Benci?

1.2K 39 0
                                    

Vanila mengatur nafasnya sesaat, ia habis berlari keliling komplek perumahan itu sebanyak 10 putaran. Atas perintah saudara-saudaranya, katanya sekalian olahraga pagi.

Vanila melihat jamnya, waktu masih menunjukaan pukul 06.35. Masih ada waktu untuk membereskan kamarnya Dea, Vanila ingin membalas budi Dea karena Dea mau menyisihkan tempatanya untuk Vanila.

Vanila merapatkan tubuhnya kearah pohon, melepas lelah sekaligus menikmati nikmatnya udara pagi hari. Walaupun ia masih kecil, ia mengetahui banyak hal, mulai dari membersihkan rumah, menuruti perintah orang yang lebih tua.

Vanila mengamati keadaan sekeliling, tampak ada Erina bersama Kia sedang mengamatinya dari jauh.

"Udah belum?" Teriak Erina.

"Sudah" teriak Vanila, Vanila menghampiri Erina dan Kia yang hanya beberapa jarak darinya.

"Cepat pulang!" perintah Kia.

"Baiklah" turut Vanila, Vanila memasuki rumah Kana. Terlihat dari belakang Erina dan Kia tertawa jahil. Baru saja Vanila hendak membuka pintu, sebuah kepalan merah mainan hendak menonjok Vanila, untungnya Vanila langsung menghindar. Terlihat dari belakang Erina dan Kia mendengus kesal.

Vanila berbalik menatap Erina dan Kia yang tampak kesal, percobaannya tidak berhasil.

"Kenapa kalian mau jahilin aku sih?" Tanya Vanila bingung.

"Mmm......pikir aja sendiri" jawab Erina, kemudian masuk kedalam rumah bersama Kia dan tertawa bahagia.

...

Atap-atap langit kamar itu begitu indah, dengan hiasan buku diatasnya, dan ada nama Dea tertera diatasnya. Vanila mengamatinya dengan begitu kagum.

"Hayo, ngeliatin apa?" Tanya Vanila yang berhasil menggagetkan Vanila.

"En..gg..a..k kok" jawab Vanila gugup.

"Mmm, kalau enggak kenapa liatin tuh atap-atap langit?" Tanya Dea.

"Kamu beruntung yah Dea" ucap Vanila.

"Apanya yang beruntung?" Tanya Dea.

"Kamu beruntung bisa dikasih kamar sebagus ini" jawab Vanila.

"Wajarlah orang aku yang punya rumah" jawab Dea, Dea duduk disamping Vanila.

"Maksud kamu?" Tanya Vanila.

"Iya, ini rumah aku" jawab Dea sungguh-sungguh.

"Tunggu, bukanya ini rumahnya tante Ka___" pertanyaan Vanila terputus.

"Enggak, ini rumah aku tante Kana cuman numpang sama Erina, Rena, dan Kia" jawab Dea.

"Lho kenapa bisa?" Tanya Vanila.

"Bisa lah, ayah sama ibuku sering tugas keluar kota. Pas banget waktu itu Tante Kana lagi cari kontrakan, yaudah deh papa aku ngizin Tante Kana tinggal disini" jawab Dea panjang lebar.

"Oh" ucap Vanila, lalu tampak menggangukaan kepalanya.

"Kamu baik-baik saja sama anak-anaknya Tante Kana?" Tanya Dea.

"Buruk" jawab Vanila, masih tetap dalam posisinya.

"Kenapa?" Tanya Dea.

"Susah jelasinnya" jawab Vanila.

"Yasudah lah, kayaknya mereka benci sama kamu deh" ucap Dea.

"Maksud kamu?" Tanya Vanila.

"Soalnya mereka kan sering gangguin kamu" jawab Dea.

"Serius mereka benci sama aku?" Tanya Vanila.

"Iya" jawab Dea. "Mungkin kamu dianggap sebagai hama dikeluarga Tante Kana".

"Kenapa aku dibilang hama?" Tanya Vanila.

"Entahlah kan aku bilang mungkin" jawab Dea.

Vanila seakan mengerti semua yang dikatakan oleh Dea. Terlalu banyak kalimat kata yang diucapkan Dea, namun Vanila terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Apakah benar aku dianggap hama oleh keluarga Tante Kana?

Hai guys, ikutin akun wattpad aku yah. Soalnya yang ngikutin aku baru sedikit. Menurut kalian bagus gak ceritanya? Semoga bagus yah bagi kalian.

Vanila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang