TOK! TOK! TOK!
"Permisi!" sapa seseorang dari luar.
"Ya, tunggu sebentar!" teriak Pak Andra dari dalam.
Tidak berapa lama pintu terbuka.
"Oh, ternyata kamu? Ada apa?" selidik Pak Andra. "Kalau mencari Cana dia tidak ada di rumah."
"Saya tidak mencari Cana Om. Saya mencari Om Andra," jawab cowok itu dengan sopan.
"Denganku? Ada apa?" tanya Pak Andra yang mulai penuh curiga.
"Ayah, kalau ada tamu di suruh masuk dong. Masak dibiarkan berdiri di luar," tegur Bu Nia. "Eh, ternyata kamu ya? Sini masuk Nak," suruh Bu Nia dengan ramah.
"Iya Tante, terima kasih," sahutnya lalu segera masuk setelah Pak Andra masuk duluan.
"Terus, ada apa ke sini? Apa ada hubungannya dengan Cana anakku?" tanya Beliau penuh interogasi.
Cowok itu tersenyum penuh keyakinan. "Iya Om. Saya ke sini ingin melamar Cana Om," sahutnya.
Baik Bu Nia maupun Pak Andra langsung sama-sama terdiam, entah karena terharu, terkejut atau entah kenapa. Yang jelas mereka terdiam. Tapi tidak berapa lama, senyum di wajah Bu Nia mulai terlihat, sementara Pak Andra semakin kukuh memperlihatkan tampang galak khas Ayah yang ingin melindungi putrinya.
"Nggak semudah itu! Saya perlu tahu dan harus menginterogasi tentangmu dulu! Kalau kamu lulus, kamu boleh melamar anak saya. Kalau tidak lulus, jangan harap bisa melamar anak saya," seru Pak Andra.
"Ayah! Ada cowok baik hati mau melamar Cana kok malah dipersulit sih? Harusnya Ayah senang dong ada cowok yang mau langsung serius sama Cana," kesal Bu Nia.
"Ayah kan juga pengen tahu bibit bobotnya Bu. Ayah pengen mastiin ini cowok terbaik buat jadi calon suami Cana," sahut Pak Andra.
"Tante, Om, nggak papa kok. Kalau Om ragu dengan saya, Om boleh menanyakan apapun kepada saya. Saya siap menjawab," sahut cowok itu dengan mantap.
"Nah! Itu baru namanya cowok!" sahut Pak Andra. Dan sesi interogasi itupun akhirnya dimulai.
***
"Cana!" panggil Ray yang saat itu kebetulan di jam istirahat kerja.
Yups, Ray dan Cana kerja di tempat yang sama. Bahkan dulu juga kuliah di tempat yang sama namun beda jurusan. Ray menjadi kakak tingkat Cana saat kuliah, dan masuk dalam organisasi kampus yang sama. Karenanya mereka sekarang menjadi benar-benar akrab.
"Makan bareng yuk," ajak Ray.
"Boleh," sahut Cana.
Mereka segera berjalan beriringan menuju warung makan yang tidak jauh dari tempat kerja mereka.
Setelah memesan, tidak lama kemudian pesanan mereka datang.
"Hei, Albi masih belum kasih kabar?" tanya Ray dan Cana hanya menggeleng dengan lesu.
Sudah 5 tahun lebih, tapi Cana masih belum mendengar kabar Albi lagi. Terakhir bertemu setelah keberangkatannya, dia bertemu Albi sekali saat liburannya dia bisa pulang, walau hanya sebentar. Setelah itu dia pergi lagi sampai sekarang belum ada kabar. Beberapa bulan lalu ada kabar kalau Albi sudah pulang. Tapi sampai sekarang dia bahkan belum melihat sosoknya, jadi Cana hanya menganggap kabar itu angin lalu.
"Haaah, anak itu sebenarnya maunya apa sih," gerutu Ray. "Tapi aku yakin dia pasti akan segera menemuimu. Jadi jangan khawatir," hibur Ray dan Cana hanya mengangguk sambil melahap makanannya. "Kamu tidak coba menghubunginya?" tanya Ray lagi, dan lagi-lagi Cana hanya menggeleng tanpa menjawab. "Kenapa tidak coba menghubunginya?" tanya Ray lagi yang mulai gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Dla nastolatkówDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...