Pavo terdiam di dalam kelasnya, memikirkan kesalahannya kemarin. Melihat bagaimana Cana hampir menangis karena ucapannya. Pavo itu bandel, tapi ada kalanya dia bisa tidak tega dengan suatu hal.
"… Vo! Pavo!" panggil Jaka yang akhirnya berhasil membuyarkan lamunan cowok itu.
"Apaan sih! Berisik deh!" gerutu Pavo.
"Dicariin tuh sama Kanjeng Ratu," ujar Jaka lalu segera pergi ke bangkunya setelah tadi keluar dari toilet.
Pavo hanya menghembuskan nafas dengan malas lalu segera menemui Auri yang sudah menunggu di depan pintu dengan wajah kesal.
"Ada apa?" tanya Pavo malas.
"Semenyesal itu kah kamu hanya karena ucapanmu pada Cana?" marah Auri, dan Pavo lebih memilih diam karena malas menjawab. "Kamu dulu menyakiti Cana lebih dari ini tapi kamunya biasa aja," tambah Auri. "Lalu kenapa sekarang…."
"Sorry Auri, aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Aku pergi dulu," ujar Pavo dengan wajah tenangnya. "Pergilah ke kelasmu, anak-anak lain sedang melihat tuh. Dah!"
Auri langsung memasang wajah kesalnya. Tapi dia tidak berniat mengejar Pavo karena anak-anak tengah berbisik tentang mereka.
****
Cana tengah duduk di bangku taman sekolah. Tangannya memegang bolpoint dan di pangkuannya terdapat sebuah buku kecil. Sebuah buku bacaan juga tak lupa ditaruh di sebelah tempatnya duduk. Hari ini dia tidak pergi ke perpustakaan. Cana memilih pergi ke taman untuk mencari inspirasi menulis dan menyegarkan pikirannya.
Sudah 5 menit dia hanya terdiam bengong. Memandangi siswa lain yang tengah lewat ke sana kemari. Dia belum mendapatkan ide sama sekali untuk menulis.
'Aku harus mulai cerita dari mana? ' gumam Cana.
"Ehm!" sebuah suara membuyarkan Cana. Belum sempat Cana menoleh, cowok itu tiba-tiba saja sudah duduk dan bersandar di punggung Cana. Dia hafal bau parfum ini.
"Ka-Kak Pavo?" kaget Cana.
"Huaaahemh, apa kamu itu tidak bosan duduk diam sedari tadi melamun," sahut Pavo sambil menguap dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Kak berat, sana minggir!" marah Cana.
"Aku ngantuk nih, bentaran aja kenapa sih," gerutu Pavo.
Cana menghembuskan nafasnya sesaat dan secepat kilat langsung berdiri, alhasil tubuh Pavo langsung terjengkang jatuh ke belakang.
BRUK! DUK!
"Aduh!" teriak Pavo dan kepalanya berhasil mulus mencium kursi yang tadi di duduki Cana. "Cana, pikir-pikir dong kalau mau berdiri. Sakit nih! Nggak pernah kepalanya nyium kursi apa," gerutu Pavo sambil bangun untuk duduk dengan mengusap kepalanya yang sakit, sedang Cana hanya menahan tawa melihat Pavo terjatuh.
Pavo menoleh ke arah Cana menyadari gadis itu tertawa pelan melihat dirinya kesakitan. Pavo langsung tersenyum menggoda menatap Cana.
Cana yang sadar ditatap Pavo langsung terdiam setengah salah tingkah.
"Ehm," Cana menenangkan dirinya lalu kembali duduk di tempatnya semula. Sedang Pavo langsung menatapnya dengan setengah heran. "Kenapa?" tanya Cana.
"Aku pikir tadi kamu akan pergi karena marah denganku, ternyata kembali duduk di sini lagi. Hei, jangan-jangan kamu masih merindukanku ya, hm?" goda Pavo.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Fiksi RemajaDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...