Part 42. Give

125 10 2
                                    

"Albi!"

"Emmm."

"ALBIIIII!!!"

"Iya Bun!" sahut Albi yang langsung terperanjat bangun.

"Kamu ini ya! Dibangunin daritadi susah banget. Bunda kira sudah bangun, ternyata masih tidur. Cepat bangun! Sudah siang," suruh Bunda.

"Masih jam 6.10 kok Bun. Lima menit lagi deh. Kan biasanya juga Albi cepet siap-siapnya," ujar Albi.

"Cepat bangun! Nanti ketinggalan bus lho," ingat Bunda.

"Bus?" gumam Albi. "AAAAAH! Albi lupa kalau sedang di rumah Nenek!" panik Albi yang langsung terperanjat bangun lalu bergegas lari keluar mengambil handuk. Bunda hanya geleng-geleng melihat Albi lalu segera melipat selimut yang belum sempat dilipatnya.

Biasanya Albi bangun pagi, tapi karena sejak kemarin badannya sakit, setelah bangun, dia tertidur lagi.

Dikejauhan, Albi melihat Alya yang juga mau masuk ke kamar mandi. Albi dengan cepat langsung menahan pintu kamar mandi yang hampir dibuka Alya.

"Kenapa sih Kak? Mau mandi nih," kesal Alya.

"Dek, kamu mandi belakangan ya. Kakak sudah kesiangan nih," ujar Albi lalu langsung menyerobot masuk duluan. Namun bukan Alya kalau langsung mengalah begitu saja, dia langsung menahan tangan Kakaknya sebelum Albi benar-benar masuk ke dalam.

"Nggak mau! Kan aku duluan yang mandi. Budayakan antri dong!" kesal Alya sambil menahan tangan Albi sekuat tenaga, dan Albi juga tak mau kalah menarik tangannya.

"Sekali ini saja. Sudah kesiangan nih. Kan sekolahmu juga dekat dari sini," rayu Albi.

"Ish! Tapi kan Alya juga mau piket pagi," sahut Alya tak mau kalah.

"Kalau gitu kamu makan dulu, kakak mandi. Nanti habis makan baru mandi, terus berangkat," sahut Albi lalu cepat menarik tangannya lagi dan berhasil. "Thanks Alya cantik," ucap Albi lalu dengan cepat langsung menutup pintu kamar mandi.

BRAK!

"Kak Albi nyebelin!" kesal Alya.

"Tenang saja, nggak ada lima menit kok mandinya!" sahut Albi.

Alya hanya memanyunkan bibirnya lalu segera menuju ke meja makan.

"Ish, masak iya belum mandi sudah makan duluan," kesal Alya.

***

Albi membonceng Ayahnya sampai ke pinggir jalan raya untuk lebih mempersingkat waktu.

"Nggak minta Ayah antar sampai sekolah nih?" tawar Pak Yadi.

"Nggak usah Yah. Albi naik bus saja, nanti kalau Ayah ngantar Albi malah telat sampai kantornya," ucap Albi lalu menyalami Pak Yadi.

"Ya sudah, Ayah duluan ya. Jangan bolos lagi," ingat Pak Yadi.

"Hehe, iya Yah," sahut Albi. "Hati-hati di jalan Yah."

Pak Yadi segera pergi meninggalkan Albi. Albi segera duduk di kursi tunggu, menanti bus nya datang.

Dia melirik jam tangannya berkali-kali. Sudah enam menit tapi bus yang ditunggunya belum datang juga. Yang lewat justru banyak bus jurusan lain, bukan yang menuju kearah sekolahnya.

"Aaaah! Enam menit rasanya lama sekali. Bisa telat beneran nih!" kesal Albi yang tanpa sadar mengetuk-ngetukkan kakinya dengan setengah frustasi.

Setengah menit kemudian akhirnya bus yang ditunggunya datang. Albi segera naik. Jalanan pagi itu cukup ramai, semua orang keluar di jam yang sama. Mengejar waktu untuk beraktivitas. Sampai lampu merah saja minimal dua kali kena baru bisa melewati lampu hijau.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang