"Ngapain dia di sini!?" tanya Pavo sambil menunjuk Albi dengan kesal.
"Kami sedang berbincang," sahut Albi tenang. "Kenapa?"
Mereka saling menatap dengan tajam satu sama lain.
"Apa liat-liat! Mau berantem? Ayo!" tantang Pavo sambil menyingsingkan lengannya dengan sok.
"Apa sih datang-datang langsung ngajak berantem. Nggak bisa lihat orang damai dikit apa," gerutu Zia. "Sini kalau mau berantem sama aku. Nggak gentle pilih lawan Kak Albi," tantang Zia sambil mengepalkan kedua tangannya di depan wajah.
"Bwahahaha," Pavo langsung tertawa lepas. "Nggak kebalik apa? Harusnya aku nggak gentle kalau nglawan cewek, gimana sih? Kok malah kebalik," ujar Pavo masih memegangi perutnya. "Aduuh, perutku jadi sakit. Emang dasarnya dari mana coba aku jadi nggak gentle karena melawan dia."
"Ya…. Aku sih nggak bilang kalau Kak Albi lemah, cuman kan Kak Albi itu kalem dan nggak suka berkelahi kayak kamu," ujar Zia.
"Kamu minggir sana, aku mau duduk di samping Kenari," usir Pavo pada Albi.
Albi langsung mengeluarkan smirknya.
"Aku yang duduk di sini duluan kenapa jadi aku yang di usir," sahut Albi dengan wajah tenangnya.
"Kamu nantang nih, huh?!" geram Pavo sambil mendekat ke arah Albi.
"Udah Stop!" lerai Cana sambil berdiri. "Cuma tempat duduk kalian permasalahkan?" gerutu Cana lalu menarik tangan Pavo dan mendudukkannya di tempat duduk Cana tadi, di samping Albi.
"Tu, tunggu Cana. Apa maksudnya coba?" tanya Pavo bingung.
"Daripada kalian ribut, mending kalian berdua yang duduk. Aku mengalah, aku akan duduk di sini sama Zia," ujar Cana lalu duduk di bangku taman tepat di depan mereka. Zia hanya menahan tawa melihat Pavo kesal lalu segera mengikuti Cana duduk di sampingnya.
Pavo dan Albi tampak saling lirik lalu sesaat kemudian langsung membuang tatapan. Sedang Cana kembali memakan bekalnya.
"Waaah, harusnya aku duduk bersama pacarku malah duduk bersama dengannya," gerutu Pavo.
"UHUK!" Cana hampir saja tersedak, dia segera mengambil air minumnya. Kemarin saat Pavo bilang mereka belum putus Cana masih biasa saja, tapi kali ini Pavo mengatakannya di depan Albi.
Albi langsung menatap Pavo dengan tatapan tajam namun tetap tenang.
"Berhentilah mengatakan kita pacaran!" kesal Cana.
"Kenapa? Memang kenyataannya kita belum putus kan," sahut Pavo pada Cana namun sambil tersenyum menang menatap Albi seolah mengejek.
"Aku tidak mau membahasnya lagi," ujar Cana lalu kembali sibuk memakan bekalnya dengan diam.
Pavo langsung terdiam setengah merasa bersalah, sedang Zia langsung menjulurkan lidahnya pada Pavo.
Suasana sesaat hening.
"Maaf," ucap Pavo singkat yang tidak dijawab sama sekali oleh Cana. "Kamu bawa bekal apa?" tanya Pavo berusaha meraih perhatian Cana dengan mengalihkan pembicaraan.
"Nasi lah," sahut Cana sedikit ketus karena masih merasa kesal. Zia dan Albi hanya menahan tawa melihat reaksi Cana.
"Bakwannya enak tuh," celetuk Pavo sambil melirik kotak lain berisi beberapa bakwan jagung.
"Ambil aja kalo mau," ujar Cana sambil melahap makanannya.
"Seriusan kamu mau ngasih dia?" tanya Zia tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Novela JuvenilDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...