaudah, ini mau didandanin model apa?" Tanya juru riasnya.

"Saya maunya dimodelin terserah, natural, make-up nya jangan tebel-tebel, karena saya gak suka make-up nya tebel-tebel" ucap Dea panjang kali lebar.

"Yah mbak ditebelin dikit lah mbak, hari spesial nih mbak" ucap juru riasnya.

"Saya gak mau mbak, pokoknya TITIK GAK PAKE KOMA GAK PAKE SPASI GAK PAKE PETIK GAK PAKE TANDA SERU GAK PAKE TANDA TANYA, OK"Dea tetap bersikeras untuk tidak memakai make-up tebal-tebal, akhirnya juru riasnya mengalah dan memoleskan make-up yang tidak terlalu tebal pada Dea. Setelah sesi memakai make-up Dea langsung turun krbawah dengan tergopoh-gopoh, sanggulnya terguncang-guncang. Dilihat Dea Vanila duduk disamping Frans, entah kenapa hati Dea menjadi sesak melihatnya. Dra merasakan getaran rasa cemburu yang hebat dalam dirinya.

'Tidak boleh, aku harus menyingkirkan semua rasa suka itu dari Frans, aku akan mengutamakan kepentingan Vanila dan membantu Vanila untuk mendapatkan Frans' batin Dea, Dea segera duduk disebelah Tante Ara yang juga salah satu tantenya. Dea tidak tahu kalau sesosok Vanila sedang menatap benci, iri, dengki padanya.

"Gue benci loh De" ucap Vanila pelan, Frans hanya menatap Vanila gugup harus berkata apa tentang percakapaan dirinya dengan Dea tadi sore.

Hai, minta vote dan komentnya dong guys



Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang