Cana memasuki gerbang sekolah sambil menuntun sepedanya. Bu Ningsih dan Pak Rudi sudah terlihat berdiri di kedua sisi gerbang masuk untuk memeriksa kelengkapan seragam para siswa.
Hari senin adalah hari yang paling disiplin di sekolah Cana. Banyak pemeriksaan ini dan itu. Terlebih hari ini yang menjaga gerbang dua guru yang paling disiplin di sekolahnya.
"Auri, sini kamu!" panggil Bu Ningsih melihat Auri berjalan mengendap diantara kerumunan siswa yang masuk.
Auri menghembuskan nafas setengah malas lalu berjalan ke arah Bu Ningsih. Usahanya untuk bersembunyi dari Bu Ningsih sia-sia.
"Ada apa Bu?" tanya Auri dengan wajah sok polos.
"Ini sudah peringatan ke berapa kalinya?" tanya Bu Ningsih tetap berusaha tenang meskipun dia sedikit kesal karena Auri sulit diperingatkan.
"Ke empat Bu," jawab Auri.
"Ibu sudah bilang kan, pakai rok yang panjang. Mau sampai berapa kali Ibu harus bilang supaya kamu nurut?"
"Belum sempat beli Bu," ujar Auri beralasan.
"Belum sempat beli atau memang malas mau beli," tebak Bu Ningsih dan Auri hanya tersenyum dengan terpaksa. "Ya sudah ini ada rok panjang, sekarang ganti roknya di toilet depan, trus ke sini lagi," suruh Bu Ningsih.
"Besok saya beli sendiri saja deh Bu, janji," rajuk Auri.
"Kemarin-kemarin kamu juga bilang begitu, sampai hari ini nggak ada tuh kamu pakai rok panjang," ujar Bu Ningsih. "Pakai sekarang atau Ibu kasih surat panggilan ke orang tuamu," ancam Bu Ningsih.
"Jangan Bu," pinta Auri. "Iya saya ganti roknya," ujar Auri sambil berjalan malas ke toilet.
Sedang anak-anak lain tampak berbisik setengah tertawa melihat Auri ditegur Bu Ningsih.
"Apa kalian!" bentak Auri.
"Auri, cepat ke toilet atau kamu akan dapat hukuman karena terlambat masuk," tegur Bu Ningsih lagi.
"Iya Bu," sahut Auri lalu segera berjalan ke toilet lagi.
"Heran deh, tinggal pakai rok aja apa susahnya sih," gerutu Bu Ningsih lalu segera memeriksa anak lain yang lewat dan belum melalui pemeriksaan Pak Rudi.
"Itu anak dari dulu nggak berubah. Sukanya melanggar," ujar Naya dan Cana hanya angkat bahunya lalu segera berjalan.
Cana dan Naya lolos pemeriksaan Bu Ningsih. Albi yang dibelakangnya juga lolos dari pemeriksaan Pak Rudi.
"Pagi," sapa Albi yang kemudian berjalan berlawanan arah karena tempat parkir kelas XI berbeda tempat. Parkiran sekolah Cana di sesuaikan dengan urutan kelas. Sehingga tidak berebut tempat parkir.
"Pagi Kak," sahut Cana.
"Cieee," goda Naya sambil menyenggol bahu Cana. Cana hanya tersenyum malu.
Setelah memarkir sepedanya, Cana segera masuk ke dalam kelasnya. Masih ada 15 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.
"Canaaa," teriak Zia manis lalu duduk di bangkunya, di sebelah Cana. "Gimana? Sudah dapat ide buat nulis?" tanya Zia.
"Belum," keluh Cana.
"Semangat," ucap Zia namun sesaat kemudian dia malah lemas menaruh kepalanya di atas meja.
"Lah, dia yang nyemangatin dia sendiri yang malah nggak semangat," gerutu Cana.
"Capek kemarin banyak latihan Taekwondo," ujar Zia. "Ditambah nanti upacara."
"Semangat," ujar Cana sambil tersenyum.
Tidak berapa lama kemudian bel masuk berbunyi.
"Yuk ke lapangan, udah bel nih," ajak Zia sambil bangkit dari kursinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Teen FictionDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...