"Permisi," ucap Albi.
"Iya, sebentar," teriak seseorang dari dalam. Suara yang tidak asing di telinga Albi. Senyum Albi langsung mengembang ketika melihat Cana muncul dari dalam rumah. "Kak Albi? Mau ambil kue ya?"
"Iya," sahut Albi.
"Masuk dulu Kak, aku ambilkan dulu kuenya," suruh Cana mempersilahkan Albi masuk ke ruang tamu.
Albi segera duduk di salah satu kursi ruang tamu, sementara Cana pergi untuk mengambil kue.
Albi melihat ke sekeliling. Ini pertama kalinya Albi benar-benar masuk ke rumah Cana. Biasanya dia hanya bermain sampai depan rumah Cana saja.
Perhatian Albi teralih pada beberapa foto yang terpajang di atas meja. Albi segera beranjak berdiri untuk melihatnya lebih dekat dan mengambil salah satu bingkai kecil. Albi tertawa pelan melihat foto Cana dan Reno saat SD.
"Kak Albi sedang apa?" tanya Cana yang baru muncul. Saat itu perhatiannya langsung beralih ke tangan Albi. "Waaa! Kak Albi kenapa melihat ini?" panik Cana lalu merebut bingkai foto dari tangan Albi.
"Memangnya kenapa?" tanya Albi lalu tertawa pelan melihat ekspresi Cana yang wajahnya sudah bersemu merah. Albi tahu Cana pasti malu fotonya waktu kecil di lihat olehnya.
Cana tidak menyahut, dia benar-benar malu.
"Hei, kalau aku melihat foto itu rasanya aku jadi ingat masa kecil kita lagi. Aku jadi ingin kembali ke masa kecil dulu, dulu menyenangkan selalu bisa dekat dengan Cana dan bermain bersama," ujar Albi.
Cana langsung terdiam. Wajahnya benar-benar memerah sekarang, dia bahkan tidak tahu harus berkomentar apa.
...............
Hening sesaat.
Albi langsung tersadar dengan ucapannya. Dia hampir saja mengungkapkan perasaannya.
"Ma-maksudku menyenangkan saat menjadi anak kecil dan bisa bermain bersama-sama dengan teman-teman lain juga," ralat Albi.
"Lhoh, ada tamu? Kok nggak disuruh duduk dulu Cana?" saat itu Ayah Cana datang dan berhasil memecah keheningan diantara mereka. "Kok cuma berdiri, buatkan minum dulu sana," suruh Ayahnya ulang.
"Nggak usah repot-repot Om. Saya ke sini cuma mau ambil kue saja," ujar Albi.
"Oh iya, ini Kak kuenya," ujar Cana sambil memberikan kantung tas berisi beberapa kotak kue.
Pak Andra menatap Albi dan Cana bergantian dengan setengah meyelidik. Beliau sadar ada aura berbeda diantara mereka.
Sadar ditatap Pak Andra, Albi segera pamit untuk pulang. Pak Andra tidak menanyai macam-macam karena Albi datang sebagai pelanggan kue, bukan teman Cana.
"Saya pamit dulu Om," pamit Albi dan Pak Andra hanya mengangguk.
Seperginya Albi, Cana segera masuk ke kamarnya. Pak Andra menatap punggung anaknya lalu menghela nafas.
"Anak gadisku sepertinya sudah mulai jatuh cinta," gumam Pak Andra tersenyum, namun setengah diliputi rasa khawatir. "Dia sudah remaja."
***
"Dua minggu lagi sudah mau ujian kenaikan kelas," ujar Zia. "Aku akan belajar keras dan meraih rangking satu!" teriak Zia penuh semangat sambil mengepalkan tangannya ke atas.
"Ooo, tidak bisa. Peringkat satu di kelas ini akan menjadi milikku," sahut Reno tidak mau kalah.
"Aku yang akan juara satu!" sahut Zia tidak mau kalah sampai dia berdiri dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Teen FictionDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...