Cana mengayuh sepedanya menuju ke sekolah. Dia masih belum mendapati Albi naik sepeda seperti biasanya.
"Cana!" panggil Naya yang tiba-tiba saja sudah membarengi Naya. "DI DEPAN ADA.... JALAN ASPAL!" teriak Naya yang refleks membuat Cana langsung mengerem sepedanya mendadak karena mengira Naya akan bilang ada batu atau hewan sedang lewat.
"Naya ih! Usil banget sih!" kesal Cana. "Kalau aku tadi jatuh nyebur ke selokan gimana coba!" omel Cana.
"Bwahahaha!" tawa Naya langsung lepas melihat reaksi Cana.
"Nggak lucu!" kesal Cana.
"Hahaha, maaf deh. Lagian nglamun mulu. Mikirin apa sih?" goda Naya.
"Nggak mikirin apa-apa kok," bohong Cana.
"Bo'ong. Pasti mikirin Kak Albi kan. Ketahuan pipinya merah," goda Naya lagi.
Cana langsung menutup kedua pipinya dengan kedua tangannya sambil melirik Naya kesal.
"Ah, sudahlah. Aku buru-buru mau berangkat," ujar Cana kembali mengayuh sepedanya.
Naya hanya tersenyum melihat temannya salah tingkah. Dia kemudian segera menyusul Cana. Mereka bersepeda bersama sampai sekolahan.
***
Seperti biasa saat istirahat Cana pergi ke taman untuk makan dan membuat sedikit-demi sedikit tulisannya yang akan dia kirim ke lomba.
"Cana," panggil Albi yang baru datang yang membuat Cana langsung mendongak ke arah Albi.
"Eh Kak Albi?" sahut Cana sambil tersenyum.
"Cana, ada pesan dari Ibuku. Nanti minta tolong bilang ke Ibumu pesan kue dua kotak buat hari minggu ya," ucap Albi.
"Oh iya Kak, nanti aku bilang ke Ibu. Mau ada acara ya Kak?" tanya Cana.
"Enggak kok, adiknya Ayah mau datang, jadi mau buat oleh-oleh," ujar Albi.
Cana hanya mengangguk paham.
"Hallo Kenari," panggil Pavo yang tiba-tiba datang sambil tersenyum sok manis, sedang Cana hanya menatapnya dengan setengah malas. Tatapan Pavo langsung beralih ke arah Albi. "Haish, kamu lagi. Ngapain di sini?!" marah Pavo.
"Bukan urusanmu," sahut Albi masih dengan tatapan tenangnya.
"Kak Pavo sendiri ngapain ke sini?" tanya Cana balik.
"Menjagamu," sahut Pavo.
"Gombal banget," sahut Cana dan Albi hanya menyunggingkan smirknya.
"Bukan gombal. Aku beneran mau menjagamu. Bagaimana kalau kamu nanti dihadang cowok nggak jelas kayak kemarin lagi," sahut Pavo.
Albi langsung menatap ke arah Cana setengah menyelidik, sedang Cana yang menyadari Albi menatapnya curiga langsung beralih menatap ke arah Pavo memberi tanda jangan membahasnya meskipun percuma saja karena Pavo tampaknya tidak menggubris.
"Kamu dihadang cowok? Siapa?" tanya Albi curiga walaupun dia setengah menebak.
"Bukan siapa-siapa kok Kak, cuma orang mau nyari temennya," ujar Cana berbohong.
"Apanya yang bukan siapa-siapa. Mereka kayak preman gitu kamu nggak takut apa?! Bahkan kemarin mereka bilang mau mencarimu lagi!" kesal Pavo.
"Apa mereka yang kamu ceritakan waktu dulu ada tiga cowok sekolah lain di depan sekolahan?" tanya Albi.
Cana terdiam sesaat.
"Bukan urusanmu. Jangan sok mau jadi jagoan karena aku yang akan menjaga Cana mulai dari sekarang," ancam Pavo, namun sesaat kemudian dia diam teringat sesuatu. Pavo langsung tersenyum. "Aaah, aku lupa. Sepertinya kamu memang berhubungan dengan mereka. Mereka mencari orang yang bernama Albi di sekolah kita. Bukankah kamu juga bernama Albi?" ujar Pavo.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Dla nastolatkówDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...